Marine Surveyor & Inspection Services

0812-701-5790 (Telkomsel) Marine Surveyor PT.Binaga Ocean Surveyor (BOS)

0812-701-5790 (Telkomsel) Marine Surveyor PT.Binaga Ocean Surveyor (BOS)
Marine Surveyor

ANCHOR HANDLING Tug Supply Vessel

ANCHOR HANDLING


                                                         KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadapan Tuhan Yang Maha Kuasa , atas RahmatNya penulis dapat menyelesaikan kertas kerja ini,
Judul yang dipilih oleh penulis adalah :  “ANCHOR HANDLING”.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan kertas kerja ini masih jauh dari sempurna, mengingat keterbatasan waktu serta lingkup bahasan yang dibatasi hanya pada suatu daerah kerja tertentu.
Oleh karena itu penulis terbuka menerima kritik ataupun saran-saran dari semua pihak demi penyempurnaan kertas kerja ini.
Bersama ini pula penulis mengucapkan banyak terima kasih.
Semoga kertas kerja ini dapat memenuhi persyaratan seperti yang ditetapkan diatas , serta berguna sebagai bahan masukan bagi para Perwira dan ABK khususnya , baik yang sedang atau akan melakukan pekerjaan diatas kapal.
                                                                 
                                                                             BAB I
PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang
Negara Republik Indonesia terkenal dengan kesuburan dan kekayaan alamnya. Disamping itu Negara Republik Indonesia dikenal dengan sebutan Negara Kepulauan Air, salah satu kekayaan alam Indonesia yang menjadi andalan devisa negara adalah gas alam dan minyak bumi.
Sehubungan dengan kekayaan alam dan potensi yang dimilikinya, khususnya cadangan minyak bumi dan gas yang terkandung di dalamnya,maka sudah sepantasnya jika negeri kepulauan  ini membutuhkan sarana pelayaran di laut yang memadai dan lancar dalam upaya untuk mengelola dan menggali potensi dan kekayaan alam tersebut. Dalam hal ini ditekankan pada ketrampilan anak buah kapal dalam mengoperasikan running anchor sebagai salah satu factor penunjang kapal supply dalam mengeksplorasi kekayaan alam, termasuk minyak dan gas di Indonesia.
Sarana pelayaran di laut yang digunakan untuk menunjang kelancaran pengekplorasian pada umumnya dilakukan oleh kapal-kapal supply. Karena kebanyakan sumber-sumber minyak bumi dan gas terletak di lepas pantai tidak jauh dari daratan dan pulau maka dalam hal ini penulis mengambil judul : “Ketrampilan ABK MV. Britoil-44 Dalam Operasi  Anchor Handling di Ladang Gas Lepas Pantai”.
Alasan penulis memilih judul diatas karena pada saat penulis pertama kali bertugas di atas MV. Britoil-44, kapal beroperasi di Muara Peugah (Bekapai Oil Field) Kalimantan Timur khusus untuk anchor handling melayani beberapa crane barge untuk perawatan Platform. Dalam melaksanakan tugas kami sering mengalami kelambatan dan salah satu faktor penyebabnya adalah sebagian ABK maupun perwira kurang terampil dalam melaksanakan tugas tersebut.
Untuk dapat memberikan pelayanan yang baik sudah tentu harus mengetahui kendala-kendala umum yang dihadapi oleh kapal supply terutama dalam pengoperasian anchor handling di ladang gas lepas pantai. Kendala-kendala yang disebabkan baik dari dalam kapal sendiri maupun dari luar kapal.  Dari dalam kapal misalnya : Faktor kemampuan mesin kapal, peralatan-peralatan kerja yang tersedia di atas kapal , serta ketrampilan ABK.
Sedang dari luar kapal dapat menyangkut faktor lingkungan kerja kondisi geografis dan keadaan alamnya serta faktor manusia di sekeliling tempat kerja (pencharter, mitra kerja) maupun sikap dari perusahaan pelayaran sendiri / owner  dengan diketahui kendala-kendala tersebut dapat diketahui jalan pemecahannya.
Di sampaing sebagai salah satu syarat dalam pemenuhan program, penulis mengharapkan laporan penelitian ini, juga berguna untuk memberikan informasi atau pengenalan bagi rekan seprofesi/Pasis yang belum mengenal perihal tentang kapal supply dan pekerjaannya.

B.   Pokok Permasalahan

Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, maka dapat kita bayangkan bahwa pekerjaan anchor handling sangat memerlukan suatu ketrampilan khusus bagi para crew di atas kapal.
Adapun pokok masalah yang berhasil di identifikasi adalah sebagai berikut :
1.    Bagaimana tingkat ketrampilan ABK Britoil-44 dalam pekerjaan anchor handling
2.    Peralatan anchor handling diatas kapal kurang lengkap

