Tinggi, Minat Bekerja di Kapal Pesiar

Minat para lulusan SMA/SMK untuk bekerja di kapal pesiar asing cukup tinggi. Hal itu terlihat dari pergelaran Aida Career Caravan yang digelar oleh Indo Select Manning Agency beberapa waktu lalu di Hotel Ibis dipadati pelamar. Mereka melamar sebagai kru kapal pesiar terkemuka di Eropa tersebut.

"Target kami sebenarnya cuma merekrut sekitar 20 kru untuk diberangkatkan pada Desember 2012 nanti menjadi kru kapal pesiar Aida CruiseS. Namun ternyata yang datang jauh lebih banyak dari perkiraan kami. Akhirnya setelah melalui serangkaian seleksi, kami menetapkan 36 orang untuk diberangkatakn menjadi kru," kata Aditya Nugraha, Managing Director Indo Select Manning Agency dan BISS School of Hospitality, Kamis (14/6).

Menurut Aditya, salah satu penyebab tingginya animo masyarakat untuk bekerja di kapal pesiar adalah besarnya pendapatan yang akan mereka peroleh. Peluang untuk bekerja di bidang itu, lanjutnya juga masih tinggi. Ia mencontohkan, untuk sebuah perusahaan operator kapal pesiar saja dibutuhkan tak kurang dari 200 kru setiap tahunnya.

Namun sayangnya, mereka yang ingin bekerja di kapal pesiar haruslah memiliki ''modal'' yang cukup besar untuk pemberangkatannya. Ia mencontohkan adanya lembaga penyalur yang memungut 40 juta-80 juta untuk biaya keberangkatan saja. Padahal di luar itu mereka harus membayar sejumlah uang misalnya untuk dokumen dan lainnya.

"Namun di kami, pembayaran untuk bekerja di kapal pesiar sangat ringan yakni maksimal Rp 22 juta yang bisa dibayar bertahap. Setelah kru menghabiskan kontrak pertama akan ada pengembalian Rp 7 juta," tuturnya.

Melihat kondisi tersebut, pihaknya juga berencana membuat lembaga pendidikan yakni BISS School of Hospitality yang menyeleksi, melatih dan menyalurkan tenaga di bidang perhotelan yang akan dimulai pendiriannya tahun depan. Lembaga tersebut akan bertempat di Kabupaten Karanganyar dan akan dilengkapi dengan domitori atau asrama untuk mereka yang lolos seleksi.

Lama pendidikannya 1-3 tahun tergantung program yang mereka pilih. Pendidikan tersebut sebenarnya setara dengan program D1 atau D3. Namun lantaran mereka tidak mengikuti kurikulum nasional lantaran izinnya berada di bawah Kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, maka hanya disebut pendidikan ketrampilan atau soft skill.

Tweet