Marine Surveyor & Inspection Services

0812-701-5790 (Telkomsel) Marine Surveyor PT.Binaga Ocean Surveyor (BOS)

0812-701-5790 (Telkomsel) Marine Surveyor PT.Binaga Ocean Surveyor (BOS)
Marine Surveyor

Re: [pelaut] Indonesia dijajah Belanda 350 tahun ?

Thanks bang Momod... Informasi yang sangat berharga di hari kemerdekaan kita......



MERDEKAAA....









Sent by Maxis from my BlackBerry® smartphone



-----Original Message-----

From: "bbudiman" <bbudiman@hotmail.com>

Sender: pelaut@yahoogroups.com

Date: Wed, 17 Aug 2011 03:41:08

To: <pelaut@yahoogroups.com>

Reply-To: pelaut@yahoogroups.com

Subject: [pelaut] Indonesia dijajah Belanda 350 tahun ?



Melalui sejumlah fakta dan analisis sejarah, Nina Herlina L. sejarawan

dari Universitas Padjajaran Bandung menjelaskan ketidakbenaran sejarah

tentang penjajahan Belanda di Indonesia. Ucapan Bung Karno &#147;Indonesia

dijajah selama 350 tahun&#148; menurutnya hanya dimaksudkan untuk membangkitkan

semangat patriotisme di masa perang kemerdekaan. Lalu kapan tepatnya

Belanda mulai menjajah?



Oleh Nina Herlina L







**.&#147;WIJ sluiten nu.Vaarwel, tot betere tijden. Leve de Koningin!&#148; (Kami

akhiri sekarang. Selamat berpisah sampai waktu yang lebih baik. Hidup Sang

Ratu!).



Demikian NIROM (Nederlandsch Indische Radio Omroep Maatschappij/Maskapai

Radio Siaran Hindia Belanda) mengakhiri siarannya pada tanggal 8 Maret

1942.Enam puluh enam tahun yang lalu, tepatnya 8 Maret 1942, penjajahan

Belanda di Indonesia berakhir sudah. Rupanya &#147;waktu yang lebih baik&#148; dalam

siaran terakhir NIROM itu tidak pernah ada karena sejak 8 Maret 1942

Indonesia diduduki Pemerintahan Militer Jepang hingga tahun 1945.



Indonesia menjadi negara merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945.Masyarakat

awam selalu mengatakan bahwa kita dijajah Belanda selama 350 tahun.

Benarkah demikian? Untuk ke sekian kalinya, harus ditegaskan bahwa &#147;Tidak

benar kita dijajah Belanda selama 350 tahun&#148;. Masyarakat memang tidak bisa

disalahkan karena anggapan itu sudah tertulis dalam buku-buku pelajaran

sejarah sejak Indonesia merdeka! Tidak bisa disalahkan juga ketika Bung

Karno mengatakan, &#147;Indonesia dijajah selama 350 tahun!&#148; Sebab, ucapan ini

hanya untuk membangkitkan semangat patriotisme dan nasionalisme rakyat

Indonesia saat perang kemerdekaan (1946-1949) menghadapi Belanda yang

ingin kembali menjajah Indonesia.Bung Karno menyatakan hal ini agaknya

juga untuk

meng-counterucapan para penguasa Hindia Belanda.



De Jong, misalnya, dengan arogan berkata, &#147;Belanda sudah berkuasa 300

tahun dan masih akan berkuasa 300 tahun lagi!&#148; Lalu Colijn yang dengan

pongah berkoar, &#147;Belanda tak akan tergoyahkan karena Belanda ini sekuat

(Gunung) Mount Blanc di Alpen.&#148;Tulisan ini akan menjelaskan bahwa anggapan

yang sudah menjadi mitos itu, tidak benar. Mari kita lihat sejak kapan

kita (Indonesia) dijajah dan kapan pula penjajahan itu berakhir.