C.   Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.    Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu :
a.    Memberikan gambaran  bagi rekan-rekan sesama pelaut  dalam operasi  anchor handling di lading gas lepas pantai.
b.    Membagi pengalaman dalam hal penanganan dan cara mengatasi kendala yang timbul sehingga menghambat kelancaran operasional kapal.
2.    Manfaat penulisan
a.    Sebagai bahan masukan bagi rekan-rekan sesama pelaut yang ingin bekerja diatas kapal dalam operasi  anchor handling.
b.    Sebagai bahan referensi dan bacaan yang ilmiah khususnya bagi sesama rekan Pasis di BP3IP.
c.    Sebagai bahan pemikiran penulis yang dituangkan dalam bentuk karya ilmiah berdasarkan fakta atau kejadian yang penulis alami selama berada di atas kapal MV. Britoil-44.
D.   Lingkup Bahasan
Mengingat luasnya permasalahan yang berkaitan dengan pekerjaan anchor handling, maka penulis utamakan untuk dibahas dalam makalah ini adalah khusus pada MV.  Britoil-44 saat bekerja di muara Peugah (Bekapai Oil Field) Kalimantan Timur untuk melayani Crane Barge seperti “Ewis Lady”. “Prima Perkasa” dan “Mahakam” Milik PT. Guna Nusa dan dicarter oleh PT. Total Indonesia dalam rangka perawatan beberapa anjungan pemboran minyak maupun gas yang berada di lepas pantai pada lokasi tersebut diatas.
Pekerjaan diatas dilaksanakan pada periode bulan April-Juni 2004 dan penulis adalah sebagai Nahkoda dari MV. Britoil-44.
E.   Metode Pengumpulan Data
Dalam penulisan makalah ini metode pengumpulan data yang    digunakan oleh penulis yaitu :
1.   Studi Lapangan
Metode ini dilakukan  berdasarkan pengalaman yang penulis alami selama bekerja diatas kapal kapal milik Britoil Offshore seprti dibawah ini :
-       AHT Britoil-32 yang bekerja untuk  pemasangan pipa minyak
     dibawah air di daerah Ningbo China.
-       AHT Britoil-37  yang bekerja bersama crane barge Castoro  10 pada Total Indonesia di Bekapai Oil Field Kalimantan Timur Indonesia.
-       AHT Britoil-37 yang bekerja bersama crane barge Java Constractor pemasangan pipa minyak dibawah air di Hazira Surat India.
2.     Studi Kepustakaan
Pada metode ini penulis melakukan berdasarkan membaca buku-buku referensi yang ada di BP3IP serta yang ada kaitannya dengan judul makalah dan penulisannya baik sewaktu penulis masih diatas kapal maupun saat mengikuti program.


