Aceh - Dua kapal patroli lepas pantai (KPLP) yang terdampar di perumahan warga di Punge Blang Cut, Kecamatan Meuraxa, Banda Aceh, setelah diseret tsunami 2004 lalu, akan dihancurkan. Warga setempat menentang upaya itu. Mereka justru berharap kapal tersebut dijadikan objek wisata atau situs tsunami Aceh.
Kapal tersebut diseret tsunami bersamaan dengan PLTD apung sekira empat kilometer dari posisi semula di Pantai Ulee Lheu, Banda Aceh. Berbeda nasib dengan PLTD Apung yang sudah dijadikan objek wisata tsunami, dua kapal itu masih telantar di atas lahan sekira 800 meter persegi milik warga. Posisi dua kapal itu hanya terpaut sekira 300 meter dari PLTD apung.
Pihak Administrasi Pelabuhan (Adpel) Dinas Perhubungan Provinsi Aceh sudah melelang kapal tersebut kepada pihak ketiga, setelah bersengkata dengan pemilik tanah. Hari ini, tim pemenang lelang datang untuk memotong-motong dua kapal tersebut, dengan membawa sejumlah peralatan dan aparat keamanan.
Warga yang sejal dulu tak setuju dengan ide tersebut, berkumpul untuk menggagalkan upaya pemusnahan. Setelah berdialog dengan warga, tim memilih menunda memotong kapal itu.
Ramzah Harly (42), tokoh masyarakat Punge Blang Cut, mengatatakan, kapal tersebut merupakan bukti sejarah tsunami yang harus dilestarikan untuk anak cucu. Masyarakat menginginkan dua kapal ini dijadikan objek wisata tsunami.
“Kami menginginkan kapal ini dijadikan situs tsunami. Ini bukti sejarah yang paling berharga untuk anak cucu kami, supaya anak cucu kami nanti tahu betapa dahsyatnya tsunami yang pernah kami rasakan,” katanya kepada wartawan, Kamis (23/1/2013).
Ramzah optimistis kapal tersebut bisa menarik minat wisatawan lebih banyak. Selama ini, dua kapal tersebut sudah mampu menyedot wisatawan. “Kapal ini sangat megah, ini kan datangnya karena tsunami. Kalau tidak ada tsunami tidak ada yag sanggup bawa ke sini,” ujar Ramzah.
Menurutnya, pihak pemilik tanah sudah merelakan kapal tersebut dijadikan situs tsunami dengan syarat pemerintah harus membayar ganti rugi.
Ramzah menilai sangat wajar pemilik tanah meminta bayaran, karena setelah kapal ini terdampar tanah itu tak bisa dimanfaatkan lagi. Rumah yang sudah hancur disapu tsunami, tak bisa lagi dibangun dipertapakan semula karena sudah tertutup kapal. “Ada rumah bantuan, tapi tidak bisa dibangun di sini, kan rugi pemiliknya,” ujar Ramzah.
Pihaknya berencana mengusulkan pembebasan tanah ini ke Dinas Perawisata atau Pemkot Banda Aceh, kemudian memperjuangkan situs ini menjadi satu paket wisata dengan PTLD Apung. “Di PLTD apung nanti akan kami sediakan odong-odong atau becak yang bisa membawa pendatang dari sana ke mari. Jadi orang habis lihat-lihat PLTD apung, bisa langsung ke sini,” katanya.
Kampung Punge Blang Cut kini terkenal dengan objek wisata PLTD Apung. Kapal pembangkit listrik milik PLN seberat sekira 2.500 ton ini diseret tsunami sejauh kurang lebih empat meter, dinilai sebagai salah satu keajaiban tsunami.
Situs ini kini dikelola oleh masyarakat sadar wisata Punge Blang Cut. Saban hari situs ini banyak dikunjungi wisatawan baik lokal maupun dari mancanegara. Hal ini sangat membantu perekonomian warga. Mereka berharap dua kapal patroli yang terdampar di sana juga dijadikan situs wisata. “Kami ingin menjadikan Punge Blang Cut sebagai kampong wisata,” kata Ramzah.
(ris)
0 Response to "2 Kapal Saksi Bisu Tsunami Aceh Akan Dihancurkan"
Posting Komentar