Satu lagi kisah Pelaut Indonesia yg sudah sukses di panggung politik adalah Anthon Sihombing, Pelaut asal Sumatera Utara tepatnya dari tanah Batak di Tapanuli Utara, boleh dibilang telah sukses tidak saja dilaut namun juga sukses karirnya di darat, memang seharusnya begitu sebagai Pelaut kita tidak saja mampu mengalahkan ombak dan alun gelombang di lautan saja namun kita musti sukses juga merintis karir ketika Pelaut sudah ingin berkarir di darat, berikut Kisah Sukses Pelaut Indonesia : Anthon Sihombing untuk kita baca pengalaman hidupnya dan seandainya ada yg bisa kita ambil tips dan trik agar pelaut dapat sukses dalam kehidupan ini, dunia dan akhirat tentunya.
Anthon Sihombing, Implementator Catur Sukses
Ditulis oleh Sang Admin 27. Maret 2012 - 11:29
Menyejahterakan rakyat adalah obsesi anggota Fraksi Partai Golkar Capt Dr Anthon Sihombing. Karena itu, ia bisa disebut salah satu implementator Catur Sukses yang digagas Ketua Umum DPP Partai Golkar Aburizal Bakrie.
Prinsip itulah yang mengantarkan politikus kelahiran Siborong-borong, Tapanuli Utara, 28 Februari 1952 ini, lolos ke Senayan. Kini, sebagai anggota Komisi IV DPR, suami Nertyna Tamana Simbolon dan ayah dari Ondihon Doli, Doryntan, dan Susanti ini, aktif berkiprah di bidang pertanian, perkebunan, kehutanan, kelautan, dan perikanan.
Di parpol "beringin", mantan anggota Komisi III DPR (2002-2004) ini aktif berinteraksi dengan Ketua DPP Partai Golkar Titiek Soeharto yang membidangi kesra (tani dan nelayan). Ketua Umum Sihombing-Nababan se-Indonesia ini dikenal sangat peduli daerah pemilihannya yang didominasi kaum petani dan perkebunan sawit imigran dari Pulau Jawa.
Alumni Akademi Ilmu Pelayaran (AIP) dan S-3 Universitas Satyagama ini pernah menjadi Ketua KAPPI dan Himpunan Pelajar Swadiri Siantar (1967-1968) dan Ketua Pengurus Pelaut Indonesia di Eropa yang berkedudukan di Hamburg. Di Golkar ia menjadi koordinator lapangan (1971) dan jurkam (1998-2008). Kemudian, Wakil Ketum dan Ketum Depipus Baladhika Karya (1998-2000 dan 2002-2008) serta Wakil Sekjen Depinas SOKSI.
Di ketenagakerjaan, Ketum Komisi Tinju Indonesia (KTI) Pusat ini lama menjadi pengurus Asosiasi Perusahaan Jasa TKI (Apjati) dari ketua, sekjen, sampai wakil ketum; Ketum Asosiasi Jasa Penempatan TKI ke Asia-Pasifik yang berubah menjadi Indonesia Employment Services Association/Inesa (2005-2008).
Gigih Perjuangkan Aspirasi Wong Cilik
Capt Anton Sihombing bisa disebut "penyambung lidah" wong cilik, khususnya di Sumatera Utara. Sebab, anggota Komisi IV DPR dari Fraksi Partai Golkar ini, rajin turun ke bawah, terutama di daerah pemilihan (dapil)-nya untuk menyapa, bercengkerama, menampung aspirasi dan memperjuangkannya di parlemen.
"Saya sudah pernah duduk di komisi itu saat menjadi anggota DPR tahun 2002-2004" imbuh Wakil Sekjen SOKSI, ormas underbow Golkar itu.
Terkait dengan fungsi dan perannya di komisi tersebut, Anton mengatakan, sebagai wakil rakyat dari Sumut, dia akan lebih banyak konsentrasi ke persoalan kehutanan dan perkebunan. "Upaya pertama saya, bagaimana agar pemerintah pusat dalam hal ini Departemen Kehutanan, memberikan perhatian yang besar terhadap kondisi hutan-hutan di Sumut yang sudah mulai gundul. Penghijauan kembali harus menjadi prioritas utama," ucapnya.