                                              BAB II

KEADAAN SEKARANG
A.     Sebagian ABK dan Perwira pada MV. Britoil-44 Tidak Terampil Dalam Melaksanakan Pekerjaan Anchor Handling.  
Kapal supply sebagai jenis kapal yang dirancang khusus untuk melayani pekerjaan-pekerjaan eksplorasi di lepas pantai. Mempunyai ciri khas : badan kapal kecil dengan mesin induk yang besar Horse Powernya, sistem propeller ganda dan dilengkapi dengan mesin penggerak depan (Bow Thruster Engine). Perlengkapan kerja lainnya biasanya berupa Anchor, Towing Winch Engine dan perlengkapannya, tangki-tangki untuk muatan curah (Bulk Material Tank) dan perlengkapan-perlengkapan lain yang sewaktu-waktu bisa ditambah.
Badan usaha yang biasanya menggunakan jasa dari kapal-kapal supply adalah perusahaan pengeboran minyak, baik dari luar negeri maupun dari dalam negeri sendiri. Sejalan dengan kegiatan eksplorasi di lokasi pengeboran minyak bumi dan gas yang secara terus menerus, maka aktivitas kerja dari kapal-kapal supply adalah non stop dalam 24 (dua puluh empat) jam.
Di sini betul-betul dibutuhkan disamping kondisi kapal yang baik dan lengkap peralatannya, juga awak kapal yang cukup, disiplin dan memiliki keterampilan untuk kelancaran kerjanya. Kalau tidak demikian akan dapat menimbulkan resiko kerja yang tinggi, karena bekerja diatas kapal pada umumnya, dan pada kapal-kapal supply di lokasi pengeboran pada khususnya merupakan bentuk kerja keras yang penuh dengan tantangan dan resiko yang besar serta berbahaya.
Seperti yang dialami saat kerusakan pada alat-alat anchor handling terjadi pada tanggal 5 Mei 2004 jam 08.00, dengan kerusakan sebagai berikut :
-        Rusaknya kanvas rem ( brake lining )
-        Kerusakan pada motor/mesin penggerak tenaga hidraulik 
-        Terjadi kontaminasi pada minyak pelumas.
-        Kerusakan / kebocoran pipa-pipa hidraulik
-        Putusnya work wire (tali kawat baja)
Akibat penanganan terhadap peralatan anchor handling yang rusak tanpa rencana kerja yang baik dan tidak didukung oleh personil yang terampil dalam mencari penyebab untuk mengatasi kerusakan. Sistem mekanisme peralatan anchor handling yang akan diperbaiki dilakukan oleh personil kapal MV.Britoil-44 (masinis) yang belum memiliki keterampilan yang memadai , sehingga dalam pelaksanaannya dilakukan dengan mengira-ngira asal musababnya, sehingga menyebabkan merambatnya kerusakan keunit-unit lain. Diantaranya kerusakan pada alat-alat stopper dan tugger winch.
Kerusakan pada alat-alat stopper
-        Kerusakan pada motor / hidraulik untuk alat-alat stopper hidraulik/stopper otomatis (kram fork/shark jaws, triplek stopper, towing/ guide pins).
-        Rusak/macet alat-alat stopper manual (pelican hook)
Kerusakan pada tugger winch
-          Motor penggerak hidraulik rusak
-          Pipa saluran minyak hidraulik bocor / pecah
-          Kanvas rem (brake linning) tipis dan rusak
-          Putusnya tali kawat baja
Apabila perbaikan kerusakan tadi tidak segera diatasi dan ditangani oleh tenaga yang cakap dan trampil, maka perbaikan dapat memakan waktu yang lama. Jika kerusakan yang mengakibatkan keterlambatan ini masih bisa ditolerir atau dimengerti oleh pihak pencharter, namun apabila kerusakan berat dan besar hingga memakan waktu yang lama untuk perbaikan pihak kapal supply dan perusahaannya, karena boleh jadi adanya pembatalan kontrak (kapal off charter).
Di dalam pelaksanaan kerja anchor handling di lapangan sering timbul kesalahan pengertian atau salah paham antara Tug Master dengan barge master yang merupakan akibat dari kesalahan atau keterbatasan berkomunikasi. Pada umumnya bahasa pengantar yang digunakan untuk komunikasi dalam pelaksanaan pekerjaan anchor handling adalah bahasa Inggris.
Seperti yang pernah terjadi dimana barge master memerintahkan untuk menurunkan jangkar ke dasar laut  dengan cara menggunakan anchor handling winch dengan sendirinya jangkar akan turun perlahan ke dasar laut, kapal dianjurkan maju pelan agar  jangkar berada di posisi yang dikehendaki, tetapi pengertian Tug Master (nahkoda) medrop/lego (menjatuhkan tanpa menggunakan tenaga winch), sehingga jangkar meluncur cepat kedalam laut berdasarkan gravitasi dan beban jangkar itu sendiri, sedangkan kapal masih tetap maju penuh.
Akibatnya kawat baja yang berdiameter  65 mm (work wire) lepas dari anchor winch drum, begitu juga jangkar  tidak berada di posisi yang dikehendaki. Dengan demikian jangkar harus diangkat kembali untuk dipindahkan (reposisi). Untuk mengangkat kembali jangkar itu digunakan alat chaser (system chaser), dimana wire jangkar crane barge dimasukkan ke lobang chaser dan kemudian chaser pennant disambung ke arah jangkar yang akan diangkat  sampai chaser menyangkut pada jangkar, bila jangkar telah terkait anchor handling winch di heave up (hibob) untuk mengangkat jangkar sampai atas deck
Setelah jangkar distopper, lepaskan buoy pennant yang tersambung di tarik ke atas deck sampai work wire yang terlepas, kemudian sambungkan buoy pennant kembali pada jangkar dan selanjutnya lakukan pemindahan jangkar. Hal lain yang kadang terjadi dimana barge master tidak memahami kesulitan Tug Master (nahkoda) yang berhubungan  dengan kemampuan kapal MV.Britoil-44 (anchor handling tug) dalam melakukan manouvre-manouvre (berolah gerak) terbatas kemampuannya dimana akibat dari beban jangkar yang tergantung di belakang (buritan) dan tersambung rantai / wire ke crane barge serta faktor-faktor keadaan alam seperti cuaca serta arus di sekitar itu. Berhubungan dengan hal ini terkadang kapal pelan dan sulit untuk mencapai tujuan yaitu menuju tempat posisi jangkar untuk diletakkan.
Dalam hal ini sering kali barge master menyalahkan / menyimpulkan bahwa kemampuan Tug Master/nahkoda dalam mengoperasikan kapal untuk berolah gerak kurang memadai, dikarenakan patokan atau dasar yang dipakai barge master berorientasi pada data-data kapal MV.Britoil-44 yang diberikan oleh pemilik kapal .
B.   Alat-alat Perlengkapan Anchor Handling  Tidak Lengkap
Kapal MV.Britoil-44 sebagai jenis kapal yang dirancang khusus untuk melayani pekerjaan-pekerjaan eksplorasi di lepas pantai. Mempunyai ciri khas : body kapal kecil dengan mesin penggerak depan (Bow Thruster Engine). Perlengkapan kerja lainnya adalah berupa anchor winch, Towing winch, anchor handling winchserta perlengkapan lainnya.
Badan usaha yang biasanya menggunakan jasa dari kapal-kapal supply adalah perusahaan pengeboran minyak, baik dari luar negeri maupun dari dalam negeri sendiri. Sejalan dengan kegiatan explorasi di lokasi pengeboran minyak dan gas bumi  yang secara terus menerus, maka aktifitas kerja dari kapal-kapal supply khususnya dalam hal ini MV.Britoil-44 adalah terus menerus sesuai dengan pergerakan dari crane barge “Ewis Lady”, “Prima Perkasa” maupun “Mahakam”.
Disini betul-betul dibutuhkan di samping kondisi kapal yang baik dan lengkap peralatannya, juga awak kapal yang cukup memadai, disiplin dan memiliki ketrampilan untuk kelancaran kerjanya.
Banyaknya program kerja yang harus dipenuhi dan dilaksanakan oleh anak buah kapal dan crew kapal lainnya, bahkan kadang-kadang pihak pencharter atau rekanan kerja / mitra kerja memberi order yang terus menerus. Di sisi lain, hal demikian dapat membuat pihak kapal dan crewnya kewalahan dan merasa tertekan. Suasana yang tidak diharapkan tersebut dapat lebih cepat tercipta atau berkembang apabila dari atas kapal sendiri tidak tersedia tenaga yang cukup, dalam arti tidak cukup jumlahnya dan kurang ketrampilannya. Sedangkan dari pihak pencharter atau mitra kerja tidak mau tahu dengan kondisi kapal beserta crewnya yang mereka inginkan adalah semua order yang mereka berikan harus dapat dilaksanakan dengan tepat dan baik untuk menunjang kelancaran program-program kerja yang telah canangkan.
Demikian pula pekerjaan  anchor handling harus dilaksanakan dengan baik dan efisien. Selain crew kapal yang kurang terampil dalam pekerjaan anchor handling, juga  karena perlunya anchor handling tersebut ditunjang oleh sarana dan alat-alat pendukungnya yang berada dalam kondisi prima sehingga benar-benar siap untuk dipakai beroperasi. Namun di dalam kenyataannya di lapangan, pekerjaan acap kali timbul kejadian dan hal-hal yang tidak diinginkan yang mana dapat menghambat kelancaran kerja pelaksanaan  anchor handling itu sendiri, baik yang disebabkan oleh faktor manusia yang mengoperasikannya yang kurang terampil .
Peralatan yang dipergunakan untuk melakukan pekerjaan anchor handling setiap jangkar antara lain adalah :
·         1 (satu) buah Scan marine Buoy.
·         2 (dua) buah 85 ton Crosby Anchor Shckle Bolt Type 1 x 3” x 200 penant wire.
Apabila semua alat telah diterima maka dengan menggunakan crane, crane barge memberikan penant wire ke boat dan ditahan di Shark jaws. Selanjutnya, penant wire disambung dengan work wire menggunakan segel 85 ton.
Jika telah tersambung dengan baik, maka Anchor Handling Tug mulai menarik (Hibob) work wire sedangkan crane barge mengulur (area) jangkar , hingga jangkar tersebut ditarik naik (hibob) ke stern roller  MV.Britoil-44.
Semua pekerjaan deck berada dibawah pengawasan/tanggung jawab Mualim I. setelah jangkar berada di stern roller, Mualim I memeriksa kedudukan jangkar dan melaporkan ke anjungan. apabila semuanya berada dalam keadaan siap kerja. Nahkoda (Master) kemudian mulai melakukan olah gerak kapal menuju haluan seperti yang diberikan Barge Master. Untuk mencapai haluan yang dikehendaki nahkoda hanya diijinkan untuk menggunakan kedua mesin induk dan bow thruster berputar di tempat (dengan sudut minimal).
Apabila Anchor handling Tug telah berada pada haluan yang dikehendaki, maka nahkoda (master) melapor ke ruang kontrol (control Room). Setelah melakukan konfirmasi dengan barge master, jangkar dapat dibawa ke posisi yang telah ditentukan; biasanya panjang wire  sekitar 700 sampai 1000 meter.
Pada saat Anchor Handling Tug membawa jangkar, tegangan harus dipertahankan antara 30 sampai 35 ton. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga agar wire/rantai tidak terlalu terseret di kedalaman lumpur.

