Sahabat Effendy, Syamsirwan Ichien mengisahkan ekspedisi Effendy dalam perbincangan dengan detikcom, Jumat (6/12/2012) . Kali ini, untuk kesekian kali Effendy mengadakan ekspedisi yang bertajuk 'Ekspedisi Bahari Nusantara 2011. Jakarta-Sabang-Merauke-Jakarta'.
"Startnya dari Jakarta pada 29 Mei 2011 lalu," jelas Ichien, yang juga bertanggung jawab atas tim darat Ekspedisi.
Riwayat petualangan Effendy tak main-main. Effendy gemar berpetualangan seorang diri dengan kapal bercadik. Sekitar tahun 1980-an hingga tahun 1990-an, Ichien mengisahkan, Effendy pernah berperahu cadik dengan kapal Cadik Nusantara melakukan petualangan dari Jakarta-Bandar Seri Begawan, Brunei Darussalam. Kemudian dengan Cadik Nusantara II, Effendy berlayar seorang diri ke Penang, Malaysia.
Pernah juga Effendy membuat ekspedisi bersama 7 perempuan pencinta alam, dari Jakarta ke Pulau Bangka. Dan terakhir, Effendy melakukan ekspedisi, lagi-lagi seorang diri, ke Aceh, setahun setelah peristiwa tsunami Aceh, pada tahun 2005.
"Sekarang kapal 'Cadik Nusantara II' sudah terpajang di Musium Bahari," jelas Ichien.
Karena riwayat petualangannya inilah PT Carita Boat merekrut Effendy, yang sebelumnya sudah malang melintang 26 tahun menjadi wartawan di Sinar Harapan dan Tabloid Mutiara, sebagai quality controller kapal. Dan pada tahun 2011 kemarin, PT Carita Boat membuat kapal fiber untuk Effendy yang akan kembali menjelajah laut Nusantara kembali.
Spesifikasinya, panjang 8,9 meter, dan lebar 1,5 meter. Karena bercadik dua, maka lebarnya menjadi 6 meter. Nama kapalnya 'Katir Nusantara II', katir yang juga berarti cadik. Mesinnya ada 2, sumbangan dari Suzuki, berkekuatan masing-masing 15 Power Kuda (PK). Kedua mesin itu, hanya untuk membantu kapal keluar-masuk dermaga saja, selebihnya, kapal bercadik itu menggantungkan diri pada tenaga angin pada layar setinggi 12 meter dan kecerdikan sang nakhoda. Total harga kapalnya, Rp 300 juta.
Ada yang berbeda dari ekspedisi Effendy kali ini. "Kali ini dia ditemani, dan ekspedisi kali ini lebih ke transfer ilmu kepada generasi penerusnya. Ini ekspedisi terakhir mengingat usianya, jadi dia ingin membagikan ilmunya," jelas Ichien.
Maka, pemuda-pemuda pencinta alam dari beberapa perguruan tinggi pun menyertainya. Mulai dari mahasiswa pencinta alam dari Universitas Sriwijaya-Palembang, Universitas Indonesia (UI), Universitas Syiah Kuala-Banda Aceh hingga Pramuka Saka Bahari.
Pemuda-pemuda itu naik berganti-gantian menemani Effendy. Kapal bercadik ini muat 2-5 orang. Bisa muat sampai 5 orang jika berat badan rata-ratanya 60 kg, jika lebih paling mentok sampai 3 orang saja.
Untuk bisa naik ke kapal ini, tak hanya butuh fisik yang kuat, utamanya mental dan psikis. Maklum, ini kapal kecil yang mengarungi dan menantang gelombang. Menurut Ichien, banyak yang sedianya berminat ikut ekspedisi Effendy, ciut nyali dan balik kanan ketika melihat kapalnya.
Dari Jakarta pada Mei 2011 lalu, 'Katir Nusantara 2' mampir-mampir ke pulau-pulau sepanjang Sumatera, namun pelabuhan besar yang disinggahi seperti Palembang-Sumsel, Belawan-Medan, hingga Banda Aceh. Dari Banda Aceh, kapal 'Katir Nusantara 2' menyeberang ke Sabang.
Tak mudah, karena gelombang di sekitar Sabang sedang tinggi. Effendy lantas naik kapal feri untuk mengetahui keadaan ombak ke Sabang, balik lagi ke Aceh. Dari Aceh barulah dia mengarungi laut ke Sabang. Benar saja, kapalnya sempat hampir kandas karena ombak yang tinggi, tapi keahlian Effendy akhirnya kapal itu bisa selamat dari gempuran ombak.
Selain ombak, ada lagi ancaman kaum lanun alias bajak laut yang bertebaran di Selat Malaka. Untuk yang satu ini, Effendy memiliki cara sendiri. Bila didekati kapal yang mencurigakan dan tidak jelas, Effendy akan semakin mendekatkan kapalnya.
"Kita pencinta alam sudah menghadapi berbagai macam orang. Kalau ada kapal yang mencurigakan, dia mendekati kita makin mendekati. Kita lemparkan senyum, lemparkan kardus biskuit yang ada gambar TNI AL. Itu bukan biskuit biasa, makan satu saja bisa kenyang seharian. Lagian sejahat-jahatnya orang kalau dibaikin masa nggak baik juga?" jelas Ichien.
Ya, ekspedisi kapal 'Katir Nusantara2' ini juga didukung oleh TNI AL. TNI AL membantu dalam hal mengizinkan kapal 'Katir Nusantara 2' untuk bersandar di Pos AL atau Lantamal. Kemudian, biasanya, dari Pos AL dan Lantamal itu ada sedikit logistik dan makanan yang diberikan. Selain makanan, Pos AL dan Lantamal bisa memberikan sedikit bahan bakar untuk kapal. Effendy juga bisa menghubungi TNI AL bila terjadi sesuatu dengan kapalnya.
Dari Sabang, 'Katir Nusantara 2' kemudian ke Muntok, Bangka. Di sini, 'Katir Nusantara 2' dirawat oleh para nelayan lokal kenalan Effendy. Kemudian pada 10 Januari 2012, 'Katir Nusantara 2' akan berlayar ke Tanjung Pandan, Belitung.
"Dari situ kemudian akan dimulai petualangan sesungguhnya mencapai Merauke. Kalau tidak ada aral melintang, paling 2 bulan sampai," jelas Ichien.
Rute yang akan ditempuh, dari Tanjung Pandan-Belitung, kapal akan menuju ke muara sungai, Pelabuhan Kumai-Kalimantan Tengah kemudian ke Banjarmasin-Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, menyeberang ke Makassar-Sulawesi Selatan, Kendari-Sulawesi Tenggara, Ambon, Fakfak-Papua Barat, hingga Timika dan berakhir di Merauke.
"Kali ini karena dalam rangka regenerasi Effendy akan sering bersandar. Kalau dulu sendirian, Effendy bisa 4 hari melaut sebelum sandar. Sekarang mungkin bisa 4 atau 5 jam sandar," jelas Ichien, alumni Mapala UI yang kini berprofesi sebagai freelance fotografer dan videografer ini.
0 Response to "Berperahu Cadik, Effendy Soleman Arungi Laut Nusantara & Wariskan Ilmu"
Posting Komentar