Kendala utama dan paling sering dijumpai pelaut Indonesia yang bekerja di kapal asing adalah kemampuan bicara Bahasa Inggris. Penguasaan Bahasa Inggris menjadi titik lemah para pelaut kita. Saya sering melakukan interview terhadap para cadet (calon perwira kapal), dan dapat saya pastikan dari umpamanya 100 cadet yang saya interview maka hanya ada sekitar 10-15 orang yang dapat dikatakan bagus dalam berbahasa Inggris.
Lantas kemudian kenapa Bahasa Inggris menjadi begitu penting bagi para pelaut kita yang bekerja di atas kapal asing? Tentu saja. Karena komunikasi di atas kapal pasti menggunakan Bahasa Inggris, mau tidak mau mereka harus menguasainya. Selain safety training, cross culture communication, maka English mestinya menjadi sebuah kemestian bagi para pelaut kita. Mereka harus berbaur dengan berbagai pelaut lain dari beragam nationality dan budaya. Tanpa kemampuan tersebut, mereka akan `gagu' dan `gagap' di atas kapal.
Bahasa Inggris yang digunakan sebagai komunikasi di atas kapal pada dasarnya sama dengan yang umumnya kita gunakan. Namun ada beberapa perbedaan mendasar dalam budaya berucap di atas kapal. Selain itu juga ada beberapa perbedaan vocabulary. Contoh sederhana, dalam percakapan sehari-hari kita menyebut sebelah kanan dengan right side, namun di atas kapal kita mengenalnya dengan starboard side. Untuk sebelah kiri yang kita sering pakai adalah left side, maka di atas kapal disebut sebagai portside. Masih banyak contoh lainnya.
Nah, penguasaan Bahasa Inggris memang sudah merupakan `momok menakutkan' bagi para pelaut kita. Ini seringkali menjadi kendala para pelaut kita berkomunikasi di atas kapal. Appraisal jelek di atas kapal seringkali dikarenakan lack of communication yang ternyata berasal dari ketidakmampuan para pelaut kita berbahasa Inggris. Keliru mengartikan pesan. Keliru melaporkan. Keliru menerima dan menjalankan instruksi dan lain sebagainya.
Saat ini, bisa jadi Indonesia memiliki sekitar lebih dari 70 ribu pelaut aktif. Kita sudah semestinya mengungguli pelaut-pelaut asing. Asal saja kita punya kemauan dan kemampuan untuk itu. Attitude, behavior based safety, dan English knowledge harus sudah menjadi harga mati bila keinginan kita menjadi lebih unggul dari para pelaut asing tersebut. Paling tidak, kita harus mengungguli terlebih dahulu para pelaut dari India dan Filipina. Karena merekalah `raja laut' saat ini. Bukankah nenek moyang kita adalah pelaut? Dan bukan hanya sebatas pelaut, mereka adalah pelaut-pelaut yang hebat dan sangat Berjaya di laut. Mereka adalah pelaut-pelaut ulung. No doubt about it. Sejarah sudah berbicara lebih dari sekedar cukup tentang berbagai keunggulan dan kehebatan mereka.
Ada beberapa catatan historis yang menegaskan kepada dunia, bahwa pelaut yang menemukan benua Australia sebetulnya bukanlah James Cook, akan tetapi para pelaut dari Indonesia yang ratusan tahun sebelumnya telah menjelajah sampai ke benua itu, termasuk juga ke tempat-tempat lainnya.Pelaut masa kini tidak boleh kalah. Dengan memiliki kemampuan berbahasa Inggris maksimal, dapat dipastikan para pelaut kita bisa `menguasai lautan', bahkan sampai ke ujung bumi sekalipun.
Sampai saat ini, menurut catatan KPI, ada sekitar 250 ribu pelaut Indonesia yang bekerja di berbagai kapal berbendera asing dan sekitar 35 ribu di antaranya adalah merupakan anggota KPI. Pelaut Indonesia yang bekerja di kapal berbendara asing adalah nomor tiga terbesar di dunia setelah tentu saja India dan Filipina. Dari segi jumlah, memang sudah termasuk sangat banyak. Tapi toh dengan jumlah seperti itu masih tetap dirasa kurang. Lalu bagaimana dari segi kualitas? Banyak yang berkualitas, tapi serempak kita masih harus terus bekerja keras menciptakan pelaut-pelaut yang handal dan berkualitas. Bagaimana caranya? Yang dengan training dan pelatihan. Memantapkan silabus-silabus di berbagai akademi pelayaran, termasuk fasilitas-fasilitasnya. Dan salah satu yang terpenting juga adalah tentu saja dengan memaksimalkan dan menggenjot kemampuan berbahasa Inggris mereka. Para pelaut kita masih kalah kalau jauh dibandingkan India dan Fillipina dari segi penguasaan Bahasa Inggris.
Tidak diragukan lagi, kita adalah negara maritime. Kita negara kepulauan yang memiliki banyak laut. Hidup nenek moyang kita adalah dari hasil laut. Sampai sekarang pun laut masih menjadi salah satu andalan utama kita. Sudah barang tentu akan sangat disayangkan bila nanti justru laut kita `dikuasai' oleh negara lain, oleh pelaut asing, dan oleh perusahaan asing.
Si `penakluk bumi', kapten kapal bernama James Cook pernah mengatakan "Ambition leads me not only farther than any other man has been before me, but as far as I think it possible for man to go." Dan saat ini saya ingin menyitir pendapat tersebut untuk para pelaut kita. You can do it better than you ever think. You even can do it better than James Cook. Jelajahi samudera dan tunjukkan bahwa Indonesia adalah gudangnya pelaut. Bukan sekedar pelaut yang bisa melaut, tapi pelaut yang berkualitas dan berkemampuan tinggi.
