Marine Surveyor & Inspection Services

0812-701-5790 (Telkomsel) Marine Surveyor PT.Binaga Ocean Surveyor (BOS)

0812-701-5790 (Telkomsel) Marine Surveyor PT.Binaga Ocean Surveyor (BOS)
Marine Surveyor

Kisah Pelaut dan Profesor

Kisah Pelaut dan Profesor

bhbhb

Ada kisah mengenai pelaut tua dan seorang professor. Ini terjadi di zaman ketika orang-orang masih bepergian antar negara menggunakan kapal laut, sebelum era penerbangan murah seperti zaman sekarang. Seorang Profesor hendak pergi dari Sydney ke San fransisco untuk memberikan kuliah tamu.
Pada malam pertama di atas kapal, usai bertolak dari Sydney, Profesor menikmati makan malam menyenangkan di aula perjamuan, lalu ia pergi ke dek untuk menghirup udara segar laut. Ketika berjalan di dek, ia melihat seorang pelaut tua yg tengah bersandar di pinggiran kapal, menatap ke samudra di bawahnya.

Ia memutuskan untuk bercakap-cakap dgn pelaut ini, karena meski kelihatannya pekerjaan sebagai pelaut ini sederhana, namun pria ini pasti telah mengarungi samudra selama waktu yang sangat lama. Pasti ia telah mempelajari sesuatu yang berguna. Professor selalu ingin meningkatkan pengetahuannya yang ia pikir sebagai makna hidupnya. Ia menghampiri pelaut itu dan berkata, “Pak tua, sudah berapa lama Anda melaut?”
Pelaut menjawab, “Sejak masih bocah, sekitar umur tiga belas,” “Luar biasa!” kata Profesor. “Anda pasti tahu bahwa di lautan yang kita arungi ini ada begitu banyak kehidupan. Sebagai pelaut yang telah banyak makan asam garam, anda pasti pakar dalam ilmu biologi kelautan, mengenai semua hewan yang menggantungkan hidupnya pada samudra di bawah kita ini, berikut semua arus dan terumbu karangnya. Mari kita berbincang mengenai oceanologi, ilmu kelautan,” tanya Profesor.

Pelaut bingung, “Haa? Emang laut ada ilmunya?”
“Apa?!” seru professor, ”Bertahun tahun di laut anda tidak pernah membaca buku atau belajar mengenai isi samudra di bawah?”
“Tidak” kata pelaut polos. ”Anda sudah menyia-nyiakan waktu!” tukas professor seraya melangkah pergi dgn rasa kesal pada pria tua yang telah menghabiskan hidupnya di samudera tanpa pernah mempelajari mengenainya.
Besok malamnya, professor mendapat makan malam yang sangat lezat lagi sehingga hatinya sangat baik. Jadi ketika ia berjalan di dek untuk kedua kalinya, lagi-lagi Si Pelaut Tua sedang berjaga di sana. Kali ini Si Pelaut sedang memandangi bintang-bintang.

Kebetulan pula bahwa ini pun salah satu hobi professor adalah astronomi. Ia berpikir, “Ah, sudahlah. Pria tua malang ini mungkin tidak tahu banyak mengenai oceanologi, namun ia pasti tahu mengenai astronomi.” Maka ia mendekati pelaut tua itu, “Saya minta maaf soal kemarin malam. Anda mungkin tidak banyak tahu mengenai oceanologi, namun berani taruhan anda pasti tahu mengenai astronomi, yg kebetulan hobi saya juga. Coba lihat rasi bintang Beruang Besar disana!”
Pelaut itu terkesiap, “Beruang Besar apa?”  “Itu! Bintang itu… di langit utara sana!” tunjuk professor, “Anda pasti tahu astronomi, itu kan yang memandu arah kapal kita!” Pelaut bingung, “Saya tidak tahu yang anda bicarakan. Kapten yang paham hal ini, bukan saya.” “Apa?!...Bertahun tahun di laut, melihat langit di atas, anda tidak pernah peduli belajar astronomi? Anda menyia-nyiakan hidup saja!” lengking Profesor. Ia pun melangkah dengan muak.

