Marine Surveyor & Inspection Services

0812-701-5790 (Telkomsel) Marine Surveyor PT.Binaga Ocean Surveyor (BOS)

0812-701-5790 (Telkomsel) Marine Surveyor PT.Binaga Ocean Surveyor (BOS)
Marine Surveyor

Mereka yang Tetap Bekerja di Hari Raya

Takbir bergema sesaat setelah Kapal Motor Penyeberangan Prima Nusantara berlayar dari Merak, Banten, menuju Bakauheni, Lampung, Minggu (19/8/2012) pagi. Sebagian besar kru dan penumpang pun bergerak menuju ruang penumpang di kelas dua kapal itu. Ya, takbir mengundang mereka untuk shalat Id.
Beralaskan karpet dan tikar, di antara kursi-kursi penumpang, shalat pun digelar. Ustaz Unang Kosasih dari Pondok Pesantren Al-Qaromah, Merak, diundang nakhoda Kapal Motor Penyeberangan (KMP) Prima Nusantara, Ngadiri (36), untuk memimpin shalat. Suasananya begitu khusyuk.
Meski sebagian besar kru kapal mengikuti shalat, kapal berbobot mati 2.773 ton itu tak berhenti. Di anjungan B, juru mudi Fahriady (38) berkonsentrasi mengarahkan kapal menuju Bakauheni. Kapal melaju dengan kecepatan 8,5 knot. Ada 304 penumpang dan 73 kendaraan di KMP Prima Nusantara.
Seusai shalat Id, Ngadiri bergegas ke anjungan, mengecek kondisi kapal. Selanjutnya, dia mengajak sebagian besar kru berkumpul di ruang anjungan A. Makanan seperti ketupat, opor ayam, dan sambal goreng hati yang dimasak kru kapal sejak Sabtu malam hingga Minggu dini hari pun disajikan.
Sejak malam, kru kapal yang menyiapkan makanan sama semangatnya dengan kru lain yang mengumandangkan takbir. Gema takbir terus berkumandang sepanjang malam, menemani perjalanan kapal yang bolak-balik Merak-Bakauheni.
Kumandang takbir memicu sejumlah penumpang masuk ke mushala. Mereka ikut menyuarakan takbir. Bahkan ada yang tergoda ikut menabuh beduk.
Kegembiraan Lebaran lebih lengkap karena sejumlah kru sengaja mengajak keluarganya. Ngadiri salah satunya. Istrinya, Nuryana (35), dan putra bungsunya, Muhammad Finza (3), diajaknya naik ke kapal saat kapal berlabuh di Pelabuhan Merak, Sabtu sore. Seorang putranya lagi, Muhammad Fathan Aji (12), tak ikut berlebaran karena berada di Brebes, Jawa Tengah.
Berkali-kali di kapal
Memang bukan kali ini saja Ngadiri sekeluarga merayakan Lebaran di kapal. Sejak bergabung di KMP Prima Nusantara empat tahun lalu, Ngadiri sekeluarga selalu merayakan Lebaran di kapal.
”Setelah Lebaran, kami baru boleh cuti 10 hari pasca-Lebaran,” kata Ngadiri. Sang istri memakluminya. ”Tugas melayani publik adalah bagian dari ibadah. Karena itu, kami sekeluarga ikhlas berlebaran di kapal,” ujar Nuryana.
Ngadiri masih beruntung bisa mengajak keluarganya, tetapi tidak bagi mualim III, Samsudin (48). Sejak bekerja di kapal 15 tahun lalu, Samsudin tak pernah merayakan Lebaran bersama keluarganya di Sidoarjo, Jawa Timur.
”Mereka (kru kapal) jadi pengobat rasa sedih karena tak bisa Lebaran dengan keluarga,” kata Samsudin (48).
