Menjadi seorang istri sebetulnya sudah merupakan sebuah status yang cukup menantang.. karena perubahan status dari jomblo menjadi istri seseorang.
Berikut kutipan tulisan seorang istri pelaut yg di blog Berita Kapal kami tuliskan kembali untuk pembaca blog Berita Kapal dalam label Balada Istri Pelaut, berikut kutipannya:
Namun, mungkin keadaan menjadi makin menantang.. ketika calon suami adalah seseorang yang memiliki pekerjaan dengan stigma negative yang cukup berat. Meskipun tentu saja, banyak profesi lain yang berat juga ya ?.
Tapi kata PELAUT.. jarang sekali mendapatkan apresiasi yang baik dari orang awam. Padahal boleh dibilang profesi pelaut termasuk yang disebut-sebut dalam alqur’an sebagai salah satu profesi tertua di dunia.
Bayangkan saja.. di jamannya nabi NUH as.. telah ada kapal besar.. siapa yang mengendalikannya kalau bukan para pelaut ?
Oleh karena itu, rasanya terpanggil sekali hati ini untuk bercerita.. bagaimana tantangan hidup yang aku dapatkan ketika Allah jodohkan dengan seorang pria dengan profesi sebagai pelaut….
Tantangan pertama… : Pertanyaan dari temen dan keluarga mengenai kesetiaan seorang pelaut
Ya… semua rata-rata mempertanyakan kesetiaan seorang Pelaut. Sebuah pertanyaan aneh sebenarnya mengingat, bukankah kalau ditotal dari jumlah perbandingan seluruh suami yang bekerja.. pelaut tidak menempati ranking tertinggi untuk berselingkuh ?
Coba kita bandingkan dengan anggota DPR, DPRD, atau PNS sekalipun, belum lagi para eksekutif muda. Gak terhitung kasus perselingkuhan dan ketidaksetiaan mereka kan ?
Jadi, ketika seseorang bertanya kepadaku.. apakah aku tidak takut nanti sang Pelaut berselingkuh ?. Aku jawab dengan tegas.. AKU TIDAK TAKUT dan TIDAK KHAWATIR, karena berselingkuh itu bukan karena profesi.. tapi kemauan si suami itu sendiri. Meskipun dekat istri sekalipun, jika memang sudah niat dan ada kesempatan, pasti dilakukan..
Jadi… kesetiaan seorang pelaut.. sama saja dengan kesetiaan suami-suami yang lain. Semuanya sangat individual..
Tantangan kedua..: Ditinggal berbulan-bulan oleh suami
Ini tantangan yang cukup berat sebenarnya.. Apalagi aku alami ketika baru 6 bulan menjadi pengantin baru.
Jika dulu aku terbiasa ditinggal Papa kerja keluar kota berhari-hari dan berminggu-minggu, aku tidak pernah khawatir. Aku tidak pernah mengerti perasaan Mama saat itu..
Namun sejak menjadi seorang istri Pelaut, mau tidak mau..berbulan-bulan aku ditinggal. Aku jadi merasakan apa yang dirasakan Mama selama ini. Meskipun Papaku bukan pelaut, namun pekerjaannya selalu membuat beliau meninggalkan keluarga.
Rasanya memang berat, karena setiap persoalan yang muncul dalam diri, keluarga dan lingkungan..harus aku hadapi dan cari solusinya sendiri. Memang sih ada alat komunikasi, ..tapi gak setiap saat ada signal ataupun alat komunikasi yg bisa digunakan di laut lepas sana kan ?
Rasa khawatir sering sekali muncul, jauh lebih sering dari rasa rindu ke suami. Mungkin karena medan pekerjaannya yang tidak dapat diprediksi. Tak jarang, air mata menjadi teman sehari-hari karena mengkhawatirkan nasib suamiku disana.
Walhasil, selain terlatih untuk sabar menanti suami, aku juga jadi makin kuat dan sabar menghadapi berbagai ujian sebagai pengantin baru, termasuk beradaptasi dengan keluarga suami dan pihak lainnya.
Tantangan ketiga : Adaptasi dengan keadaan dan godaan dari orang sekitar
Ini juga tantangan berat…
Tak sedikit teman kerja, senior ataupun teman kuliah yang mengetahui kalau aku sering ditinggal dan mempunyai suami seorang pelau, maka sering berseloroh ke arah yang negative dan tidak menyenangkan. Belum lagi komentar-komentar jorok seputar suami istri..
Aku tidak pernah meladeni, boleh dibilang aku pun tidak pernah ikut tertawa dengan seloroh mereka. Tidak jarang aku langsung meninggalkan mereka, bahkan menunjukkan muka tidak suka kearah mereka langsung, sekalipun mereka adalah para seniorku atau teman kuliahku. Ada juga orang yang awalnya seperti mengajak diskusi kuliah, ujung-ujungnya membahas hal yang tidak perlu dibahas terkait masalah hubungan suami istri..
