Cerita Berikut di Blog Berita Kapal tentang Pelaut Kondang yg Jadi Gila Di Bali. Namanya Ujang dari daerah pantura Jabar. Dia dulunya pelaut kondang, berlayar dari Batam sampai ke Papua.
Entah siapa yang mesti bertanggung jawab menangani orang gila di Bali ini. Yang pasti kehadirannya semakin hari semakin banyak. Di tiap ruas jalan protokol, mereka berkeliaran seperti tawon kebakaran sarang.
Di jalan Malboro yang merupakan pusat kota Denpasar sekitar 3 orang gila berseliweran mengganggu pengguna motor dan mobil yang melintas.
Mereka kadangkala menyeberang tanpa menengok kanan kiri depan belakang. Beberapa diantaranya sempat terserempet. Tragisnya, si orang gila selamat, pengendara motor yang terjungkal masuk got.
Entah siapa yang mesti bertanggung jawab menangani orang gila di Bali ini. Yang pasti kehadirannya semakin hari semakin banyak. Di tiap ruas jalan protokol, mereka berkeliaran seperti tawon kebakaran sarang.
Di jalan Malboro yang merupakan pusat kota Denpasar sekitar 3 orang gila berseliweran mengganggu pengguna motor dan mobil yang melintas.
Mereka kadangkala menyeberang tanpa menengok kanan kiri depan belakang. Beberapa diantaranya sempat terserempet. Tragisnya, si orang gila selamat, pengendara motor yang terjungkal masuk got.
“Orang gila itu, mirip seperti malaikat, nyawanya seakan bercabang sampai selusin, makan nasi basi, tidur cuma diatas kursi dan bau terasi tapi kita tak pernah menjumpai mereka sakit,” ungkap Wayan Candra, 58 tahun penyembuh orang gila. Menurutnya, kehadiran orang gila di Bali menunjukkan pemerintah dan semua jajarannya tak pernah peduli dengan rakyat, dengan lingkungan sekitar dan kesejahtraan warganya.
Di Kuta lebih parah lagi, di setiap tikungan jalan kita akan berpapasan dengan orang gila dekil mengenakan baju yang sudah tak jelas lagi warnanya, dengan badan kurus kerempeng menadahkan tangan meminta dollar. Asal usulnya tidak jelas, sang gila ini kebanyakan bekas gigolo yang ditinggal mati oleh sang pacar karena kecelakaan, sakit atau minggat ke negeri asalnya. Si gigolo kemudian merana mungkin karena cinta mati. Kemudian berkeliaran di pantai, di pub, di sepanjang trotoar dari Kerobokan sampai ke Kuta yang jauhnya tak kurang dari 6 km setiap hari.
Turis asing malahan beranggapan mereka bagian dari atraksi wisata, mereka kemudian memberi beberapa keping dollar dan membuat foto. Kalau cuma untuk update status di jejaring sosial mungkin masih baik. Kalau memuatnya di majalah wisata, barulah Jro Wacik yang menteri pariwisata itu geram dan turun lapangan.
Di Benoa orang gilanya lain lagi. Namanya Ujang dari daerah pantura Jabar. Dia dulunya pelaut kondang, berlayar dari Batam sampai ke Papua. Sekitar 5 tahun lampau dia mendarat di Bali mengantar aspal. Banyak uang, dia keluar masuk tempat hiburan di Sanur dan sekitarnya. Ujang bangkrut dan ditinggal oleh kapal yang mendamparkannya di pelabuhan Benoa.
“Ujang kaget karena ketika dalam keadaan sengsara dan tak punya uang semua tempat menolaknya, dia diusir sang pacar, diledek teman, dan diacuhkan oleh semua juragan kapal, padahal ijazahnya dari akademi pelayaran ternama di Zimbabwe,” kelakar Joko, sesama pelaut yang juga sering terdampar di pelabuhan Benoa.
Walaupun gila Ujang tak pernah melakukan tindakan tercela, dia gila terhormat, dia tak pernah meminta dari orang. Dia bekerja dalam kegilaannya. Kesehariannya adalah dari pagi keliling jalanan di sekitar pelabuhan. Mungkin maksudnya berolahraga. Kemudian di tengah hari dia akan memainkan gitar pinjaman di depan setiap warung yang banyak dikunjungi pelaut.
Teman rekan sahabat dan mereka yang peduli akan mengangsurkan seribu atau dua ribu untuk jasanya memetik gitar. Dengan uang ala kadarnya itu dia membayar sekedar nasi bungkus atau rokok kelobot. Sampai senja hari dia akan menghilang dari peredaran di Benoa. Untuk selanjutnya muncul lagi keesokan harinya.
Orang gila lainnya yang bertebaran di Bali juga begitu, mereka menghilang di malam hari. Walaupun kadangkala mereka berpenghasilan lumayan dari gerakan tadah tangan di pinggir jalan, kita tak pernah mendengar orang gila jadi sasaran penodongan. Mereka aman aman saja melintas di keheningan jalanan walau tengah malam.
Kehadiran mereka seakan sudah menjadi bagian dari denyut jantungnya Bali. Tak ada yang peduli, dinas sosial, jawatan kesehatan, satuan pamong praja seperti tak hirau pada kehadiran mereka yang jelas jelas mengganggu ketertiban karena berseliweran tanpa arah dan tujuan. Atau karena mereka yang semestinya mengurusi orang gila sudah tak bisa lagi membedakan antara orang gila dan orang waras.
0 Response to "Pelaut Kondang yg Jadi Gila Di Bali"
Posting Komentar