Indonesia adalah negeri kepulauan. Dari ujung paling barat di Aceh hingga ujung paling timur di Papua, berjajar ribuan pulau, besar maupun kecil. Sudah sejak ribuan tahun silam, bangsa ini dikenal memiliki pelaut-pelaut yang tangguh. Mereka hidup di tengah laut, hidup bersama laut dan hidup dari laut.
Pulau Wawonii adalah satu dari ribuan pulau di Indonesia dan satu dari puluhan pulau yang terdapat di jazirah Sulawesi Tenggara. Jika anda bertanya tentang Pulau Wawonii kepada penduduk Sulawesi Tenggara, seringkali cerita yang anda dapat adalah tentang cerita mistis betapa penduduk asli Suku Wawonii memiliki reputasi magis dibandingkan suku-suku lain yang ada di provnsi ini. Namun, bayangan mistis seketika hilang saat saya datang berkunjung ke pulau ini. Warga Wawonii ternyata ramah dan cukup terbuka dengan para pendatang.
Pulau ini terdiri dari tujuh kecamatan dan karena perkembangan infrastruktur, terutama jalan darat belum maksimal, maka transportasi antar kecamatan bahkan antar desa lebih mudah ditempuh melalui jalur laut. Dari tujuh kecamatan yang ada, Kecamatan Wawonii Barat boleh dibilang adalah daerah paling maju. Perkantoran serta pelabuhan besar menuju Kendari berpusat di Wawonii Barat. Demikian juga sekolah, di sini sudah terbangun seluruh jenjang pendidikan mulai dari TK, SD, SMP dan SMA.
Tak hanya suku asli Wawonii, di pulau ini terdapat pula berbagai suku bangsa lain antara lain Bugis, Tolaki, Muna, Buton dan Bajo. Namun, keragaman suku tidak menjadi masalah di pulau ini, justru mereka yang telah lama bermukim secara turun temurun, tidak sungkan lagi menyebut bahwa mereka adalah warga Wawonii.
Seperti halnya pemukiman penduduk di pesisir atau pulau-pulau kecil yang tersebar di Sulawesi Tenggara, di Wawonii juga mudah dijumpai pemukiman-pemukiman yang berdiri di atas laut. Rumah-rumah kayu itu dibangun dengan kaki-kaki kayu yang menancap di tempat yang tidak jarang digenangi air laut. Jika air laut surut, maka tampaklah lumpur atau pasir tempat kaki-kaki rumah mereka menginjak.
Desa Langara Bajo termasuk dalam wilayah Kecamatan Wawonii Barat dan mayoritas penduduknya adalah Suku Bajo yang dikenal sebagai pelaut yang tangguh. Mereka konon bisa melaut hingga mendekati perairan Australia, dan suku bangsa mereka telah hidup tersebar di lautan Nusantara.
Wilayah desa Langara Bajo ini terdiri dari pemukiman di atas laut, termasuk juga kantor pemerintahan desa. Jika di perkotaan biasanya sepeda motor atau mobil terparkir di depan rumah, maka di Langara Bajo tak jarang dijumpai perahu kayu yang parkir di depan rumah mereka.
Bermalam di salah satu rumah penduduk di sana, telah membuat saya merasakan sebuah sisi kehidupan yang berbeda. Keramahan tuan rumah adalah sebuah sisi positif, demikian pula suasana desa yang berada di atas air laut. Sebuah pengalaman yang tak terlupakan, sekaligus titik renungan bagi diri untuk senantiasa bersyukur kepada Sang Pencipta.
Rumah nyaman bagi kebanyakan orang adalah impian di mana keindahan interior serta halaman luas nan asri yang sejuk dengan pepohonan yang menghiasi. Namun, bagi sebagian penduduk negeri ini, rumah nyaman adalah kehidupan di tengah lautan bersama keluarga dan kerabat. Maka dengan itu mereka merasakan hidup.
0 Response to "Rumah Kami di Atas Laut"
Posting Komentar