KOMPAS/YULVIANUS HARJONO Ribuan ikan kerapu bebek (Chromileptes altivelis) yang dibudidayakan di keramba jaring apung di Ringgung, Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung, menggelepar di permukaan akibat kesulitan bernafas, Rabu (19/12/2012). Puluhan ribu ikan berbagai jenis di Teluk Lampung mati akibat fenomena pasang merah atau meledaknya populasi fitoplankton sepekan terakhir.
BANDAR LAMPUNG, KOMPAS.com- Aktivitas pembuangan limbah sedimen kapal keruk PT Pengerukan Indonesia di kawasan Pulau Tegal, Teluk Lampung, mendapat kecaman keras dari pemerhati lingkungan laut.
kegiatan pembuangan limbah pengerukan Pelabuhan Panjang itu memicu ledakan populasi fitoplankton red tide sejak akhir November 2012 lalu.
Menurut dosen Biologi Kelautan Unila yang menggemari olahraga menyelam ini, selain mematikan terumbu karang, limbah sedimen itu bisa menjadi sumber nutrient bagi fitoplankton. Tak ayal, kegiatan pembuangan limbah pengerukan Pelabuhan Panjang itu memicu ledakan populasi fitoplankton (red tide) sejak akhir November 2012 lalu.
"Pengerukan dan pembuangan limbah itu bisa menimbulkan upwelling. Sedimen yang terangkat itu pada umumnya banyak mengandung nutrient," ujar Endang.
Sebelumnya, bersama Kepolisian Air Polda Lampung dan pengawas dari Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Lampung, perwakilan pembudidaya kerapu di Ringgung mendatangi kapal keruk KK Halmahera yang sandar di Pelabuhan Panjang. Para pembudidaya kerapu meminta PT Rekindo dan Pelindo menghentikan tindakan pembuangan limbah di kawasan Pulau Tegal dan sekitarnya.
Sejumlah pembudidaya yang emosi bahkan sempat mengancam akan merusak kapal itu jika kegiatan itu tidak dihentikan.
0 Response to "Dikecam, Pembuangan Limbah Kapal Keruk di Pulau Tegal"
Posting Komentar