Operasi Mutilasi Raksasa Metal, Bangkai Kapal Super Tanker
Cerita tentang proses kapal super tanker yg akhirnya dijadikan scrap atau besi tua, wajar sesuai dengan masa pakai atau operasi kapal yg hanya sekitar 25 tahun saja, berikut penuturan kembali untuk blog Berita Kapal
Akhir riwayat sebuah kapal, sebuah pemandangan yang takkan sanggup disaksikan para pelaut, tapi adalah impian bagi para pemulung. Mutilasi bangkai kapal, salah satu industri yang mungkin dipandang sebelah mata, yang dikenal orang sebagai tempat rongsokan. Tapi merupakan industri vital untuk mengambil sesuatu yang merugikan lingkungan, dan mengubahnya menjadi produk berguna.
Proses mutilasi ini diawali dengan melepaskan sepasang kemudi baja 18 meter, struktur seberat 118 ton, namun itu bagian yang mudah. Kemudi dirancang untuk berputar, jadi pusat gravitasinya dapat berubah saat menyentuh tanah, setelah puluhan tahun tak digunakan, tak dapat diketahui kemana atau bagaimana akan bergoyang. Dalam beberapa hari kemudi itu akan menjadi potongan baja berukuran 1 x 1,5 meter. Kemudian bangkai kapal dipindahkan ke kanal untuk pembongkaran besar berikutnya. . tapi untuk mendorong dan memutar haluan kapal itu butuh bantuan dua kapal tunda (tug boat)
Setelah merapat dikanal, kini saatnya bagi kru pemotong bekerja, sedikit demi sedikit mereka memotong buritan. Lalu mereka memotong sepasang baling-baling kuningan seberat 25 ton dengan "bazooka" dan "batang pembakar". Sejenis alat las khusus "Bazooka" dengan nosel ekstra lebar, 10 kali lebih kuat dari las biasa, sedangkan "batang pembakar", pemanas yang membakar hingga 4.300 derajat celcius untuk merubah metal menjadi logam cair. Semua proses pemotongan dilakukan dengan alat las, tidak ada gergaji. Sementara mesin derek apung "raksasa atlantik" siap melakukan pengangkatan, setelah pengelasan selesai. Setelah kemudi dan baling-baling terpotong, secara berangsur kapal digeser kedarat dengan derek untuk stabilisasi, mencegah haluan tenggelam saat dibelah lambungnya, bagian demi bagian. Setelah 5 bulan, kapal seberat 13 ribu ton itu, menghilang. Proses mutilasi itu dapat anda saksikan pada tayangan berikut ini..
Akhir riwayat sebuah kapal, sebuah pemandangan yang takkan sanggup disaksikan para pelaut, tapi adalah impian bagi para pemulung. Mutilasi bangkai kapal, salah satu industri yang mungkin dipandang sebelah mata, yang dikenal orang sebagai tempat rongsokan. Tapi merupakan industri vital untuk mengambil sesuatu yang merugikan lingkungan, dan mengubahnya menjadi produk berguna.
Proses mutilasi ini diawali dengan melepaskan sepasang kemudi baja 18 meter, struktur seberat 118 ton, namun itu bagian yang mudah. Kemudi dirancang untuk berputar, jadi pusat gravitasinya dapat berubah saat menyentuh tanah, setelah puluhan tahun tak digunakan, tak dapat diketahui kemana atau bagaimana akan bergoyang. Dalam beberapa hari kemudi itu akan menjadi potongan baja berukuran 1 x 1,5 meter. Kemudian bangkai kapal dipindahkan ke kanal untuk pembongkaran besar berikutnya. . tapi untuk mendorong dan memutar haluan kapal itu butuh bantuan dua kapal tunda (tug boat)
Setelah merapat dikanal, kini saatnya bagi kru pemotong bekerja, sedikit demi sedikit mereka memotong buritan. Lalu mereka memotong sepasang baling-baling kuningan seberat 25 ton dengan "bazooka" dan "batang pembakar". Sejenis alat las khusus "Bazooka" dengan nosel ekstra lebar, 10 kali lebih kuat dari las biasa, sedangkan "batang pembakar", pemanas yang membakar hingga 4.300 derajat celcius untuk merubah metal menjadi logam cair. Semua proses pemotongan dilakukan dengan alat las, tidak ada gergaji. Sementara mesin derek apung "raksasa atlantik" siap melakukan pengangkatan, setelah pengelasan selesai. Setelah kemudi dan baling-baling terpotong, secara berangsur kapal digeser kedarat dengan derek untuk stabilisasi, mencegah haluan tenggelam saat dibelah lambungnya, bagian demi bagian. Setelah 5 bulan, kapal seberat 13 ribu ton itu, menghilang. Proses mutilasi itu dapat anda saksikan pada tayangan berikut ini..
0 Response to "Proses Kapal Super Tanker di jadikan Scrap"
Posting Komentar