Kedatangan Penjajah



Pada 1511, Portugis berhasil menguasai Malaka, sebuah emporium yang

menghubungkan perdagangan dari India dan Cina. Dengan menguasai Malaka,

Portugis berhasil mengendalikan perdagangan rempah-rempah seperti lada,

cengkeh, pala, dan fuli dari Sumatra dan Maluku. Pada 1512, D`Albuquerque

mengirim sebuah armada ke tempat asal rempah-rempah di Maluku. Dalam

perjalanan itu mereka singgah di Banten, Sundakalapa, dan Cirebon.





Dengan menggunakan nakhoda-nakhoda Jawa, armada itu tiba di Kepulauan

Banda, terus menuju Maluku Utara, akhirnya tiba juga di Ternate.Di

Ternate, Portugis mendapat izin untuk membangun sebuah benteng. Portugis

memantapkan kedudukannya di Maluku dan sempat meluaskan pendudukannya ke

Timor. Dengan semboyan &#147;gospel, glory, and gold&#148; mereka juga sempat

menyebarkan agama Katolik, terutama di Maluku.





Waktu itu, Nusantara hanyalah merupakan salah satu mata rantai saja dalam

dunia perdagangan milik Portugis yang menguasai separuh dunia ini (separuh

lagi milik Spanyol) sejak dunia ini dibagi dua dalam Perjanjian

Tordesillas tahun 1493. Portugis menguasai wilayah yang bukan Kristen dari

100 mil di sebelah barat Semenanjung Verde, terus ke timur melalui Goa di

India, hingga kepulauan rempah-rempah Maluku. Sisanya (kecuali Eropa)

dikuasai Spanyol.Sejak dasawarsa terakhir abad ke-16, para pelaut Belanda

berhasil menemukan jalan dagang ke Asia yang dirahasiakan Portugis sejak

awal abad ke-16.



Pada 1595, sebuah perusahaan dagang Belanda yang bernama Compagnie van

Verre membiayai sebuah ekspedisi dagang ke Nusantara. Ekpedisi yang

dipimpin oleh Cornelis de Houtman ini membawa empat buah kapal. Setelah

menempuh perjalanan selama empat belas bulan, pada 22 Juni 1596, mereka

berhasil mendarat di Pelabuhan Banten.





Inilah titik awal kedatangan Belanda di Nusantara.Kunjungan pertama tidak

berhasil karena sikap arogan Cornelis de Houtman. Pada 1 Mei 1598,

Perseroan Amsterdam mengirim kembali rombongan perdagangannya ke Nusantara

di bawah pimpinan Jacob van Neck, van Heemskerck, dan van Waerwijck.

Dengan belajar dari kesalahan Cornelis de Houtman, mereka berhasil

mengambil simpati penguasa Banten sehingga para pedagang Belanda ini

diperbolehkan berdagang di Pelabuhan Banten.





Ketiga kapal kembali ke negerinya dengan muatan penuh. Sementara itu,

kapal lainnya meneruskan perjalanannya sampai ke Maluku untuk mencari

cengkih dan pala.Dengan semakin ramainya perdagangan di perairan

Nusantara, persaingan dan konflik pun meningkat. Baik di antara sesama

pedagang Belanda maupun dengan pedagang asing lainnya seperti Portugis dan

Inggris. Untuk mengatasi persaingan yang tidak sehat ini, pada 1602 di

Amsterdam dibentuklah suatu wadah yang merupakan perserikatan dari

berbagai perusahaan dagang yang tersebar di enam kota di Belanda.





Wadah itu diberi nama Verenigde Oost-Indische Compagnie (Serikat

Perusahaan Hindia Timur) disingkat VOC.Pemerintah Kerajaan Belanda (dalam

hal ini Staaten General), memberi &#147;izin dagang&#148; (octrooi) pada VOC. VOC

boleh menjalankan perang dan diplomasi di Asia, bahkan merebut

wilayah-wilayah yang dianggap strategis bagi perdagangannya.



VOC juga boleh memiliki angkatan perang sendiri dan mata uang sendiri.