Pada malam ketiga, koki membuat makan malam yang luar biasa lezat, sehingga membuat suasana hati professor itu begitu nyaman. Ketika ia pergi ke dek, malam itu begitu indah, udara laut sepoi, semerbak, segar, sampai professor membatin,” Ya, sudahlah, aku akan memberinya kesempatan lagi.” Rupanya ia adalah professor di bidang meteorologi.
Ia menyadari bahwa para pelaut mungkin tidak tahu soal ilmu kelautan atau ilmu perbintangan, namun mereka pasti tahu soal cuaca. Sebab cuaca meliputi pola dan tenaga angin yang mendorong kapal, serta mengenai badai yang bisa menenggelamkan kapal, jadi cuaca pasti mutlak dipahami pelaut tua ini.

Ia menghampirinya dan berkata, “Maafkan saya. Sungguh saya minta maaf. Perangai saya jelek dua malam terakhir ini. Saya telah salah menilai anda. Anda mungkin tak tahu menahu soal oceanologi atau astronomi, tapi saya yakin anda pasti tahu soal meteorology, mengenai angin, cuaca yang bisa menghancurkan atau mendorong kapal ini ke tujuan.”
“Meteor apa?” tanya pelaut polos. “Angin dan badai..” curiga professor. “Saya tidak tahu apa apa. Saya cuma pelaut biasa,” ujar pelaut dengan lugunya. Murkalah professor, ”Apaaaa?! Bertahun tahun di laut! Betapa kau sia-siakan seluruh hidupmu!” maki Profesor, dan ia pun pergi sambil bersumpah tak akan pernah bicara dengan Pelaut yang dianggapnya bodoh itu.
Malam keempat di laut, ia tidak hadir ke aula perjamuan untuk makan malam karena malam itu samudra mengamuk. Professor mabuk laut, menaruh apa pun dalam perutnya hanya akan langsung keluar lagi, jadi ia istirahat saja dalam kabinnya.

Malam makin larut, badai makin parah. Ia sampai bisa merasakan kapal makin bergoyang. Ia bisa merasakan gelombang laut menampar kapal dari jendela kabin. Sungguh cuaca malam itu sangat buruk. Ketika badai mencapai puncaknya pada tengah malam. Ia mendengar suara tabrakan, dentuman besar! Ia merasa takut. Setelah bunyi keras itu, sesaat hanya ada keheningan, diikuti suara orang berlarian dan kegaduhan di luar pintu kabinnya. Dengan panik, ia membuka pintu dan melihat pelaut tua sedang berlari di luar sana?
Si pelaut tua itu berhenti sesaat, berpaling kearah professor dan berkata, “Pak professor, selama bertahun-tahun anda hidup, pernahkah anda belajar berenang?” “Emm… tidak ada…,” lirih professor.”Sia-sia sekali hidup anda! Kapal ini akan tenggelam!” seru pelaut.

Si Professor boleh saja belajar astronomi, oceanologi, atau meteorology, tapi ia tidak menyadari hal terpenting yang harus diketahuai seorang pelaut adalah cara berenang.
Demikian pula, hal terpenting untuk diketahui dalam hidup bukanlah mengetahui soal elektronika, mobil, teknologi tapi bagaimana menjaga kepala tetap di atas permukaan air di dalam arus dan gelombang ketidakpastian hidup, namun sudahkah kamu belajar berenang andaikata kapalmu tenggelam? Ketika kehilangan seluruh harta atau orang tersayang? Jika belum, maka kecewa dan duka akan meneggelamkanmu.
Jadi apa yang dimaksudkan dengan berenang?
Mengetahui cara untuk peduli, berwelas asih, mengetahui apa yang benar-benar penting dalam hidup. Pada saat itu, kamu tidak akan pernah tenggelam.

0 Response to "Kisah Pelaut dan Profesor"

Posting Komentar

Program Perhitungan Minyak Petroleum Create your own banner at mybannermaker.com!
bisnis tiket pesawat online Peluang Bisnis Tiket Pesawat
Draft Survey Software untuk Pelaut

cek tiket pesawat murah