 

BAB III

KEADAAN YANG DIHARAPKAN
A.     Seluruh ABK maupun perwira MV. Britoil-44 terampil terutama dalam melaksanakan pekerjaan anchor handling.  
    
Dalam menghadapi permasalahan seputar ketrampilan anakbuah kapal dan upaya yang ditempuh untuk meningkatkan keterampilan anak buah kapal, khususnya dalam pengoperasian anchor handling , dimana pemikiran untuk memecahkan permasalahan yang terjadi ditempuh didasarkan pada penelitian terdahulu, saat penulis bekerja di atas kapal di ladang gas lepas pantai, dimana ketidakterampilan anak buah kapal menyebabkan terhambatnya pelaksanaan anchor handling. Dan mengenai peranan nahkoda dalam upaya meningkatkan komunikasi dan penerapan disiplin diatas kapal sebagai upaya mencari solusi. Juga peranan pihak perusahaan pelayaran dalam bentuk dukungan untuk meningkatkan ketrampilan melalui pengadaan kursus-kursus dan bimbingan lain,yang secara tidak langsung ikut menunjang kelancaran pengoperasian kapal supply di lepas pantai
B.    Alat-alat perlengkapan anchor handling  harus  dilengkapi
-       Pennant Storage Reel
-       Tow Line Stop Post
-       Tugger Winch
-       Capstan
-       Roller Lead Shieve
-       Gog Pad Eye
-       Spooling Wire Guide
-       Pelican Hook Stopper Point
-       Shark Jaw
-       Double Karm Fork
-       Single Karm Fork
-       Stern Roller
-       Stern Gate
-       Towing and Anchor Handling Winch
-       Gypsy
-       Control Station Lay Out
           
