Kapal isap yang mempekerjakan warga negara Thailand itu sudah beroperasi sejak satu tahun belakangan ini. Selama itu pula, sebanyak 42 Kepala Keluarga (KK) yang mendiami Pulau Setunak, dan 29 KK yang tinggal di Pulau Kenipan dan Nipah hidup menderita.
Pasalnya, seluruh warga yang mendiami ketiga pulau itu hidup sebagai nelayan tradisional. Para nelayan di wilayah ini menggantungkan hidupnya dari hasil laut yang terbentang di depan kampung mereka itu. Namun sekarang, laut sebagai tumpuan hidup mereka sudah keruh dan tercemar.
Bakhtiar, salah seorang nelayan Pulau Setunak kepada Haluan Kepri, Minggu (25/11/2012) mengatakan, kapal-kapal isap milik PT Tambang Timah tersebut beroperasi sangat dekat sekali di lokasi nelayan menjaring ikan. Akibatnya, air menjadi keruh dan ekosistem laut menjadi terganggu. Dampaknya, ikan sangat sulit didapat.
"Kapal-kapal itu sangat dekat dengan lokasi kami menjaring ikan. Jumlahnya banyak dan saling berdekatan. Perairan di sekitar kapal itu beroperasi menjadi keruh. Sejak adanya kapal-kapal isap itu di sekitar kami menjaring ikan, sejak itu pula pendapatan kami sebagai nelayan sangat menurun jauh," ujar Bakhtiar.
Dikatakan Bakhtiar, jumlah kapal isap milik mitra PT Tambang Timah itu mencapai belasan unit. Namun, dari belasan kapal itu dirinya hanya mengingat tiga nama kapal saja, ketiga kapal itu adalah Citra Andalan, Belisya dan Linda C. "Kapal-kapal itu terkadang beroperasi di pinggir pantai," jelasnya lagi.
Kardi, nelayan Setunak lainnya menambahkan, sebelum munculnya kapal isap di sekitar perairan tempat mereka menjaring dan memancing ikan, hasil tangkap nelayan cukup lumayan.
"Minimal, satu kali melaut, kami bisa memenuhi kebutuhan dapur keluarga untuk satu hari. Namun, sekarang kadang tak satu ekor ikan pun yang bisa kami bawa pulang," ungkap Kardi.
Menurutnya, bukan hanya kapal isap yang mengganggu aktivitas nelayan tradisional, namun kapal keruk milik PT Tambang Timah pun juga menjadi penyebab rusaknya perairan sekitar. Hanya saja, kapal keruk beroperasinya agak ke tengah laut, berbeda dengan kapal isap yang beroperasi di sekitar wilayah tangkap nelayan.
Tuntut Kompensasi
Setahun lebih hidup dalam penderitaan, masyarakat Setunak tak mau lagi memperpanjang penderitaannya. Warga disana akhirnya sepakat melalui musyawarah menuntut uang kompensasi kepada PT Tambang Timah Unit Kundur. Dana kompensasi itu akibat ganti rugi rusaknya kawasan tangkap nelayan setempat.
Permintaan dana kompensasi itu dikirim melalui surat pada 24 Oktober 2012 lalu kepada PT Tambang Timah. Surat tersebut ditembuskan kepada Direktorat Jenderal Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan (PSDKP melalui Satuan Kerja PSDKP Karimun, Lembaga Kelautan dan Perikanan Indonesia (LKPI) Cabang Karimun dan Polsek Tanjungbalai Karimun.
Warga Setunak menuntut dana kompensasi sebesar Rp4 juta per KK per bulan untuk 42 KK yang mendiami Pulau Setunak tersebut. Meski sudah satu bulan lebih permintaan dana kompensasi itu diminta warga Setunak kepada PT Tambang Timah, namun sampai sekarang belum ada jawaban jelas dari BUMN itu.
Karena permintaan masyarakat Setunak tak kunjung mendapat jawaban, maka Kepala Satker PSDKP Karimun Aparuddin bersama Ketua LKPI Karimun Bahriadi didampingi perwakilan dari Polsek Tanjungbalai Karimun akhirnya memediasi keinginan warga tersebut mempertemukan warga Setunak dengan perwakilan PT Tambang Timah.
Pertemuan itu berlangsung di Holiday Hotel, Jumat (23/11/2012) lalu. Namun, Humas PT Tambang Timah Mahadi yang hadir saat itu belum bisa memutuskan untuk menerima permintaan dari warga Setunak. Keinginan warga itu akan disampaikannya kepada pimpinan PT Tambang Timah di Prayun Kundur.
Mahadi, ketika dikonfirmasi Haluan Kepri Minggu (25/11/2012) kemarin mengakui adanya tuntutan kompensasi yang diminta warga Setunak kepada PT Tambang Timah. Satu Kepala Keluarga meminta kompensasi sebesar Rp4 juta per bulan, jumlahnya 42 Kepala Keluarga.
"Ya, memang benar ada tuntutan kompensasi dari warga Setunak. Namun, saya tidak bisa memutuskan keinginan warga itu. Apa yang menjadi keinginan warga akan saya sampaikan kepada pimpinan Senin besok (hari ini). Mudah-mudahan pimpinan besok masuk, dan bisa langsung saya sampaikan," ungkapnya. [gus]
0 Response to "Kapal Isap Asal Thailand Ganggu Nelayan"
Posting Komentar