Banyaknya para Pelaut Kota Sabang yang berlayar ke luar negeri, sangat dibutuhkan suatu organisasi kepelautan yang dapat memberdayakan pelaut, terutama mengatur naik turunnya para pelaut dari satu kompeni kapal ke kompeni kapal lainnya.
Hal tersebut diutarakan Nakhoda KMP BRR Mohd. Nur kepada jatengtime baru-baru ini. Menurutnya, tenaga pelaut sangat diperlukan sekali terutama bagi daerah kita adalah daerah Maritim. Sementara tenaga pelaut di Aceh yang terbanyak adalah dari Kota Sabang.
“Hal tersebut dikarenakan Sabang adalah Kota pelabuhan dan telah dari Zaman Penjajahan Belanda tahun 1901 menjadi Daerah Pelabuhan Bebas dan Perdagangan Bebas yang dilanjut dari tahun 1965 s/d 1985 ditutup dan tahun 2001 dibuka kembali oleh Presiden Megawati Sukarno Putri,” katanya.
Dikatakannya, dari dasar Kota yang berada di Pelabuhan maka banyak masyarakat didaerah tersebut terutama daerah Gampong Kuta Barat berlomba untuk mengadu nasibnya untuk menjadi tenaga kerja Pelaut dengan mengikuti sekolah kejuruan Pelaut baik tingkat dasar maupun tingkat perguruan tinggi, padahal untuk mengikuti pendidikan kejuruan tempat nya sangat jauh dari Kota paling ujung Indonesia.
Permasalahan kini timbul oleh karena tingginya persaingan tenaga pelaut dari daerah Indonesia lainya dan belum lagi tenaga kerja pelaut dari Luar Negeri seperti Philipina yang cukup tinggi mempersiapkan tenaga pelautnya dengan cara mengorganisasikan kelompoknya sehingga hampir disetiap kompeni pelayaran di Singapore tenaga kerja pelaut yang paling banyak adalah tenaga kerja dari Philipina.
Dengan dasar itu maka kami dari kelompok pelaut yang kini berada di Kota Sabang akan mencoba membuat suatu Lembaga Pelaut yang bergerak pada bidang pemberdayakan tenaga kerja para pelaut Kota Sabang yang kini berada di Kota Batam (Prov. Kepri), mereka kebanyakan sedang menunggu atau istilahnya dipangkalan untuk mendapat pekerjaan di Perusahaan kapal dari Broeker.
Sementara itu KKM KMP BRR Widodo ketika dikonfirmasi mengenai hendak dibentuknya Lembaga Pelaut Sabang mengatakan, sudah seharusnya sejak dahulu Lembaga itu ada pasalnya, banyak kumpulan para pelaut asal kota sabang yang berada di Kota Batam menganggur karena semakin sulitnya mencari lowongan dikarenakan para Broaker meminta dana yang tinggi untuk dapat bekerja di Kapal.
“Dengan adanya lembaga yang dapat dikelola untuk ketenaga kerjaan pelaut maka para pelaut asal sabang tidak lagi terancam oleh para Broaker sebab, sudah menjadi tugas pengurus lembaga mengenai naik turunnya para tenaga pelaut dari satu kapal ke kapal lainnya,” katanya.
Bukhari (50 thn) atau panggilan akrabnya Abang Tek Salamah salah seorang pelaut Putra Sabang asal Aspela Kuta Barat Kecamatan Sukakarya mengatakan kepada TRAIN, para tenaga kerja pelaut asal kota sabang adalah salah satu tenaga kerja sebagai pemasok Devisa Negara, karena sama halnya dengan TKI yang bekerja dan berada diluar negeri, ujarnya.
Pemerintahan Kota Sabang seharusnya melirik peluang tenaga kerja yang cukup andal dan telah diakui di Dunia Pelayaran bahwa tenaga kerja pelaut di Aceh mayoritasnya berasal dari Kota Sabang, dengan dibuka peluang ini maka masyarakat tidak lagi memprimadonakan menjadi PNS karena tidaklah mungkin seluruh masyarakat bersekolah harus menjadi Pegawai Negeri, kata Bukhari.
Ditambahkannya, Lembaga Pelaut merupakan jalan keluar bagi tenaga kerja pelaut di saat naik dan turunnya dari satu kapal kekapal lainnya. Namun demikian hal paling pokok adalah menciptakan para tenaga kerja Pelaut yang baru dengan cara membuat program Pendidikan Pelatihan Pelayaran baik untuk
0 Response to "Pelaut Sabang Wacanakan Lembaga Pelaut Baru"
Posting Komentar