C.  Pengertian  ( Istilah )
1.    Oil Rig :  Bangunan Anjungan minyak lepas pantai yang berbentuk Kapal atau tongkang diberi kaki dan  dipasang jangkar, dilengkapi dengan menara bor.
2.    Anchor Handling / Anchor Job  : Pelaksanaan dan proses penanganan pekerjaan jangkar mulai dari cara pengambilannya dari crane barge, mengangkat dan membawa kemudian ditempatkan atau diletakkan jangkar tersebut pada posisi yang telah ditentukan.
3.    Penant Wire  : Kawat baja dengan diameter 2 – 3 Inchi yang terpasang dengan segel ke crown jangkar sedang ujung yang satunya lagi disambungkan ke work wire anchor handling boat Ini digunakan untuk mengangkat atau menurungkan jangkar ke   dasar laut yang terbebas dari pipe line.
4.    Anchor handling Boat/Vessel  : Kapal-kapal khusus lepas pantai Yang dibuat untuk melayani pekerjaan pengambilan, buoy dan pengangkatan serta penempatan jangkar Rig, jangkar tongkang di Tempat yang telah ditentukan posisinya.
5.    Barge Master : Seorang yang memiliki ijazah pelaut dan punya Pengalaman Nakhoda serta diberikan pendidikan khusus untuk menangani anchor handling dan rig move.
6.    Fishing job  : Pekerjaan pengangkatan jangkar dengan Menggunakan “ J “ hoock karena penant wirenya putus “ J “ Hoock  adalah sebuah alat yang terbuat dari besi baja yang berbentuk kail dan berfungsi untuk mengangkat jangakar apabila penant wire putus.
7. Lay-Out Tugger wire : Mengarea wire sling yang berada pada                                       tromol wire drum yang letaknya sebelah kiri / kanan dari pada posisi work wire yang pemasanganya tidak sejajar dengan work wire drum, wire diameter 20-28 mm dengan panjang Maximum 100 meter, Pada saat digunakan Tugger wire tersebut diarea sampai ke stern roller kapal sesuai dengan kebutuhan.
8.    Buoy Catcher Lasso : Wire strop 24 mm diameter dengan mempunyai panjang 3-4 meter juga dihubungkan dengan open link Chain diameter 13-15 mm  panjang 1,5-2,0 meter terpasang Secara hinge link pada masing-masing dua bagian ujung wire.
9.    Pick it up : Dalam pelaksanaan anchor handling dimana penant Wire anchor Rig dengan work wire kapal pada Main drum sudah dihubungkan (Connected) hingga dalam proses di angkat (Hiave) sampai jangkar tersebut tidak makan ( anchor off bottom ).
10. Put it down  : pada saat pelaksanaan anchor handling  menuju Ke posisi ( Target ) yang sudah ditentukan oleh Rig Master atau surveyor mengikuti Ship Nav. Maka saat in position secara pelan Pelan membuka  ship winch break untuk mengarea work wire dan Penant wire anchor Rig yang berada di stern roller kapal hinggaSampai kedasar laut ( anchor on Bottom ).
11. Bow Thruster : baling-baling yang dipasang pada haluan kapal Yang posisinya dibawah garis air yang digerakkan oleh mesin bantu, sehingga baling-baling dapat berputar yang mana berfungsi untuk mengolah gerak kapal dan menggerakkan haluan kapal tersebut kearah kiri atau kanan secara parallel dengan kecepatan  maju / mundurnya  kapal tersebut pada mesin induk Maximum:2,0 knots, maka bow thruster itu effectif dapat di gunakan untuk membantu dalam mengolah gerak kapal, sandar atau lepas sandar.
12. Shark Jaws  : alat berupa garpu tala sebesar 8 inchi terbuat Dari besi baja ditempatkan pada buritan kapal Anchor Handling Tug Vessel dan Anchor Handling Tug Supply Vessel yang di gerakan dengan hydroulik guna untuk menahan penant wire.

BAB IV

ANALISIS

A.     Identifikasi Masalah

Selama periode diatas penulis mengevaluasi, maka dengan jelas dapat diketahui permasalahan yang menyebabkan  pekerjaan menjadi tertunda, antara lain :
1.  Kurangnya ketrampilan Perwira maupun ABK
2.  Peralatan anchor handling kurang lengkap
3.  Komputer yang dipasang tidak berfungsi dengan baik
4.  Komunikasi yang kurang baik / kurang harmonis
5.  Lemahnya tingkat disiplin
6.  Tingkat keharmonisan kerja rendah
7.  Pola penerimaan crew tidak dikontrol dengan baik
Dari ketujuh masalah diatas  penulis memprioritaskan dengan analisa  U S G  ( Urgency Seriosmess Groth ) :
U ( Urgency )            : Adalah masalah yang apabila tidak segera  diatasi akan berakibat fatal dalam jangka   waktu           panjang.
S ( Seriuosmess )    : Adalah masalah yang apabila  terlambat                    diatasi akan berdampak fatal terhadap kegiatan   tetapi berpengaruh pada jangka pendek.
G ( Growth )              :    Adalah masalah potensi untuk tumbuh  dan berkembangnya masalah dalam jangka waktu panjang dan timbulnya masalah baru dalam jangka panjang.
          