Berlebaran di kapal bersama keluarga mendapat dukungan dari PT Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan Cabang Utama Merak. Demikian dikatakan Mario Sardadi Oetomo dari bagian humas. Hal itu asalkan layanan kepada publik tak terabaikan. ”Selama Lebaran, kapal tak boleh berhenti. Karena itu, saat Lebaran, kru kapal mengibaratkan kapal sebagai daratan. Suasananya diciptakan seperti Lebaran di kampung halaman,” ujarnya.
Jalur yang menghubungkan Jawa dan Sumatera—sejauh 30 kilometer dan bisa ditempuh sekitar 2 jam—selama ini memang dikenal sebagai jalur padat, apalagi saat Lebaran. Tak mengherankan jika kru kapal penyeberangan tak boleh cuti.
Senior Manajer Nautika PT Pelayaran Nasional Indonesia Kapten Yanto Duriyanto mengatakan hal senada. Selama menjadi nakhoda, berkali-kali malam Takbiran dan Lebaran dilewatinya di atas kapal.
Kalau Ngadiri dan Samsudin beruntung bisa berlebaran di kapal, ada juga orang yang sama sekali tak bisa berlebaran. Sulaeman (51) adalah salah satunya. ”Selama hampir 30 tahun tugas, saya sering dapat piket saat Lebaran. Jadi hampir sudah seperti rutinitas,” ujarnya.
Menurut dia, ini risiko pekerjaan sebagai petugas jaga palang pintu kereta api. ”Saya bersyukur tak bertugas di daerah sepi karena sekarang ini kondisinya sudah lebih baik dibanding dulu,” kata Sulaeman yang menjaga pelintasan kereta api di Kebayoran Lama, Jakarta Selatan.
Meskipun mengorbankan Lebaran bersama keluarga, ia tetap berupaya menjalankan tugas penuh dedikasi. Kebetulan ia memperoleh jadwal jaga sejak malam takbiran hingga masuk Idul Fitri. Ia juga tak bisa ikut shalat Idul Fitri.
Namun, ia bersyukur keluarganya memahami profesinya. Karena tak bisa berlebaran di rumah, Sulaeman pernah membawa anak-anaknya untuk menemaninya saat malam takbiran. ”Adakalanya mereka membawakan makanan,” ujar Sulaeman, yang menyekolahkan anaknya hingga kuliah.
Kepala Satuan Pembinaan Masyarakat Kepolisian Resor Purwakarta, Jawa Barat, Ajun Komisaris Agun Guntoro masih ingat jelas pertanyaan yang dilontarkan kedua anaknya berkali-kali setiap menjelang mudik Lebaran.
”’Kapan kita bisa Lebaran bersama seperti orang lain, Pak?’ Pertanyaan itu tak mudah dijawab. Namun, saya selalu tekankan bahwa ini tugas sebagai anggota kepolisian,” ujar Agun yang memimpin 22 anggotanya sejak H-7 hingga H+7 Lebaran untuk melancarkan arus lalu lintas di Pintu Tol Sadang.
Hal yang sama dilakukan Nani Hartini, petugas Dinas Kesehatan Purwakarta. Sejak 15 tahun lalu, ia selalu kebagian tugas menjaga posko kesehatan mudik Lebaran di Purwakarta. Ia hanya punya waktu 1-2 jam untuk kumpul bersama keluarga saat Lebaran.
Bertugas saat Lebaran menjadi kenyataan yang tak terelakkan oleh mereka yang memiliki tugas dan tanggung jawab besar untuk melayani sesama. Meski demikian, mereka tak mau larut dalam kesedihan. Kerja tetap menjadi yang utama bagi mereka

Related Posts :

0 Response to "Mereka yang Tetap Bekerja di Hari Raya"

Posting Komentar

Program Perhitungan Minyak Petroleum Create your own banner at mybannermaker.com!
bisnis tiket pesawat online Peluang Bisnis Tiket Pesawat
Draft Survey Software untuk Pelaut

cek tiket pesawat murah