Sore itu hari Jum’at tanggal 28/12/2012 sekitar pukul 14:30 saya mendapat tugas patroli ke daerah Tanjung Berakit untuk mengawal kapal yang sedang bekerja memasang pipa gas bawah laut Indonesia –Singapura.
Tugas kami adalah memastikan kalau kapal-kapal yang sedang berlayar mengetahui bahwa ada kapal yang sedang bekerja sehingga olah geraknya terbatas, memberitahu nya dan menunjukkan jalur lain yang lebih aman. Serta mengusir kapal-kapal yang berlabuh jangkar di jalur pemasangan pipa bawah laut untuk pindah ketempat baru yang lebih aman untuk pekerjaan.
Perjalanan dari dermaga Tanjung Uban hingga ke lokasi kami tempuh dalam waktu 3,5 jam. Akibat kondisi laut yang beromabak di bulan-bulan ini, musim utara kami menyebutnya. Saya sedikit kewalahan beradaptasi dengan perut mual dan kepala pusing, akhirnya saya banyak duduk selama perjalanan.
Setiba dilokasi, saya langsung melakukan komunikasi dengan kapal yang sedang bekerja CS Fu Hai namanya, kapal berwarna merah berjenis Supply ini tampak sedang melakukan olah gerak yang terbatas, terlihat dari tanda yang dipasang yaitu lampu merah putih merah bersusun tegak terpasang di tiang utama kapal.
Setelah mengetahui keberadaan dan tujuan kami datang, Capten kapal supply itu memberikan 2 nama kapal yang sedang berlabuh jangkar dan posisinya ada di alur pemasangan pipa. Kapal pertama bernama Li Hao.
Segera saya hubungi dengan radio VHF channel 16. Dengan beberapa kali panggilan kapten kapal Li Hao langsung merespon dan bersedia pindah posisi labuhnya, namun minta waktu 40 menit untuk menyiapkan mesin dan crew.
Kapal kedua bernama Leo Perdana, mendengar nama kapal yang mirip-mirip kapal Indonesia, saya pun memanggil kapal tersebut dengan bahasa Indonesia, tapi sayang hingga berkali-kali tidak ada jawaban. Saya ulangi memanggil kapal tersebut menggunakan bahasa Inggris, yup langsung di respon. Sama dengan kapal pertama, Leo Perdana langsung merespon saat itu juga.
Dua kapal yang berada di alur pemasangan pipa sudah kami usir. Saya hubungi lagi kapten kapal Fu Hai untuk permisi pulang, karena tugas kami sudah selesai, tapi kapten meminta untuk menunda satu jam, untuk memastikan dua kapal itu sudah betul-betul bergeser ke tempat yang lebih aman.
Oke, saya menyetujuinya, padahal kepala pusing dan perut mual yang sejak keberangkatan belumlah bisa beradaptasi, hampir saya colok mulut saya agar keluar sekalian, biasanya setelahnya jadi lebih lega, namun urung saya lakukan, saya masih mencoba bertahan.
Oleh-oleh menarik yang saya bawa adalah, bahwa kedua kapal yang berlabuh itu sudah berada disana hampir satu bulan, tidak ada perwakilan di Indonesia pun Malaysia. Sang kapten kapal berdalih mereka berada di Perairan Internasional? Sampai disini saya semakin curiga, benarkah?
Untuk mendapatkan kepastian saya minta posisi GPS kapal tersebut. Saya dapatkan data, mereka berada pada posisi GPS 010 24.86 N – 1040 40.5 E
Malam itu juga kami langsung pulang kembali ke Dermaga Tanjung Uban. Selain karena tugas yang memang sudah selesai juga untuk mencari informasi yang lengkap mengenai “Perairan Internasional” ini.
Besoknya saya hubungi orang yang ahli dalam hal perbatasan ini khsusnya perbatasan di Tanjung Berakit. Dia adalah Andi Arsana mahasiswa S3 di Universitas Wollongong Asutralia.
Karena saya Ingat beliau pernah membuat Video tentang perbatasan Indonesia-Malaysia di Tanjung Berakit sewaktu ada masalah dengan penangkapan tiga petugas DKP yang menagkap lima kapal nelayan Malaysia yang sedang menangkap ikan di perairan Indonesia di tahaun 2010.
Kemudian pertanyaan saya tuliskan di webnya beliau, tidak terlalu lama hanya dalam hitungan menit pertanyaan saya langsung direspon.
Jawaban yang melegakan namun harus disikapi dengan hati-hati adalah posisi GPS diatas masih dalam wilayah Indonesia. Kecurigaan saya semakin bertambah manakala disampaikan kalau Perairan Internasional (High Seas) berada 200 mil dari garis pantai.
Keterangan: Garis merah merupakan garis Landas Kontinen sementara garis putih adalah klaim Indonesia untuk batas Zona Ekonomi Eksklusif namun masih kalim sepihak dari Indonesia (sumber: http://madeandi.com/2010/09/04/tanjung-berakit-dalam-video/) .
Kita ingat di tahun 2010 tiga orang petugas Departemen kelutan dan Perikanan (DKP) ditangkap oleh kapal patroli Malaysia di daerah ini, padahal petugas patroli DKP sangat yakin mereka, (para nelayan malaysia) itu melakukan penangkapan ikan di Perairan kita, namun karena kalah jumlah dan persenjataan akhirnya kita “kalah gertak”.
Masalah ini sempat membuat hubungan kita dengan malaysia kembali memanas, akhirnya tiga petugas DKP dilepaskan tapi lima kapal nelayan malaysia yang ditangkap juga dilepaskan, barter begitulah kurang lebih.
Masih menurut made Andi Arsana, itulah mengapa pentingnya batas. Sehingga kita bisa tahu sebuah kapal berada di perairan siapa.
Dengan banyaknya kapal-kapal berlabuh di perairan yang hanya berjarak 8 mil dari Tanjung Berakit, banyak kemungkinan yang dilakukan kapal-kapal itu diantaranya, transaksi minyak secara illegal dan pencemaran, jikalau itu benar maka pantai Indonesia sudah pasti tercemar lebih dulu.
Alangkah sayang nya jikalau hanya dengan berdalih ada di Perairan Internasional mereka bisa melakukan apa saja, sementara sudah jelas mereka ada di perairan kita, tapi kejadian tahun 2010 pun jangan sampai terulang.
Semoga ditahun 2013 masalah batas di tanjung berakit ini sudah ada kesepakatan, ada batas titik-titik koordinat yang jelas sehingga tidak membingungkan petugas di laut.
0 Response to "Goyang Pengocok Perut di Perairan Internasional"
Posting Komentar