Sebagai anggota Komisi IV, Anton banyak mengungkapkan kegelisahan dan keprihatinannya mengenai kondisi hutan di Sumut. Rakyat, tutur dia, telah menjadi korban dari praktik illegal logging yang marak di Sumut. "Bayangkan saja, hanya dengan hujan tiga jam saja, Simalungun sudah banjir. Rakyat menjadi sengsara. Ini sangat tragis, suatu daerah yang kaya hutan, hutannya dibabati, dan rakyatnya kebanjiran. Ini yang harus dihentikan secepatnya," ujarnya.
Meski berada di Komisi IV, dia bisa mendesak Kapolri atau aparat hukum yang lain untuk menindak tegas pelaku kejahatan kehutanan yang bermain di wilayah Sumut. Biasanya, desakan disampaikan lewat Menhut saat rapat dengar pendapat. Di forum tim terpadu pemberantasan kejahatan kehutanan yang berada di bawah naungan Menko Polhukam, Menhut bisa membahas masukan dari Komisi IV untuk melakukan penindakan.
"Sebagai 'Siantar Man' (putra Siantar), saya siap mengurusi hutan agar kembali bermanfaat bagi kesejahteraan rakyat," ujarnya.
Soal tugas-tugasnya di Komisi IV DPR, dia menguraikan, selain masalah kehutanan, masalah perkebunan juga menjadi prioritas saat rapat kerja dengan menteri pertanian. Lagi-lagi, keprihatinan dia selalu berangkat dari pengamatannya terhadap kehidupan rakyat di tingkat bawah. Para petani di daerah Sumut, katanya, hidupnya miskin. Hasil pertanian yang melimpah, hanya membuat para pedagang kaya raya.
"Hasil perkebunan warga Berastagi dan Tapanuli itu bagus-bagus, tapi petani tidak punya daya tawar ketika menjual hasil kebunnya. Saya bermimpi para petani di Sumut hidupnya seperti petani di Jepang. Di Jepang itu, petani hidupnya sejahtera. Kalau di Sumut, petaninya miskin, pedagangnya yang kaya. Ini akan saya balik, agar petaninya yang kaya," ujarnya.
Sebagai orang kampung, Anton mengaku sering jalan-jalan hingga ke pelosok desa. Dia sering mendengar keluhan petani yang begitu sulit untuk mendapatkan bibit-bibit unggul. Begitu pun, kehidupan para nelayan juga sama saja. Karena penghasilan petani dan nelayan minim, maka anak-anak mereka tidak ada yang bisa sekolah secara layak. Dampak lanjutannya, pekerjaan yang didapat pun tidak layak.
"Kemiskinan turun-temurun dari keluarga petani dan nelayan ini harus dipangkas," ucapnya.
Anton amat dekat dengan rakyat. Ia kerap melakukan kunjungan kerja (kunker) ke peternakan sapi yang ada di Silomange, Kecamatan Siantar Marihat, Kota Pematangsiantar, belum lama ini. Kedatangan Ketua Pengurus Pelaut Indonesia di Eropa yang berkedudukan di Hamburg ini, beserta rombongan, disambut Wali Kota Pematangsiantar Hulman Sitorus, dan Wakil Wali Kota Koni Ismail Siregar.
Menurut Anton Sihombing, peternakan sapi sangat membantu perekonomian masyarakat, sehingga harus dibudidayakan. Usai meninjau peternakan sapi, ia beserta rombongan melakukan pertemuan di Kolam Pancing Ondihon, yang tak jauh dari lokasi peternakan.
Tak hanya itu, Capt Anton Sihombing, juga berkunjung ke Sidamanik dalam rangka bertatap muka dengan masyarakat mengenai konversi teh ke sawit. Sebelumnya, Forum Aliansi Bersama Sidamanik (Fabersi) sejak Oktober 2011 mengadakan gerakan penolakan konversi tersebut. Karena itu, Anton pun mengambil inisiatif membantu masyarakat menyelesaikan masalah dengan meninjau lokasi yang akan dikonversi. Kepada rakyat Sidamanik ia menyatakan, sebelum ada izin, konversi tak boleh dilakukan. Dan hal itu sudah disampaikannya kepada direksi PTPN IV.
DR Capt Anton Sihombing akan menjelaskan di sidang komisi IV DPR dengan menteri dan akan divoting siapa yang tidak setuju dan siapa yang setuju,namun melalui rumusan-rumusan ilmiah dan penelitian dan kajian sosial.
Dalam kesempatan tersebut, bersama warga, Anton melanjutkan silaturahmi, dengan menghadiri acara "marsombu sihol" dengan "dongan tubu" Sihombing dan "hula-hula" Simbolon Kecamatan Sidamanik.