NO
MASALAH
ANALISA
PERBANDINGAN
U
S
G
NILAI
U   S    G   T
PRIORITAS
A
Kurangnya ketrampilan Perwira serta ABK untuk Anchor Handling
A – B
A – C
A – D
A – E
A – F
A - G
A
A
AAAA
B
C
A
A
A
A
A
A
A
E
A
A
6
4
5
15
I
B
Peralatan untuk Anchor handling kurang lengkap
B – C
B – D
B – E
B – F
B – G
B
B
B
B
B
C
D
E
F
G
C
B
B
F
G
5
6
2
13
II
C
Komputer yang dipasang tidak berfungsi dengan baik
C – D
C – E
C – F
C - G
CCCC
C
C
C
C
D
E
F
C
4
5
2
11
III
D
Komunikasi kurang baik
D – E
D – F
D – G
EFD
E
E
D
D
F
G
1
2
2
5
IV
E
Lemahnya tingkat kedisiplinan
E – F
E - G
E
E
E
E
F
G
3
3
2
8
V
F
Tingkat keharmonisan kerja rendah
F - G
G
F
F
1
1
5
7
VI
G
Pola penerimaan crew tidak dikontrol dengan baik
1
-
3
3
VII
Dengan penentuan masalah pokok dengan metode analisis USG penulis mendapatkan prioritas dua masalah pokok, yaitu :
1.     Kurangnya ketrampilan Perwira maupun ABK diatas kapal    MV.Britoil-44 dalam pekerjaan anchor handling.
2.     Peralatan untuk anchor handling diatas kapal tidak lengkap.
       Sebagaimana telah kita ketahui bahwa salah satu fungsi kapal supply adalah sebagai sarana pelaksana anchor handling dalam melayani kegiatan rig atau crane barge , di dalam pelaksanaan pekerjaan anchor handling dimana segala sarana dan peralatan bekerja terus menerus dengan mengangkat beban-beban berat sehingga kapal supply kesuksesan dan terwujudnya hasil kerja yang optimal.
Disini dapat kita lihat kemungkinan-kemungkinan terjadinya kerusakan-kerusakan sangat besar. Bila terjadi kerusakan pada kapal-kapal supply dan peralatan anchor handling, dengan sendirinya pekerjaan anchor handling itu akan tertunda atau terhambat. Yang akan mengakibatkan tertundanya atau terlambatnya kegiatan rig ataupun crane barge di dalam melaksanakan pekerjaan.
Kerusakan-kerusakan pada sarana dan peralatan anchor handling dapat terjadi terutama bila tidak adanya atau kurangnya perawatan terhadap sarana dan peralatan itu sendiri, juga tidak dapat dikesampingkan kerusakan-kerusakan dapat terjadi sebagai akibat dari cara pelaksanaan pengoperasian sarana dan peralatan yang tidak sesuai dengan prosedur yang semestinya, dikarenakan tenaga yang mengopersionalkannya tidak memiliki ketrampilan yang memadai.
Pelaksanaan pengoperasian terhadap sarana dan alat-alat tidak tepat kebanyakan disebabkan oleh kelalaian atau malasnya tenaga-tenaga operasional untuk membaca dan memahami manual / buku penuntun yang tersedia berkaitan dengan sarana dan peralatan anchor handling.
Untuk mencegah/menghindari kerusakan-kerusakan sarana dan peralatan yang terjadi begitu cepat atau setidak-tidaknya menekan nilai kerusakan sekecil mungkin, sebaiknya diadakan perawatan-perawatan atau pemeliharaan yang baik dan teratur terhadap kapal dan peralatan-peralatan anchor handling, yang dilakukan oleh anak buah yang memiliki kecakapan sesuai dengan yang disyaratkan, Mengingat kesalahan penanganan dalam peralatan anchor handling dapat menyebabkan kerusakan-kerusakan yang merembet ke berbagai alat lainnya.
Perawatan atau pemeliharaan adalah merupakan usaha-usaha untuk memelihara peralatan anchor handling tersebut sejauh mungkin agar tetap berfungsi dengan baik , sehingga tidak mengganggu operasi kapal dalam melaksanakan tugasnya.
Menurut hasil penelitian yang relevan menampakkan bahwa kurangnya perawatan atau kata lain perawatan terhadap sarana dan peralatan sering terbengkalai atau terlupakan disebabkan oleh faktor-faktor :
1.   kelalaian manusia
2.   tersitanya waktu dan kegiatan-kegiatan lain
B.   Tinjauan Teoritis
Kapal supply merupakan suatu sarana yang dibutuhkan untuk membantu melayani kegiatan-kegiatan di lokasi ladang minyak maupun gas di laut atau lepas pantai. Untuk itu kapal-kapal supply harus memenuhi kriteria-kriteria sebagai berikut :
1.    Mempunyai mesin induk kapal yang bertenaga kuda (horse power)
Besar sesuai dengan ukuran kapal yang ada.
2.    Memiliki anchor handling winch dan towing winch yang mempunyai daya tarik ( bollard pull ) yang besar.
3.    Ruangan deck/geladak cukup luas dan lebar buritan cukup luas untuk dilewati jangkar dan buoy rig untuk dinaikkan dan disimpan di atas deck dimana kapal dapat terus melaksanakan kegiatan anchor handling.
4.    memiliki  tanki bahan bakar, tangki air  ,tangki minyak lumas serta tangki ballast dengan kapasitas yang memadai.
5.    ruangan geladak/deck dapat dimanfaatkan untuk macam-macam kegunaan khusus seperti crane, alat-alat selam, roda gulungan kabel dan lain-lain.
Sedangkan fungsi dari pada kapal supply itu sendiri, diantaranya sebagai berikut :
1.    Kapal Supply sebagai sarana pelayanan anchor handling
2.    Kapal supply sebagai media transportasi dan pengangkutan khusus melayani sektor perminyakan di laut atau lepas pantai
3.    Kapal supply sebagai sarana bantuan SAR (search and Rescue / Pencarian dan penyelamatan)
4.    Kapal supply sebagai sarana untuk operasi pencegahan pencemaran di laut .
5.    Kapal supply sebagai sarana untuk tugas penelitian dan survei  maupun pekerjaan bawah air.
6.    Kapal supply sebagai sarana tunda dan lain-lainnya.
Untuk mengetahui pembahasan tentang operasi anchor handling di ladang gas lepas pantai, perlu kiranya kita mengetahui beberapa hal yang berhubungan dengan pembahasan ini, diantaranya sebagai berikut :
