Kapal Layar Motor (KLM) Karya Jaya tenggelam di perairan Selayar, Rabu, 24 Desember kemarin. Dua penumpangnya tewas.
Cuaca ekstrem di perairan Kabupaten Kepulauan Selayar memakan korban. Sebelas warga asal Pulau Kulambi, Kabupaten Pangkep, dan Flores, Nusa Tenggara Timur, terombang-ambing dengan sampan selama hampir 24 jam. Dua di antaranya tewas.
KLM Karya Jaya 02 berangkat dari Pelabuhan Labuan Bajo, Flores, Minggu, 22 Desember lalu. Tujuannya menuju Makassar dengan melewati perairan Selayar. Karena dihantam ombak dan badai, kapal pengangkut barang tersebut tenggelam. Nakhoda dan seluruh awaknya yang berjumlah sebelas orang terdampar di Pulau Kayuadi, Selayar, Rabu dinihari, 25 Desember.
Sebelas warga tersebut ditemukan oleh warga Pulau Kayuadi, Kecamatan Takabonerate, setelah terlihat dari kejauhan meminta tolong dari sebelah barat pulau, sekira pukul 05.00 kemarin. Warga yang dibantu aparat Polsek Takabonerate, langsung menyelamatkan korban dengan kapal jolloro (kapal nelayan).
Menurut Kanit Reskrim Polsek Takabonerate, Brigadir Irwan, warga dan polisi awalnya menemukan sembilan orang korban. "Satu korban meninggal di TKP yakni, Baba Rahmat, 22 tahun. Seorang warga lainnya, yakni Nurdin, 24 tahun, meninggal setelah dilarikan ke Puskesmas Kayuadi," jelas dia, kemarin.
Tujuh korban lain yang ditemukan pertama, adalah, Ali Maphan, 37 tahun (Nakhoda Kapal), Sapa 17, Tamrin 31, Darwis 17, Nahir 44, Basri 28, dan Muhammad Ali 27.
Dua korban lain yang teridentifikasi bernama Abdul Asis Tido dan anaknya, Takdir, ditemukan lima jam kemudian, setelah tim Polsek Takabonerate, dan Basarnas melakukan pencarian di sekitar lokasi. "Semua korban masih dalam perawatan di Puskesmas," jelas dia.
Kapolres Selayar, AKBP Moh Hidayat menambahkan, korban diketahui berangkat dari Pelabuhan Labuan Bajo, Flores, Nusa Tenggara Timur menuju Makassar. "Namun, di tengah jalan, badai menghantam kapal hingga tenggelam dan akhirnya terdampar di Kayuadi," jelas Hidayat. Saat ditemukan, terlihat luka yang diduga bekas gigitan hewan laut pada badan korban.
"Dua korban itu meninggal karena kedinginan. Mereka secara bergantian berenang mendorong sampan menuju pulau. Dua korban yang meninggal itu termasuk dapat giliran berenang. Proses evakuasi terkendala komunikasi dan listrik. Pemadaman listrik di Selayar sampai 30 kali perhari. Sinyal di pulau juga susah," jelasnya.
Hidayat menjelaskan, ombak yang tingginya sampai 6 meter, juga membuat pulau Kayuadi terisolir. "Tim evakuasi sampai sekarang masih di sana. Tidak bisa keluar dari pulau. Keluarga korban di Pangkep juga sudah dihubungi. Mereka ingin membawa pulang jenazah korban, tapi sulit. Kita sempat sarankan, jenazahnya dikubur di sana, tapi dibuatkan peti, agar bisa dipulangka. Itu karena tidak mungkin membawa jenazah ke Pulau (Selayar). Tidak bisa diawetkan, karena tidak ada formalin di sana. Peralatan medis juga terbatas," jelas dia.
Menurut informasi korban, kata Hidayat, sebelas awak kapal tersebut berangkat dari Flores, pukul pukul 16.00 WITA, Minggu 22 Desember lalu. "Kapalnya hendak menuju Makassar. Di tengah jalan, Kapal dengan nama KLM (Kapal Layar Motor) Karya Jaya 02 itu dihantam ombak. Kapal tersebut mulai masuk air sekira pukul 22.00 WITA, pada Selasa malam, dan perlahan tenggelam," jelas dia.
Keesokan harinya, di pagi hari, Selasa 24 Desember, kapal tersebut dengan bobot 123 GT (Gross Tonnage) tersebut akhirnya tenggelam. "Kerugiannya ditaksir sekitar Rp4 miliar," jelas Hidayat. Menurut dia, pihak Polres selama ini telah melarang aktivitas pelayaran. "Tapi, orang-orang dari Flores tidak tahu itu," jelas dia.
Selama ini, kata dia, sudah empat kapal motor pengangkut barang yang awaknya diselamatkan aparat Polair (Kepolisian Air) Selayar, karena dihantam ombak. Dua kapal terakhir yang juga bocor karena dihantam ombak adalah KM Cinta Damai pada 22 Desember lalu, dan KM Putra Tunggal, 23 Desember. Dua kapal tersebut berhasil sandar dan semua penumpangnya selamat.
Menurut Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), cuaca ekstrem di peraidan Selayar diprediksi berlangsung 23 hingga 25 desember 2013, dengan kecepatan angin 9,33 knot dan ketinggian ombak 2 hingga 6 meter. Cuaca tersebut ikut membuat kapal besar, seperti Ferry, tidak beroperasi. Komandan Pos Pelabuhan Bira, Bulukumba, Abidin, mengungkapkan, kapal Ferry kemungkinan tidak beroperasi hingga 28 Desembe
0 Response to "Kapal Tenggelam, Dua Tewas"
Posting Komentar