Pemimpin "Entrepreneur"
Capt Anton Sihombing berpendapat, Indonesia sudah saatnya dipimpin figur yang memiliki jiwa kewirausahaan yang mumpuni agar bangsa ini mampu memanfaatkan seluruh potensi secara maksimal.
"Periode ke depan (2014-2019) Indonesia harus dipimpin seorang entrepreneur agar bangsa ini tidak sekadar begini-begini saja. Dan itu ada dalam sosok Pak Aburizal Bakrie," katanya.
Menurut dia, Indonesia sejak merdeka telah berganti-ganti Presiden dengan gaya kepemimpinan dan latar belakang yang berbeda. "Sejak masa pemerintahan Soekarno, Soeharto, BJ Habibie, Gus Dur, Megawati dan kini Susilo Bambang Yudhoyono, negara ini begitu-begitu saja. Seolah-olah tidak mampu mengelola potensi yang sedemikian besarnya," katanya.
Potensi sumber daya alam dan sumberdaya manusia yang begitu besar, katanya, sejauh ini belum dapat dimanfaatkan secara maksimal untuk kemakmuran bangsa dan negara. "Jadi tidak salah kiranya jika presiden kita ke depan itu seorang pengusaha, seorang figur yang memiliki jiwa `entrepreneurship` yang handal dan mumpuni, agar kita dapat memanfaatkan seluruh potensi yang ada secara maksimal," ujarnya.
Dia mengingatkan, bahwa bila ingin menjadi negara mandiri, RI perlu pemimpin dengan latar belakang pengusaha dan organisatoris andal dan teruji.
"Kenapa tidak kita cari figur pengusaha besar yang sukses turun-temurun dan dipastikan memiliki jiwa `entrepeneur` yang memang sangat-sangat dibutuhkan bangsa ini jika ingin maju dan sejajar dengan bangsa lain," katanya.
Menurut Anton Sihombing, semua pihak harus jujur dengan kondisi bangsa yang cenderung tidak menunjukkan perbaikan berarti meski sudah berkali-kali berganti kepemimpinan nasional.
"Kita harus jujur, termasuk dengan kinerja birokrasi kita sejauh ini. Mana ada di dunia ini kita mengurus kartu tanda penduduk (KTP) sampai berminggu-minggu, sementara di Singapura saja hanya butuh tiga menit. Kita harus berani untuk jujur," ujarnya.
Karena itu, menurut dia, Indonesia membutuhkan figur yang benar-benar dapat membawa perubahan ke arah yang jauh lebih baik. "Karena itu, kita butuh Presiden seorang pengusaha," katanya. []
Kisah Sukses Pelaut Indonesia : Anthon Sihombing Sumber: Suarakarya-online.com
Prinsip itulah yang mengantarkan politikus kelahiran Siborong-borong, Tapanuli Utara, 28 Februari 1952 ini, lolos ke Senayan. Kini, sebagai anggota Komisi IV DPR, suami Nertyna Tamana Simbolon dan ayah dari Ondihon Doli, Doryntan, dan Susanti ini, aktif berkiprah di bidang pertanian, perkebunan, kehutanan, kelautan, dan perikanan.
Di parpol "beringin", mantan anggota Komisi III DPR (2002-2004) ini aktif berinteraksi dengan Ketua DPP Partai Golkar Titiek Soeharto yang membidangi kesra (tani dan nelayan). Ketua Umum Sihombing-Nababan se-Indonesia ini dikenal sangat peduli daerah pemilihannya yang didominasi kaum petani dan perkebunan sawit imigran dari Pulau Jawa.
Alumni Akademi Ilmu Pelayaran (AIP) dan S-3 Universitas Satyagama ini pernah menjadi Ketua KAPPI dan Himpunan Pelajar Swadiri Siantar (1967-1968) dan Ketua Pengurus Pelaut Indonesia di Eropa yang berkedudukan di Hamburg. Di Golkar ia menjadi koordinator lapangan (1971) dan jurkam (1998-2008). Kemudian, Wakil Ketum dan Ketum Depipus Baladhika Karya (1998-2000 dan 2002-2008) serta Wakil Sekjen Depinas SOKSI.
Di ketenagakerjaan, Ketum Komisi Tinju Indonesia (KTI) Pusat ini lama menjadi pengurus Asosiasi Perusahaan Jasa TKI (Apjati) dari ketua, sekjen, sampai wakil ketum; Ketum Asosiasi Jasa Penempatan TKI ke Asia-Pasifik yang berubah menjadi Indonesia Employment Services Association/Inesa (2005-2008).
