"Masyarakat (di Gunung Botak) terlalu banyak, ada sekitar enam ribu orang penambang. Cekcok sedikit, ada perkelahian."
Kahumas Polda Maluku, AKBP Johanis Huwae.
Johanis Huwae mengataan, bentrokan pada Selasa lalu bukanlah yang pertama. "Masyarakat (di Gunung Botak) terlalu banyak, ada sekitar enam ribu orang penambang. Cekcok sedikit, ada perkelahian," ungkapnya.
Penambang liar
Namun Johanis membantah jika korban tewas akibat rusuh itu mencapai empat orang, seperti dilaporkan sejumlah media. "Itu dua orang saja (yang meninggal) di RSU Ambon. Mereka tertikam tombak dari belakang," jelasnya.Kedua orang yang meninggal dunia merupakan penambang pendatang dari wilayah Saparua, Maluku.
Menurut Johanis, warga pendatang mulai mendatangi lokasi penambangan di Gunung Botak pada 2011 lalu, setelah ditemukan kandungan emas di wilayah itu.
Semula jumlah penambang tradisional sekitar 100 orang, lambat-laun bertambah berlipat-lipat dan sekarang mencapai 6.000 orang, kata Johanis Huwai.
Sejumlah laporan menyebutkan, penambangan di Gunung Botak berlangsung liar, tanpa izin, yang puncaknya ditandai kehadiran ribuan penambang liar dari berbagai daerah Indonesia, mulai Jawa, Sumatra, Sulawesi dan Ambon.
Mereka mendirikan ratusan tenda di sekitar lokasi penambangan.
"Tanah itu merupakan tanah ulayat warga setempat, yang disebut sebagai orang gunung. Karena mereka tidak mau diatur pemerintah, sering terjadi perkelahian di atas tanah itu," kata Johanis
0 Response to "Tentara dan Brimob amankan lokasi rusuh di Pulau Buru"
Posting Komentar