Keindahan Pulau Karimunjawja
REPUBLIKA.CO.ID, JEPARA -- Cuaca buruk yang masih melanda perairan utara Jawa membuat membuat lalu lintas penyeberangan dari Jepara ke kepulauan Karimunjawa lumpuh.
Dalam dua hari terakhir, pihak Syabandar Jepara telah menghentikan aktivitas pelayaran dari dan ke kepulauan Karimunjawa, melalui Pelabuhan Jepara.
“Karena ketinggian gelombang laut masih di perairan Karimunjawa mencapai 2,5 hingga 3 meter,” ungkap Syahbandar Jepara, Dwiyanto yang dikonfirmasi Republika, Selasa (22/1).
Selain pelayaran penyeberangan, imbauan untuk tidak melakukan aktivitas di laut lepas juga ditujukan untuk kapal nelayan. Karena pertimbangan keselamatan.
Ia menjelaskan, penutupan pelayaran penyeberangan dari dan ke Karimunjawa –melalui Jepara—sudah dilakukan sejak Senin (21/1) kemarin.
Terakhir penyeberangan ke Karimunjawa dilayani pada Sabtu (19/1), oleh Kapal Motor (KM) Muria yang kembali bersandar di Jepara Ahad (20/1).
Namun pada hari Senin, gelombang laut masih setinggi 2,5 hingga 3 meter dan dinilai masih membahayakan. Sehingga lalulintas penyeberangan sementara dihentikan.
“Lalulintas penyeberangan akan dibuka kembali sampai dengan kondisi cuaca di perairan jepara dan karimunjawa ini memungkinkan,” ungkapnya.
Dwiyanto menambahkan, kondisi cuaca yang cenderung ekstrim ini sudah berlangsung sejak pekan pertama januari lalu. Hal ini dipengaruhi oleh Badai Tropis Nerelle di perairan sebelah barat Australia.
Puncak cuaca buruk ini terjadi pertengahan Januari lalu, di mana ketinggian gelombang mulai mencapai tiga meter.
Hingga saat ini pihak Syahbandar Jepara masih melakukan koordinasi dengan Badan Meterologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Maritim, Semarang.
“Sampai kapan kondisi ini masih akan berlangsung, kami akan mengacu pada informasi yang dikeluarkan BMKG maritim,” tambahnya.
Dalam dua hari terakhir, pihak Syabandar Jepara telah menghentikan aktivitas pelayaran dari dan ke kepulauan Karimunjawa, melalui Pelabuhan Jepara.
“Karena ketinggian gelombang laut masih di perairan Karimunjawa mencapai 2,5 hingga 3 meter,” ungkap Syahbandar Jepara, Dwiyanto yang dikonfirmasi Republika, Selasa (22/1).
Selain pelayaran penyeberangan, imbauan untuk tidak melakukan aktivitas di laut lepas juga ditujukan untuk kapal nelayan. Karena pertimbangan keselamatan.
Ia menjelaskan, penutupan pelayaran penyeberangan dari dan ke Karimunjawa –melalui Jepara—sudah dilakukan sejak Senin (21/1) kemarin.
Terakhir penyeberangan ke Karimunjawa dilayani pada Sabtu (19/1), oleh Kapal Motor (KM) Muria yang kembali bersandar di Jepara Ahad (20/1).
Namun pada hari Senin, gelombang laut masih setinggi 2,5 hingga 3 meter dan dinilai masih membahayakan. Sehingga lalulintas penyeberangan sementara dihentikan.
“Lalulintas penyeberangan akan dibuka kembali sampai dengan kondisi cuaca di perairan jepara dan karimunjawa ini memungkinkan,” ungkapnya.
Dwiyanto menambahkan, kondisi cuaca yang cenderung ekstrim ini sudah berlangsung sejak pekan pertama januari lalu. Hal ini dipengaruhi oleh Badai Tropis Nerelle di perairan sebelah barat Australia.
Puncak cuaca buruk ini terjadi pertengahan Januari lalu, di mana ketinggian gelombang mulai mencapai tiga meter.
Hingga saat ini pihak Syahbandar Jepara masih melakukan koordinasi dengan Badan Meterologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Maritim, Semarang.
“Sampai kapan kondisi ini masih akan berlangsung, kami akan mengacu pada informasi yang dikeluarkan BMKG maritim,” tambahnya.
0 Response to "Cuaca Buruk Penyeberangan ke Karimunjawa Lumpuh"
Posting Komentar