Gigih Perjuangkan Aspirasi Wong Cilik
Capt Anton Sihombing bisa disebut "penyambung lidah" wong cilik, khususnya di Sumatera Utara. Sebab, anggota Komisi IV DPR dari Fraksi Partai Golkar ini, rajin turun ke bawah, terutama di daerah pemilihan (dapil)-nya untuk menyapa, bercengkerama, menampung aspirasi dan memperjuangkannya di parlemen.
"Saya sudah pernah duduk di komisi itu saat menjadi anggota DPR tahun 2002-2004" imbuh Wakil Sekjen SOKSI, ormas underbow Golkar itu.
Terkait dengan fungsi dan perannya di komisi tersebut, Anton mengatakan, sebagai wakil rakyat dari Sumut, dia akan lebih banyak konsentrasi ke persoalan kehutanan dan perkebunan. "Upaya pertama saya, bagaimana agar pemerintah pusat dalam hal ini Departemen Kehutanan, memberikan perhatian yang besar terhadap kondisi hutan-hutan di Sumut yang sudah mulai gundul. Penghijauan kembali harus menjadi prioritas utama," ucapnya.
Sebagai anggota Komisi IV, Anton banyak mengungkapkan kegelisahan dan keprihatinannya mengenai kondisi hutan di Sumut. Rakyat, tutur dia, telah menjadi korban dari praktik illegal logging yang marak di Sumut. "Bayangkan saja, hanya dengan hujan tiga jam saja, Simalungun sudah banjir. Rakyat menjadi sengsara. Ini sangat tragis, suatu daerah yang kaya hutan, hutannya dibabati, dan rakyatnya kebanjiran. Ini yang harus dihentikan secepatnya," ujarnya.
Meski berada di Komisi IV, dia bisa mendesak Kapolri atau aparat hukum yang lain untuk menindak tegas pelaku kejahatan kehutanan yang bermain di wilayah Sumut. Biasanya, desakan disampaikan lewat Menhut saat rapat dengar pendapat. Di forum tim terpadu pemberantasan kejahatan kehutanan yang berada di bawah naungan Menko Polhukam, Menhut bisa membahas masukan dari Komisi IV untuk melakukan penindakan.
"Sebagai 'Siantar Man' (putra Siantar), saya siap mengurusi hutan agar kembali bermanfaat bagi kesejahteraan rakyat," ujarnya.
Soal tugas-tugasnya di Komisi IV DPR, dia menguraikan, selain masalah kehutanan, masalah perkebunan juga menjadi prioritas saat rapat kerja dengan menteri pertanian. Lagi-lagi, keprihatinan dia selalu berangkat dari pengamatannya terhadap kehidupan rakyat di tingkat bawah. Para petani di daerah Sumut, katanya, hidupnya miskin. Hasil pertanian yang melimpah, hanya membuat para pedagang kaya raya.
"Hasil perkebunan warga Berastagi dan Tapanuli itu bagus-bagus, tapi petani tidak punya daya tawar ketika menjual hasil kebunnya. Saya bermimpi para petani di Sumut hidupnya seperti petani di Jepang. Di Jepang itu, petani hidupnya sejahtera. Kalau di Sumut, petaninya miskin, pedagangnya yang kaya. Ini akan saya balik, agar petaninya yang kaya," ujarnya.
Sebagai orang kampung, Anton mengaku sering jalan-jalan hingga ke pelosok desa. Dia sering mendengar keluhan petani yang begitu sulit untuk mendapatkan bibit-bibit unggul. Begitu pun, kehidupan para nelayan juga sama saja. Karena penghasilan petani dan nelayan minim, maka anak-anak mereka tidak ada yang bisa sekolah secara layak. Dampak lanjutannya, pekerjaan yang didapat pun tidak layak.
"Kemiskinan turun-temurun dari keluarga petani dan nelayan ini harus dipangkas," ucapnya.
Anton amat dekat dengan rakyat. Ia kerap melakukan kunjungan kerja (kunker) ke peternakan sapi yang ada di Silomange, Kecamatan Siantar Marihat, Kota Pematangsiantar, belum lama ini. Kedatangan Ketua Pengurus Pelaut Indonesia di Eropa yang berkedudukan di Hamburg ini, beserta rombongan, disambut Wali Kota Pematangsiantar Hulman Sitorus, dan Wakil Wali Kota Koni Ismail Siregar.
