Senin, 17 Oktober 2011

Di Afrika Selatan, ABK Indonesia Dikursuskan Bahasa Mandarin


foto: detikcom
Cape Town - Untuk mengurangi potensi masalah karena ketidakmampuan berkomunikasi, para Anak Buah Kapal (ABK) asal Indonesia terpaksa dikursuskan bahasa Mandarin. Kursus ini diberikan Konsulat Jenderal RI (KJRI) Cape Town, Afrika Selatan (Afsel). 

Kursus bahasa Mandarin yang diberikan kepada para ABK itu merupakan bagian dari program life skill yang digagas KJRI sejak Mei 2011. Program ini dilatari banyaknya masalah yang dialami para ABK asal indonesia yang bekerja di kapal-kapal China maupun Taiwan.

"Ada juga kursus bahasa Inggris, umumnya perlu bagi yang bekerja di kapal dari Jepang maupun Korea," kata Isnaini, salah satu ABK yang berasal dari Cirebon, di Waterfront, Cape Town, Afsel, Minggu (16/10/2011).

Kursus bahasa itu diberikan karena mereka umumnya tidak punya persiapan soal bahasa ini ketika akan bekerja, baik bahasa Inggris apalagi bahasa Mandarin. Sebab itu ketika sudah berada di kapal akan sulit berkomunikasi. Masalah bahasa ini menyebabkan perselisihan, terutama sesama ABK yang berasal dari negara lain, seperti Vietnam, Filipina maupun China dan Taiwan. 

ABK yang bekerja di kapal Taiwan maupun China, bahkan dibekali KJRI dengan buku saku bergambar berisi ungkapan penting dalam bahasa Mandarin. Hal itu dimaksudkan agar mereka dapat berkomunikasi untuk kondisi sehari-hari maupun yang darurat.

Diperkirakan, setiap tahunnya ada sekitar 3.000 ABK asal Indonesia yang bekerja di kapal-kapal ikan asal Jepang, Korea maupun China dan Taiwan. Mereka digaji antara USD 100 hingga USD 180, bergantung kapal dan jenis pekerjaan. Gaji itu sebagian diterima di atas kapal, dan sebagian lagi akan diterima setelah berada di darat dan diambil melalui agen yang mengirim mereka.

"Kita dikirim agen. Naik pesawat dari Jakarta, melalui Doha di Qatar lantas ke Cape Town. Ada juga yang transit di Kuala Lumpur maupun Dubai,” kata Isnaini.

Para ABK itu dikirim ke Cape Town sebab kapal-kapal yang akan mempekerjakan mereka sandar di sana. Pelabuhan Table Bay, Cape Town, merupakan salah satu pusat distribusi dan logistik kapal di wilayah Afrika. Setelah isi logistik dan perbaikan satu atau dua bulan, kapal akan melaut dengan waktu antara lima hingga 10 bulan. Sementara menunggu waktu kapal berangkat, maupun setelah pulang dari laut, para ABK asal Indonesia senang datang ke Waterfront, salah satu objek wisata di Cape Town

Tidak ada komentar:

Posting Komentar