Untuk yang seperti ini aku tidak sungkan untuk membentaknya dan mempermalu orang tersebut di kelas atau dimuka orang ramai.
Aku jadi berpikir…
Kata orang .. Pelaut tidak setia.. Pelaut suka ganggu perempuan..
Namun yang aku alami malah sebaliknya.. teman kuliah atau kolega di kampus, justru menggangguku dan cenderung mengumbar kata-kata tidak pantas diucapkan oleh seseorang yang berpendidikan..
Jadi tak perlu pembuktian secara khusus untuk menunjukkan bahwa laki-laki hidung belang atau tidak setia itu, tidak mesti seorang Pelaut, Iya kan ?
Tantangan keempat : Kalau berkumpul.. adaptasi terus menerus…
Benar sekali…
Ini aku rasakan setiap kali suami cuti dari pekerjaannya beberapa minggu…
Aku harus adaptasi berbagai hal..mulai dari kebiasaan yang biasanya dilakukan sendiri ketika suami berlayar, hingga hal-hal kecil sekalipun..
Tak jarang, diawal-awal masa berkumpul lagi..aku sering sekali terkejut ketika bangun tidur ada laki-laki disampingku. Aku benar-benar kaget lho …
Biasanya ini terjadi di hari-hari pertama kumpul lagi..
Belum lagi beradaptasi dengan sifat-sifatnya yang belum banyak aku ketahui dan pelajari karena sering kali belum kenal betul..tau-tau si suami udah harus berlayar lagi…
Seru sih ! Karena jadi menemukan hal-hal baru setiap hari…
Meskipun juga tidak dipungkiri..ini semua dapat dijalani dengan adaptasi yang baik karena diimbangin dengan kerja keras untuk menghindari konflik.
Sebetulnya…
Banyak lagi tantangan-tantangan yang ada ketika kita menjadi seorang istri, apalagi menjadi seorang istri yang suaminya berprofesi tertentu seperti Pelaut…..
Namun secara garis besar… ini semua harus bisa dihadapi…
Aku juga merasa punya semacam obligasi atau kewajian untuk mampu mengikis stigma negative yang sering muncul terkait profesi Pelaut ini…Mudah-mudahan aku bisa….
Namun, mungkin keadaan menjadi makin menantang.. ketika calon suami adalah seseorang yang memiliki pekerjaan dengan stigma negative yang cukup berat. Meskipun tentu saja, banyak profesi lain yang berat juga ya ?.
Tapi kata PELAUT.. jarang sekali mendapatkan apresiasi yang baik dari orang awam. Padahal boleh dibilang profesi pelaut termasuk yang disebut-sebut dalam alqur’an sebagai salah satu profesi tertua di dunia.
Bayangkan saja.. di jamannya nabi NUH as.. telah ada kapal besar.. siapa yang mengendalikannya kalau bukan para pelaut ?
Oleh karena itu, rasanya terpanggil sekali hati ini untuk bercerita.. bagaimana tantangan hidup yang aku dapatkan ketika Allah jodohkan dengan seorang pria dengan profesi sebagai pelaut….
Tantangan pertama… : Pertanyaan dari temen dan keluarga mengenai kesetiaan seorang pelaut
Ya… semua rata-rata mempertanyakan kesetiaan seorang Pelaut. Sebuah pertanyaan aneh sebenarnya mengingat, bukankah kalau ditotal dari jumlah perbandingan seluruh suami yang bekerja.. pelaut tidak menempati ranking tertinggi untuk berselingkuh ?
Coba kita bandingkan dengan anggota DPR, DPRD, atau PNS sekalipun, belum lagi para eksekutif muda. Gak terhitung kasus perselingkuhan dan ketidaksetiaan mereka kan ?
Jadi, ketika seseorang bertanya kepadaku.. apakah aku tidak takut nanti sang Pelaut berselingkuh ?. Aku jawab dengan tegas.. AKU TIDAK TAKUT dan TIDAK KHAWATIR, karena berselingkuh itu bukan karena profesi.. tapi kemauan si suami itu sendiri. Meskipun dekat istri sekalipun, jika memang sudah niat dan ada kesempatan, pasti dilakukan..
Jadi… kesetiaan seorang pelaut.. sama saja dengan kesetiaan suami-suami yang lain. Semuanya sangat individual..
Tantangan kedua..: Ditinggal berbulan-bulan oleh suami
Ini tantangan yang cukup berat sebenarnya.. Apalagi aku alami ketika baru 6 bulan menjadi pengantin baru.