Menurut Anton Sihombing, peternakan sapi sangat membantu perekonomian masyarakat, sehingga harus dibudidayakan. Usai meninjau peternakan sapi, ia beserta rombongan melakukan pertemuan di Kolam Pancing Ondihon, yang tak jauh dari lokasi peternakan.
Tak hanya itu, Capt Anton Sihombing, juga berkunjung ke Sidamanik dalam rangka bertatap muka dengan masyarakat mengenai konversi teh ke sawit. Sebelumnya, Forum Aliansi Bersama Sidamanik (Fabersi) sejak Oktober 2011 mengadakan gerakan penolakan konversi tersebut. Karena itu, Anton pun mengambil inisiatif membantu masyarakat menyelesaikan masalah dengan meninjau lokasi yang akan dikonversi. Kepada rakyat Sidamanik ia menyatakan, sebelum ada izin, konversi tak boleh dilakukan. Dan hal itu sudah disampaikannya kepada direksi PTPN IV.
DR Capt Anton Sihombing akan menjelaskan di sidang komisi IV DPR dengan menteri dan akan divoting siapa yang tidak setuju dan siapa yang setuju,namun melalui rumusan-rumusan ilmiah dan penelitian dan kajian sosial.
Dalam kesempatan tersebut, bersama warga, Anton melanjutkan silaturahmi, dengan menghadiri acara "marsombu sihol" dengan "dongan tubu" Sihombing dan "hula-hula" Simbolon Kecamatan Sidamanik.
Pemimpin "Entrepreneur"
Capt Anton Sihombing berpendapat, Indonesia sudah saatnya dipimpin figur yang memiliki jiwa kewirausahaan yang mumpuni agar bangsa ini mampu memanfaatkan seluruh potensi secara maksimal.
"Periode ke depan (2014-2019) Indonesia harus dipimpin seorang entrepreneur agar bangsa ini tidak sekadar begini-begini saja. Dan itu ada dalam sosok Pak Aburizal Bakrie," katanya.
Menurut dia, Indonesia sejak merdeka telah berganti-ganti Presiden dengan gaya kepemimpinan dan latar belakang yang berbeda. "Sejak masa pemerintahan Soekarno, Soeharto, BJ Habibie, Gus Dur, Megawati dan kini Susilo Bambang Yudhoyono, negara ini begitu-begitu saja. Seolah-olah tidak mampu mengelola potensi yang sedemikian besarnya," katanya.
Potensi sumber daya alam dan sumberdaya manusia yang begitu besar, katanya, sejauh ini belum dapat dimanfaatkan secara maksimal untuk kemakmuran bangsa dan negara. "Jadi tidak salah kiranya jika presiden kita ke depan itu seorang pengusaha, seorang figur yang memiliki jiwa `entrepreneurship` yang handal dan mumpuni, agar kita dapat memanfaatkan seluruh potensi yang ada secara maksimal," ujarnya.
Dia mengingatkan, bahwa bila ingin menjadi negara mandiri, RI perlu pemimpin dengan latar belakang pengusaha dan organisatoris andal dan teruji.
"Kenapa tidak kita cari figur pengusaha besar yang sukses turun-temurun dan dipastikan memiliki jiwa `entrepeneur` yang memang sangat-sangat dibutuhkan bangsa ini jika ingin maju dan sejajar dengan bangsa lain," katanya.
Menurut Anton Sihombing, semua pihak harus jujur dengan kondisi bangsa yang cenderung tidak menunjukkan perbaikan berarti meski sudah berkali-kali berganti kepemimpinan nasional.
"Kita harus jujur, termasuk dengan kinerja birokrasi kita sejauh ini. Mana ada di dunia ini kita mengurus kartu tanda penduduk (KTP) sampai berminggu-minggu, sementara di Singapura saja hanya butuh tiga menit. Kita harus berani untuk jujur," ujarnya.
Karena itu, menurut dia, Indonesia membutuhkan figur yang benar-benar dapat membawa perubahan ke arah yang jauh lebih baik. "Karena itu, kita butuh Presiden seorang pengusaha," katanya. []
Kisah Sukses Pelaut Indonesia : Anthon Sihombing Sumber: Suarakarya-online.com
0 Response to "Kisah Sukses Pelaut Indonesia : Anthon Sihombing"
Posting Komentar