Selamat melaut Michael Sendow
dicopy dari postingan penulis di:
http://bahasa.kompasiana.com/2013/08/20/kemampuan-pelaut-indonesia-585675.html
Lantas kemudian kenapa Bahasa Inggris menjadi begitu penting bagi para pelaut kita yang bekerja di atas kapal asing? Tentu saja. Karena komunikasi di atas kapal pasti menggunakan Bahasa Inggris, mau tidak mau mereka harus menguasainya. Selain safety training, cross culture communication, maka English mestinya menjadi sebuah kemestian bagi para pelaut kita. Mereka harus berbaur dengan berbagai pelaut lain dari beragam nationality dan budaya. Tanpa kemampuan tersebut, mereka akan `gagu' dan `gagap' di atas kapal.
Bahasa Inggris yang digunakan sebagai komunikasi di atas kapal pada dasarnya sama dengan yang umumnya kita gunakan. Namun ada beberapa perbedaan mendasar dalam budaya berucap di atas kapal. Selain itu juga ada beberapa perbedaan vocabulary. Contoh sederhana, dalam percakapan sehari-hari kita menyebut sebelah kanan dengan right side, namun di atas kapal kita mengenalnya dengan starboard side. Untuk sebelah kiri yang kita sering pakai adalah left side, maka di atas kapal disebut sebagai portside. Masih banyak contoh lainnya.
Nah, penguasaan Bahasa Inggris memang sudah merupakan `momok menakutkan' bagi para pelaut kita. Ini seringkali menjadi kendala para pelaut kita berkomunikasi di atas kapal. Appraisal jelek di atas kapal seringkali dikarenakan lack of communication yang ternyata berasal dari ketidakmampuan para pelaut kita berbahasa Inggris. Keliru mengartikan pesan. Keliru melaporkan. Keliru menerima dan menjalankan instruksi dan lain sebagainya.
Saat ini, bisa jadi Indonesia memiliki sekitar lebih dari 70 ribu pelaut aktif. Kita sudah semestinya mengungguli pelaut-pelaut asing. Asal saja kita punya kemauan dan kemampuan untuk itu. Attitude, behavior based safety, dan English knowledge harus sudah menjadi harga mati bila keinginan kita menjadi lebih unggul dari para pelaut asing tersebut. Paling tidak, kita harus mengungguli terlebih dahulu para pelaut dari India dan Filipina. Karena merekalah `raja laut' saat ini. Bukankah nenek moyang kita adalah pelaut? Dan bukan hanya sebatas pelaut, mereka adalah pelaut-pelaut yang hebat dan sangat Berjaya di laut. Mereka adalah pelaut-pelaut ulung. No doubt about it. Sejarah sudah berbicara lebih dari sekedar cukup tentang berbagai keunggulan dan kehebatan mereka.
Ada beberapa catatan historis yang menegaskan kepada dunia, bahwa pelaut yang menemukan benua Australia sebetulnya bukanlah James Cook, akan tetapi para pelaut dari Indonesia yang ratusan tahun sebelumnya telah menjelajah sampai ke benua itu, termasuk juga ke tempat-tempat lainnya.Pelaut masa kini tidak boleh kalah. Dengan memiliki kemampuan berbahasa Inggris maksimal, dapat dipastikan para pelaut kita bisa `menguasai lautan', bahkan sampai ke ujung bumi sekalipun.
Sampai saat ini, menurut catatan KPI, ada sekitar 250 ribu pelaut Indonesia yang bekerja di berbagai kapal berbendera asing dan sekitar 35 ribu di antaranya adalah merupakan anggota KPI. Pelaut Indonesia yang bekerja di kapal berbendara asing adalah nomor tiga terbesar di dunia setelah tentu saja India dan Filipina. Dari segi jumlah, memang sudah termasuk sangat banyak. Tapi toh dengan jumlah seperti itu masih tetap dirasa kurang. Lalu bagaimana dari segi kualitas? Banyak yang berkualitas, tapi serempak kita masih harus terus bekerja keras menciptakan pelaut-pelaut yang handal dan berkualitas. Bagaimana caranya? Yang dengan training dan pelatihan. Memantapkan silabus-silabus di berbagai akademi pelayaran, termasuk fasilitas-fasilitasnya. Dan salah satu yang terpenting juga adalah tentu saja dengan memaksimalkan dan menggenjot kemampuan berbahasa Inggris mereka. Para pelaut kita masih kalah kalau jauh dibandingkan India dan Fillipina dari segi penguasaan Bahasa Inggris.
Tidak diragukan lagi, kita adalah negara maritime. Kita negara kepulauan yang memiliki banyak laut. Hidup nenek moyang kita adalah dari hasil laut. Sampai sekarang pun laut masih menjadi salah satu andalan utama kita. Sudah barang tentu akan sangat disayangkan bila nanti justru laut kita `dikuasai' oleh negara lain, oleh pelaut asing, dan oleh perusahaan asing.
Si `penakluk bumi', kapten kapal bernama James Cook pernah mengatakan "Ambition leads me not only farther than any other man has been before me, but as far as I think it possible for man to go." Dan saat ini saya ingin menyitir pendapat tersebut untuk para pelaut kita. You can do it better than you ever think. You even can do it better than James Cook. Jelajahi samudera dan tunjukkan bahwa Indonesia adalah gudangnya pelaut. Bukan sekedar pelaut yang bisa melaut, tapi pelaut yang berkualitas dan berkemampuan tinggi.
Selamat melaut Michael Sendow
dicopy dari postingan penulis di:
http://bahasa.kompasiana.com/2013/08/20/kemampuan-pelaut-indonesia-585675.html
0 Response to "Kemampuan Pelaut Indonesia"
Posting Komentar