Dikatakan juga bahwa octrooi itu selalu bisa diperpanjang setiap 21 tahun.

Sejak itu hanya armada-armada dagang VOC yang boleh berdagang di Asia

(monopoli perdagangan).Dengan kekuasaan yang besar ini, VOC akhirnya

menjadi &#147;negara dalam negara&#148; dan dengan itu pula mulai dari masa Jan

Pieterszoon Coen (1619-1623, 1627-1629) sampai masa Cornelis Speelman

(1681-1684) menjadi Gubernur Jenderal VOC, kota-kota dagang di Nusantara

yang menjadi pusat perdagangan rempah-rempah berhasil dikuasai VOC.



Batavia (sekarang Jakarta) menjadi pusat kedudukan VOC sejak 1619, Ambon

dikuasai tahun 1630. Beberapa kota pelabuhan di Pulau Jawa baru diserahkan

Mataram kepada VOC antara tahun 1677-1705. Sementara di daerah pedalaman,

raja-raja dan para bupati masih tetap berkuasa penuh. Peranan mereka hanya

sebatas menjadi &#147;tusschen personen&#148; (perantara) penguasa VOC dan

rakyat.&#147;Power tends to Corrupt.&#148; Demikian kata Lord Acton, sejarawan

Inggris terkemuka.





VOC memiliki kekuasaan yang besar dan lama, VOC pun mengalami apa yang

dikatakan Lord Acton. Pada 1799, secara resmi VOC dibubarkan akibat

korupsi yang parah mulai dari &#147;cacing cau&#148; hingga Gubernur Jenderalnya.

Pemerintah Belanda lalu menyita semua aset VOC untuk membayar

utang-utangnya, termasuk wilayah-wilayah yang dikuasainya di Indonesia,

seperti kota-kota pelabuhan penting dan pantai utara Pulau Jawa.Selama

satu abad kemudian, Hindia Belanda berusaha melakukan konsolidasi

kekuasaannya mulai dari Sabang-Merauke.





Namun, tentu saja tidak mudah. Berbagai perang melawan kolonialisme muncul

seperti Perang Padri (1821-1837), Perang Diponegoro (1825-1830), Perang

Aceh (1873-1907), Perang di Jambi (1833-1907), Perang di Lampung

(1834-1856), Perang di Lombok (1843-1894), Perang Puputan di Bali

(1846-1908), Perang di Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah

(1852-1908), Perlawanan di Sumatra Utara (1872-1904), Perang di Tanah

Batak (1878-1907), dan Perang Aceh (1873-1912).Peperangan di seluruh

Nusantara itu baru berakhir dengan berakhirnya Perang Aceh. Jadi baru

setelah tahun 1912, Belanda benar-benar menjajah seluruh wilayah yang

kemudian menjadi wilayah Republik Indonesia (kecuali Timor Timur).





Jangan lupa pula bahwa antara 1811-1816, Pemerintah Hindia Belanda sempat

diselingi oleh pemerintahan interregnum (pengantara) Inggris di bawah

Letnan Gubernur Thomas Stamford Raffles.Saat-saat AkhirPada 7 Desember

1941, Angkatan Udara Jepang di bawah pimpinan Laksamana Nagano melancarkan

serangan mendadak ke pangkalan angkatan laut AS di Pearl Harbour, Hawaii.





Akibat serangan itu kekuatan angkatan laut AS di Timur Jauh lumpuh. AS pun

menyatakan perang terhadap Jepang. Demikian pula Belanda sebagai salah

satu sekutu AS menyatakan perang terhadap Jepang.Pada 18 Desember 1941,

pukul 06.30, Gubernur Jenderal Hindia Belanda Jenderal Tjarda van

Starkenborgh Stachouwer melalui radio menyatakan perang terhadap Jepang.