1.    Lamanya waktu pelaksanaan anchor handling di lokasi; tergantung dari pekerjaan crane barge atau rig. Pada umumnya untuk kegiatan  anchor handling dihadapkan pada :
a.    Crane barge dalam penataan dan penempatan jangkar hingga crane barge berada pada posisi yang dikehendaki memakan waktu beberapa hari sesuai pekerjaan apa yang akan dilakukan.
Dalam hal MV.Britoil-44 pada saat itu crane barge tersebut diposisikan merapat pada platform / anjungan minyak yang akan diservice.
b.    Crane Barge
Waktu yang dibutuhkan dan lamanya kegiatan anchor handling tergantung dari kegiatan barge. Bila kegiatan crane barge itu melaksanakan kegiatan dan pekrjaan pemasangan pipa atau kabel di dasar laut, maka kegiatan anchor handling dilaksanakan secara rutin, karena crane barge mengadakan pergerakan (barge move) setiap saat dan pekerjaan ini dilakukan sepanjang yang dikehendaki.
Pada umumnya crane barge mempunyai 8 buah jangkar yang harus dikerjakan dan berkenaan dengan kegiatan  anchor handling. Tetapi ada juga yang menggunakan 12 jangkar apabila keadaan laut disekitar lokasi dianggap berbahaya seperti arus kencang , keadaan angin yang kadang-kadang berada diatas rata-rata perkiraan semula.
2.    Kategori pekerjaan anchor handling meliputi :
a.    Running anchor
maksudnya proses mengambil jangkar dari crane barge,              diletakkan diatas dek kapal ataupun di stern roller kemudian membawa jangkar tersebut dan meletakkannya pada posisi yang telah ditentukan di dasar laut.
b.    Retrieving anchors
Maksudnya proses pengangkatan kembali jangkar dari dasar laut , diletakkan diatas dek kapal ataupun di stern roller dan kemudian dibawa kembali ke crane barge.
c.    Chasing/graphing anchor
Adalah proses pekerjaan untuk mencari dan mengangkat jangkar yang putus, apabila pennant wire (tali kawat baja) untuk menghubungkan buoy dan jangkar  putus.
                Sistim pelaksanaannya dapat dibagi :
a.    Sistim pelampung/buoy terdiri dari :
1)     Curucifix buoy (pelampung yang bagian atas terdapat palang berbentuk salib dan bagian bawah ada mata atau tempat segel)
2)     Suit case buoy (pelampung yang bagian tengah berlobang poros terusan sebagai tempat lewat wire)
b.    Sistem permanent chain chaser (PCC), yaitu suatu sistim yang menggunakan ring/gelang baja yang disambung dengan tali kawat baja 60 mm atau 70mm. Dengan panjang kira-kira 25 meter sampai 50 meter dan dipasang permanen pada rantai/tali kawat jangkar.
Selain itu berdasarkan beberapa teori dan didukung beberapa pendapat dari kepustakaan yang ada, kelancaran pengoperasian kapal supply pada garis besarnya disebabkan oleh dua faktor utama, yaitu :
1.    Faktor dari dalam kapal
a.    Faktor kemampuan kapal
b.    Faktor manusia
2.    Faktor dari luar kapal
a.    Faktor alam
b.    Faktor lingkungan kerja
c.    Faktor-faktor lain yang terkait.
C.   Pemecahan Masalah Secara Teoritis
Proses penentuan
Alternatif pemecahan masalah yang dipilih
Dengan metode efektif dan efisien (Teori Rensis Ukert)
No.
Pemecahan Masalah
Efektif
Efisien
Jumlah
1.
Tempatkan tenaga yang sesuai dengan bidangnya
5
4
9
2.
Adakan pelatihan khusus sebelum melakukan tugasnya
4
4
8
3.
Mendirikan diklat khusus untuk Anchor Handling dan Towing
4
3
7
4.
Penempatan officer dan enginer cadet
4
3
7
5.
Pencharteran boat harus sesuai dengan standar
4
4
8
6.
Survey untuk boat charter harus dilakukan oleh orang yang propesional di bidangnya
4
3
7
7.
Memiliki armada sendiri
3
3
6
8.
Persiapan lokasi operasi sehingga tidak memerlukan boat yang sangat mahal
4
4
8
1.    Perawatan terhadap sarana dan peralatan anchor handling
a.    Perawatan alat-alat khusus untuk  anchor handling
1)    Towing/anchor handling winch dan alat-alat stopper hydraulic serta tugger winch
Perawatan terhadap alat-alat  ini dilakukan dan diawasi oleh Mualim I untuk pipa dan winch sedangkan untuk mesin-mesin/motor-motor penggerak hidrauliknya dilakukan oleh KKM/Masinis. Di dalam pemeliharaan dan perawatan alat-alat ini dimana secara rutin diberi gemuk, pelumas sebaiknya dilakukan 1 (satu) atau 2(dua) minggu sekali. Untuk itu Mualim I sebaiknya mengecek nipples (saluran gemuk) berapa jumlahnya dan tempat-tempatnya. Saat pemberian gemuk/pelumas sebaiknya gemuk yang lama dikeluarkan diganti dengan gemuk yang baru. Sedangkan untuk keberhasilan dan pengecatan telah kita ketahui dan pahami prosedur-prosedur yang semestinya.
2)    Pemeriksaan dan perawatan tali kawat baja
Perawatan tali kawat baja yang terdiri dari berbagai jenis seperti : work wire, pennants, tugger wire, sling, buoycatcher secara rutin dan diberi minyak tali kawat baja.
b.    Daftar-daftar pemeriksaan sarana dan alat-alat anchor handling
Sebelum pelaksanaan anchor handling periksalah semua peralatan dan buat daftar-daftar pemeriksaan sarana kapal supply atau alat-alat utama.
2.    Kedisiplinan, Komunikasi dan ketrampilan ABK
a.    Kedisiplinan diri
 Nahkoda adalah pemegang kewibawaan  (kekuasaan) dikapalnya dan selaku pemimpin masyarakat hukum di dalam kapal. Dalam kedudukan demikian itu ia diberi tugas untuk menggunakan keamanan dan ketertiban umum di dalam masyarakat tersebut.
