Marine Surveyor & Inspection Services

0812-701-5790 (Telkomsel) Marine Surveyor PT.Binaga Ocean Surveyor (BOS)

0812-701-5790 (Telkomsel) Marine Surveyor PT.Binaga Ocean Surveyor (BOS)
Marine Surveyor

Angkutan Laut Rawan Celaka

Angkutan Laut Rawan Celaka

AMBON, KOMPAS - Sepanjang empat hari terakhir, kecelakaan laut terjadi di tiga perairan berbeda. Secara umum, rentetan kecelakaan tersebut disebabkan cuaca ekstrem berupa gelombang tinggi yang mencapai 4 meter. Namun, minimnya moda transportasi laut ikut jadi pemicu.
Hingga Kamis (26/7), 5 dari 24 penumpang perahu motor yang tenggelam di perairan Maluku Utara, Senin lalu, masih dicari. Kecelakaan laut di Maluku Utara melengkapi dua kejadian lainnya di Tanah Air, yang sama-sama dipicu cuaca buruk.
Khusus di perairan Kepulauan Sula, Maluku Utara, Senin lalu, tim search and rescue (SAR) masih terus mencari lima penumpang yang hilang. Adapun 19 penumpang lainnya selamat.
Kejadian lain, Rabu malam, sebuah longboat (kole-kole) tenggelam di perairan Pulau Saponda Darat, Sulawesi Tenggara. Perahu tradisional bermuatan 24 orang tersebut karam dihantam ombak setinggi 4 meter. Semua penumpang selamat.
Terakhir, Kamis, kapal yang membawa 60 imigran asal Irak terdampar di Pulau Guwa-Guwa, Kecamatan Ra’as, Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur. Semua penumpang yang diduga berlayar menuju Australia itu juga selamat. Namun, petugas kesulitan mengevakuasi mereka di tengah amukan gelombang setinggi 3 meter.
Kelebihan muatan
Menurut Kepala Kantor SAR Ternate Amirudin, tenggelamnya perahu motor di wilayah Kecamatan Taliabu Barat, Kabupaten Kepulauan Sula, tak hanya karena cuaca ekstrem. Diduga kuat perahu tenggelam karena kelebihan muatan. Perahu berjenis longboat yang tenggelam itu seharusnya maksimal ditumpangi 17 orang, kenyataannya mencapai 24 orang.
Kejadian kecelakaan laut saat musim angin timur di Kepulauan Maluku (Maluku dan Maluku Utara), yang berlangsung sejak Mei lalu bukan baru kali ini. Pada 17 Juni 2012, Kapal Motor (KM) Putri Ayu tenggelam di perairan sebelah barat Pulau Seram dan menewaskan lebih dari 20 orang.
Kepala Stasiun Meteorologi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Ambon Sulimin mengingatkan, musim angin timur yang berdampak pada cuaca ekstrem, seperti hujan deras dan gelombang laut yang tinggi, diperkirakan masih akan terjadi hingga Agustus. Pemilik, nakhoda, dan pengguna jasa transportasi laut diingatkan agar tidak memaksakan diri naik kapal jika cuaca buruk.
Angkutan Lebaran
Transportasi laut, termasuk di Kepulauan Maluku, yang bertumpu pada pelayaran rakyat berpotensi terganggu cuaca ekstrem menjelang dan hingga pasca-Lebaran. Kapal milik PT Pelni yang tergolong tangguh ternyata juga tak bisa sepenuhnya diandalkan mengingat terbatasnya jumlah kapal.
Kepala Dinas Perhubungan Maluku Ujir Halid mengatakan, dengan kondisi cuaca seperti itu, besar kemungkinan arus mudik ataupun balik penumpang dengan transportasi laut terhambat.
Terdapat sembilan kapal perintis dan 19 feri yang beroperasi di perairan Maluku. Kapal pelayaran rakyat (pelra) yang berlayar dari Pelabuhan Slamet Riyadi, Ambon, berjumlah 16 kapal. Kapal pelra memiliki bobot mati di bawah 140 ton, sedangkan feri dan kapal perintis berbobot mati di bawah 1.000 ton.
Ujir melanjutkan, kapal yang bisa berlayar saat cuaca ekstrem hanya kapal milik PT Pelni. Hal ini karena ukuran kapal lebih besar, lebih dari 10.000 ton.
Ada delapan kapal Pelni yang jalur pelayarannya melintasi Maluku. Masalahnya, tidak semua kapal Pelni itu singgah di setiap pelabuhan yang ada di Maluku. Selain itu, frekuensi singgah kapal Pelni juga butuh waktu satu sampai dua minggu. ”Karena itu, kapal rakyat, feri, dan kapal perintis masih menjadi tumpuan warga saat Lebaran,” kata Ujir.
Kepala PT Pelni Cabang Ambon Didik Dwi Prasetyo menjelaskan, dari delapan kapal Pelni itu, dua yang berlayar di pulau- pulau di Maluku. Enam kapal lainnya hanya transit di Maluku.
Kedua kapal yang berlayar khusus di Maluku adalah KM Pangrango (bobot mati 2.600 ton) dan Sabuk Nusantara 31 (bobot mati 1.200 ton). Pelayaran kapal ini pun bergantung pada cuaca karena ukurannya lebih kecil daripada enam kapal lainnya. Jika tinggi ombak diperkirakan lebih dari 3 meter, kedua kapal ini sulit berlayar.
Imigran gelap
Terkait terdamparnya 60 imigran asal Irak di Sumenep, Kepala Badan SAR Nasional (Basarnas) III Jawa Timur Sutrisno mengatakan, para imigran itu diduga sedang berlayar menuju Australia menggunakan kapal nelayan. ”Kami mendapat laporan, kapal mereka mati mesin sejak tiga hari lalu, yakni Minggu (22/7),” katanya.
Kejadian terdamparnya imigran di perairan Jawa Timur bukan yang pertama. Pada akhir 2011, KM Barokah tenggelam di perairan Trenggalek saat mengangkut 215 imigran dalam pelayaran menuju Australia. Dari jumlah itu, hanya 49 korban yang selamat dan selebihnya tewas.
Menurut Sutrisno, sejak Rabu malam, Basarnas mendapatkan kabar bahwa kapal itu berada di perairan Pulau Ra’as, di timur Pulau Madura. Pada Kamis pukul 05.00, Basarnas menemukan kapal itu terdampar di Pulau Guwa-Guwa di sebelah timur Pulau Ra’as. Perjalanan kapal dari Surabaya sampai ke Pulau Guwa- Guwa bisa mencapai 11 jam.
Sebenarnya, pada Rabu malam tim evakuasi mencoba menyisir beberapa titik, seperti di perairan Pulau Sapudi, Pulau Ra’as, dan Pulau Gili Genting. Namun, perjalanan tidak dapat diteruskan ke arah Pulau Guwa-Guwa karena cuaca memburuk.
Selanjutnya, Kamis pagi, Basarnas langsung mencoba untuk mengevakuasi menggunakan kapal. Namun, tim evakuasi kembali lagi ke Pelabuhan Kalianget, Sumenep, karena gelombang tinggi dan membahayakan. Basarnas, dibantu TNI Angkatan Laut, mengerahkan KRI Tongkol-813 dari Komando Armada Kawasan Timur di Surabaya.

0 Response to "Angkutan Laut Rawan Celaka"

Posting Komentar

Program Perhitungan Minyak Petroleum Create your own banner at mybannermaker.com!
bisnis tiket pesawat online Peluang Bisnis Tiket Pesawat
Draft Survey Software untuk Pelaut

cek tiket pesawat murah