Pernyataan perang tersebut kemudian direspons oleh Jepang dengan

menyatakan perang juga terhadap Pemerintah Hindia Belanda pada 1 Januari

1942. Setelah armada Sekutu dapat dihancurkan dalam pertempuran di Laut

Jawa maka dengan mudah pasukan Jepang mendarat di beberapa tempat di

pantai utara Pulau Jawa.Pemerintah Kolonial Hindia Belanda memusatkan

pertahanannya di sekitar pegunungan Bandung. Pada waktu itu kekuatan

militer Hindia Belanda di Jawa berjumlah empat Divisi atau sekitar 40.000

prajurit termasuk pasukan Inggris, AS, dan Australia. Pasukan itu di bawah

komando pasukan sekutu yang markas besarnya di Lembang dan Panglimanya

ialah Letjen H. Ter Poorten dari Tentara Hindia Belanda (KNIL).





Selanjutnya kedudukan Pemerintah Kolonial Belanda dipindahkan dari Batavia

(Jakarta) ke Kota Bandung.Pasukan Jepang yang mendarat di Eretan Wetan

adalah Detasemen Syoji. Pada saat itu satu detasemen pimpinannya

berkekuatan 5..000 prajurit yang khusus ditugasi untuk merebut Kota

Bandung. Satu batalion bergerak ke arah selatan melalui Anjatan, satu

batalion ke arah barat melalui Pamanukan, dan sebagian pasukan melalui

Sungai Cipunagara.



Batalion Wakamatsu dapat merebut lapangan terbang Kalijati tanpa

perlawanan berarti dari Angkatan Udara Inggris yang menjaga lapangan

terbang itu.Pada 5 Maret 1942, seluruh detasemen tentara Jepang yang ada

di Kalijati disiapkan untuk menggempur pertahanan Belanda di Ciater dan

selanjutnya menyerbu Bandung. Akibat serbuan itu tentara Belanda dari

Ciater mundur ke Lembang yang dijadikan benteng terakhir pertahanan

Belanda.Pada 6 Maret 1942, Panglima Angkatan Darat Belanda Letnan Jenderal

Ter Poorten memerintahkan Komandan Pertahanan Bandung Mayor Jenderal J. J.

Pesman agar tidak mengadakan pertempuran di Bandung dan menyarankan

mengadakan perundingan mengenai penyerahan pasukan yang berada di garis

Utara-Selatan yang melalui Purwakarta dan Sumedang.





Menurut Jenderal Ter Poorten, Bandung pada saat itu padat oleh penduduk

sipil, wanita, dan anak-anak, dan apabila terjadi pertempuran maka banyak

dari mereka yang akan jadi korban.Pada 7 Maret 1942 sore hari, Lembang

jatuh ke tangan tentara Jepang. Mayjen J. J. Pesman mengirim utusan ke

Lembang untuk merundingkan masalah itu. Kolonel Syoji menjawab bahwa untuk

perundingan itu harus dilakukan di Gedung Isola (sekarang gedung Rektorat

UPI Bandung). Sementara itu, Jenderal Imamura yang telah dihubungi Kolonel

Syoji segera memerintahkan kepada bawahannya agar mengadakan kontak dengan

Gubernur Jenderal Tjarda van Starkenborgh Stachouwer untuk mengadakan

perundingan di Subang pada 8 Maret 1942 pagi.





Akan tetapi, Letnan Jenderal Ter Poorten meminta Gubernur Jenderal agar

usul itu ditolak.Jenderal Imamura mengeluarkan peringatan bahwa &#147;Bila pada

8 Maret 1942 pukul 10.00 pagi para pembesar Belanda belum juga berangkat

ke Kalijati maka Bandung akan dibom sampai hancur.&#148; Sebagai bukti bahwa

ancaman itu bukan sekadar gertakan, di atas Kota Bandung tampak

pesawat-pesawat pembom Jepang dalam jumlah besar siap untuk melaksanakan

tugasnya.Melihat kenyataan itu, Letnan Jenderal Ter Poorten dan Gubernur

Jenderal Tjarda beserta para pembesar tentara Belanda lainnya berangkat ke

Kalijati sesuai dengan tanggal dan waktu yang telah ditentukan. Pada

mulanya Jenderal Ter Poorten hanya bersedia menyampaikan kapitulasi

Bandung.