Jika dulu aku terbiasa ditinggal Papa kerja keluar kota berhari-hari dan berminggu-minggu, aku tidak pernah khawatir. Aku tidak pernah mengerti perasaan Mama saat itu..
Namun sejak menjadi seorang istri Pelaut, mau tidak mau..berbulan-bulan aku ditinggal. Aku jadi merasakan apa yang dirasakan Mama selama ini. Meskipun Papaku bukan pelaut, namun pekerjaannya selalu membuat beliau meninggalkan keluarga.
Rasanya memang berat, karena setiap persoalan yang muncul dalam diri, keluarga dan lingkungan..harus aku hadapi dan cari solusinya sendiri. Memang sih ada alat komunikasi, ..tapi gak setiap saat ada signal ataupun alat komunikasi yg bisa digunakan di laut lepas sana kan ?
Rasa khawatir sering sekali muncul, jauh lebih sering dari rasa rindu ke suami. Mungkin karena medan pekerjaannya yang tidak dapat diprediksi. Tak jarang, air mata menjadi teman sehari-hari karena mengkhawatirkan nasib suamiku disana.
Walhasil, selain terlatih untuk sabar menanti suami, aku juga jadi makin kuat dan sabar menghadapi berbagai ujian sebagai pengantin baru, termasuk beradaptasi dengan keluarga suami dan pihak lainnya.
Tantangan ketiga : Adaptasi dengan keadaan dan godaan dari orang sekitar
Ini juga tantangan berat…
Tak sedikit teman kerja, senior ataupun teman kuliah yang mengetahui kalau aku sering ditinggal dan mempunyai suami seorang pelau, maka sering berseloroh ke arah yang negative dan tidak menyenangkan. Belum lagi komentar-komentar jorok seputar suami istri..
Aku tidak pernah meladeni, boleh dibilang aku pun tidak pernah ikut tertawa dengan seloroh mereka. Tidak jarang aku langsung meninggalkan mereka, bahkan menunjukkan muka tidak suka kearah mereka langsung, sekalipun mereka adalah para seniorku atau teman kuliahku. Ada juga orang yang awalnya seperti mengajak diskusi kuliah, ujung-ujungnya membahas hal yang tidak perlu dibahas terkait masalah hubungan suami istri..
Untuk yang seperti ini aku tidak sungkan untuk membentaknya dan mempermalu orang tersebut di kelas atau dimuka orang ramai.
Aku jadi berpikir…
Kata orang .. Pelaut tidak setia.. Pelaut suka ganggu perempuan..
Namun yang aku alami malah sebaliknya.. teman kuliah atau kolega di kampus, justru menggangguku dan cenderung mengumbar kata-kata tidak pantas diucapkan oleh seseorang yang berpendidikan..
Jadi tak perlu pembuktian secara khusus untuk menunjukkan bahwa laki-laki hidung belang atau tidak setia itu, tidak mesti seorang Pelaut, Iya kan ?
Tantangan keempat : Kalau berkumpul.. adaptasi terus menerus…
Benar sekali…
Ini aku rasakan setiap kali suami cuti dari pekerjaannya beberapa minggu…
Aku harus adaptasi berbagai hal..mulai dari kebiasaan yang biasanya dilakukan sendiri ketika suami berlayar, hingga hal-hal kecil sekalipun..
Tak jarang, diawal-awal masa berkumpul lagi..aku sering sekali terkejut ketika bangun tidur ada laki-laki disampingku. Aku benar-benar kaget lho …
Biasanya ini terjadi di hari-hari pertama kumpul lagi..
Belum lagi beradaptasi dengan sifat-sifatnya yang belum banyak aku ketahui dan pelajari karena sering kali belum kenal betul..tau-tau si suami udah harus berlayar lagi…
Seru sih ! Karena jadi menemukan hal-hal baru setiap hari…
Meskipun juga tidak dipungkiri..ini semua dapat dijalani dengan adaptasi yang baik karena diimbangin dengan kerja keras untuk menghindari konflik.
Sebetulnya…
Banyak lagi tantangan-tantangan yang ada ketika kita menjadi seorang istri, apalagi menjadi seorang istri yang suaminya berprofesi tertentu seperti Pelaut…..
Namun secara garis besar… ini semua harus bisa dihadapi…
Aku juga merasa punya semacam obligasi atau kewajian untuk mampu mengikis stigma negative yang sering muncul terkait profesi Pelaut ini…Mudah-mudahan aku bisa….
Amiiiin! Aku juga nggak suka kalau ada yang bilang pelaut pasti selingkuh. Tergantung orangnya dong. Aku percaya sama suamiku tidak macem macem.
BalasHapus