Nahkoda dan perwira adalah pimpinan diatas kapal, sehingga mereka merupakan suri teladan bagi ABK. Sebagai suri teladan, tentunya tindak tanduk nahkoda dan perwira diperhatikan oleh ABK, maka dari itu Nahkoda dan perwira dituntut sebagai orang-orang pertama yang melaksanakan dan menjalankan kedisiplinan dan tata tertib terlebih dahulu, dengan demikian ABK pun akan mengikuti.
Di dalam menjaga, meningkatkan ataupun mendidik kedisiplinan perlu  menggunakan cara yang tegas ataupun pendidikan kedisiplinan perlu menggunakan cara yang tegas dan keras. Tetapi cara yang begini akan menghasilkan disiplin yang keras dan kaku. Sedangkan diatas kapal supply menganut paham disiplin dan flexible, maksudnya disiplin yang hadir dari kesadaran hati nurani manusia yang kemudian dibina melalui pendidikan baik pendidikan formal maupun informal.
Adapun jalan keluar untuk mengatasi nilai kedisiplinan yang semakin menurun di dalam diri personil  / ABK Britoil-44 dengan terlebih dahulu mencari penyebabnya, kemudian penyebab itulah yang mesti dihilangkan. Penyebab menurunnya disiplin antara lain,  kejenuhan serta kelelahan, untuk itu perlu adanya penyegaran dan dengan demikian membutuhkan sarana. Sarana penyegaran ini sebaiknya disesuaikan dengan keadaan dan situasi diatas MV.Britoil-44, seperti :
1)    Sarana hiburan : televisi dengan antenna parabola, video dan alat  permainan lainnya.
2)    Sarana olah raga : alat-alat kebugaran tubuh, catur dan lain-lain
3)    Perpustakaan di atas kapal
4)    Akomodasi yang layak
Selain penyediaan sarana penyegaran harus dibuat pula larangan terhadap hal-hal yang cendrung yang mengganggu kelancaran kerja dan kedisiplinan, seperti :
1)    Dilarang membuat keributan  di kapal
2)    Dilarang minum dan mabuk alkohol di kapal
3)    Dilarang berjudi di kapal
4)    Dan lain-lain yang dianggap perlu.
b.    Komunikasi
Seringnya berkumpul dan bercerita dengan sendirinya selain mengetahui pribadi masing-masing juga yang terutama mengetahui kelemahan kita dalam berkomunikasi terutama bahasa asing (Inggris) dan yang paling penting menambah wawasan dan perbendaharaan kata-kata kita.
Untuk itu alangkah baiknya jika membawa buku atau perangkat-perangkat yang membantu kita dalam hal berkomunikasi terutama bahasa Inggris. Untuk meningkatkan komunikasi dengan bahasa isyarat/sandi maka perlu mempelajari signal (isyarat) yang sering digunakan khusus dalam anchor handling. maka untuk itu signal/kode-kode yang sering berkaitan dengan pekerjaan anchor handling dan bongkar muat diletakkan / ditempel di tempat-tempat yang mudah di lihat diatas kapal.
Diatas kapal MV.Britoil-44 dalam persiapan pelaksanaan anhor handling, sebaiknya personil-personil  (anchor handler) berkumpul dahulu untuk berdiskusi serta membahas pelaksanaan anhor handling disamping penjelasan-penjelasan nahkoda untuk mengantisipasi kekurangan-kekurangan dan keterbatasan dalam hal berkomunikasi ( Tool Box Meeting ).
c.    Keterampilan
Bila ABK terampil maka pekerjaan mudah dan terasa ringan untuk dikerjakan serta keterpaduan kerja dimana anhor handler merupakan suatu kesatuan tim dalam pelaksanaan terjalin kerjasamanya, disamping itu ada rasa aman dalam diri nahkoda di dalam pelaksanaan anchor handling. begitu juga bila adanya ABK yang terampil Mualim I dalam menjalankan tugas agar ringan. Walaupun bagaimana sebelum persiapan pekerjaan anchor handling selalu  diadakan diskusi dan penjelasan-penjelasan dari Nahkoda ataupun pengaturan personil dalam tugas.
Faktor-faktor yang menunjang kelancaran pelaksanaan, keamanan dan keselamatan kerja dalam pekerjaan seperti yang telah diuraikan diatas adalah sarana dan peralatan yang baik, kedisiplinan dan ketrampilan serta komunikasi yang baik dan jelas. Tetapi tidak dapat dikesampingkan faktor penting lainnya yaitu tehnik-tehnik pelaksanaan kerja serta tehnik-tehnik atau cara mengolah gerak kapal (manuver) kapal supply itu sendiri, terutama untuk nahkoda ataupun perwira yang berperan sebagai berikut koordinator umum diatas kapal supply dalam melaksanakan pekerjaan anchor handling.
Untuk itu perlu juga dijelaskan dasar-dasar tehnik persiapan dan pelaksanaan anchor handling serta olah gerak kapal (manouvre) kapal supply. Agar mudah dimengerti dan dipahami maka penulis buat dalam bentuk sketsa atau gambar.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

 

A.   Kesimpulan
Setelah diadakan identifikasi masalah dan alternatif pemecahan ternyata yang menyebabkan terjadinya kelambatan dalam pelaksanaan anchor handling adalah karena :
1.    Persiapan lokasi tidak mengikuti prosedure baku (standar).
2.    Personil yang bertanggung jawab dalam tugas kurang berpengalaman (kurang professional/trampil).
3.    Kapal yang digunakan untuk melayani crane barge tidak mencukupi, atau walaupun ada tidak memenuhi standart untuk melaksanakan tugas, sehingga harus meminjam dari perusahaan lain.
B.   Saran
1.    Persiapan lokasi harus mengikuti prosedure yang berlaku
2.    Tempatkan personil yang mengerti pekerjaan yang akan dilakukan (professional/terampil)
3.    Kapal yang dicharter harus sesuai standar dan dalam kondisi siap pakai.

0 Response to "ANCHOR HANDLING Tug Supply Vessel"

Posting Komentar

Program Perhitungan Minyak Petroleum Create your own banner at mybannermaker.com!
bisnis tiket pesawat online Peluang Bisnis Tiket Pesawat
Draft Survey Software untuk Pelaut

cek tiket pesawat murah