Namun, karena Jenderal Imamura menolak usulan itu dan akan melaksanakan

ultimatumnya. Akhirnya, Letnan Jenderal Ter Poorten dan Gubernur Jenderal

Tjarda menyerahkan seluruh wilayah Hindia Belanda kepada Jepang tanpa

syarat. Keesokan harinya, 9 Maret 1942 pukul 08.00 dalam siaran radio

Bandung, terdengar perintah Jenderal Ter Poorten kepada seluruh pasukannya

untuk menghentikan segala peperangan dan melakukan kapitulasi tanpa

syarat.Itulah akhir kisah penjajahan Belanda. Setelah itu Jepang pun

menduduki Indonesia hingga akhirnya merdeka 17 Agustus 1945. Jepang hanya

berkuasa tiga tahun lima bulan delapan

hari.



Analisis



Berdasarkan uraian di atas, kita bisa menghitung berapa lama sesungguhnya

Indonesia dijajah Belanda. Kalau dihitung dari 1596 sampai 1942, jumlahnya

346 tahun.. Namun, tahun 1596 itu Belanda baru datang sebagai pedagang.

Itu pun gagal mendapat izin dagang. Tahun 1613-1645, Sultan Agung dari

Mataram, adalah raja besar yang menguasai seluruh Jawa, kecuali Banten,

Batavia, dan Blambangan. Jadi, tidak bisa dikatakan Belanda sudah menjajah

Pulau Jawa (yang menjadi bagian Indonesia kemudian).





Selama seratus tahun dari mulai terbentuknya Hindia Belanda

pascakeruntuhan VOC (dengan dipotong masa penjajahan Inggris selama 5

tahun), Belanda harus berusaha keras menaklukkan berbagai wilayah di

Nusantara hingga terciptanya Pax Neerlandica. Namun, demikian hingga akhir

abad ke-19, beberapa kerajaan di Bali, dan awal abad ke-20, beberapa

kerajaan di Nusa Tenggara Timur, masih mengadakan perjanjian sebagai

negara bebas (secara hukum internasional) dengan Belanda.





Jangan pula dilupakan hingga sekarang Aceh menolak disamakan dengan Jawa

karena hingga 1912 Aceh adalah kerajaan yang masih berdaulat. Orang Aceh

hanya mau mengakui mereka dijajah 33 tahun saja.Kesimpulannya, tidak benar

kita dijajah Belanda selama 350 tahun. Yang benar adalah, Belanda

memerlukan waktu 300 tahun untuk menguasai seluruh Nusantara.





*Dikutip secara lengkap dari harian Pikiran Rakyat, 8 Maret 2008.

**Nina Herlina L. adalah Guru Besar Ilmu Sejarah Unpad/Ketua Masyarakat

Sejarawan Indonesia Cabang Jawa Barat/Ketua Pusat Kebudayaan Sunda

Fakultas Sastra Unpad.





















[Non-text portions of this message have been removed]

------------------------------------

1. Moderator tidak bertanggung jawab atas kebenaran isi dan/atau identitas asli pengirim berita.
2. ATTACHMENT akan dibanned, krmkan ke pelaut-owner atau upload ke FILE.
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/pelaut/

<*> Your email settings:
Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/pelaut/join
(Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
pelaut-digest@yahoogroups.com
pelaut-fullfeatured@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
pelaut-unsubscribe@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/

0 Response to "Re: [pelaut] Indonesia dijajah Belanda 350 tahun ?"

Posting Komentar

Program Perhitungan Minyak Petroleum Create your own banner at mybannermaker.com!
bisnis tiket pesawat online Peluang Bisnis Tiket Pesawat
Draft Survey Software untuk Pelaut

cek tiket pesawat murah