Kalabia yang menjadi nama ikan hiu bambu di Papua, menjadi kapal pendidikan lingkungan dan konservasi.
© Edwin Bimo/The Nature Conservancy
Kapal Pendidikan Kalabia diluncurkan di Raja Ampat
Conservation International dan The Nature Conservancy bekerja sama untuk pendidikan anak-anak di Raja Ampat. Kapal ini akan menghabiskan seluruh waktunya untuk berkeliling di seluruh Kabupaten Raja Ampat yang memiliki 88 kampung. Setiap tiga hari ada 30 siswa yang maksimum dapat berpartisipasi di atasnya. Didalamnya, disediakan sarana belajar itu, dilengkapi dengan dua sampan yang dapat digunakan untuk membawa anak-anak snorkling dan menjangkau kawasan hutan bakau. Selain itu, di dalam kapal juga ada perpustakaan serta peralatan audio dan video untuk keperluan pembelajaran.
Menurut Albert Nebore, Program Manager CI di Raja Ampat, Program pendidikan Lingkungan di
Kapal Pendidikan itu Bernama 'KALABIA'
Setelah menempuh perjalanan selama tujuh hari dari Benoa-Bali, akhirnya Kapal Pendidikan Lingkungan Kelautan yang diberi nama “Kalabia” itu tiba di perairan kabupaten —dengan jumlah ratusan pulau— Raja Ampat. Kapal dengan dengan warna warni berani: merah marun, kuning dan coklat ini sangat cantik, berlukisan ’ikon’ ikan hiu bambu yang disebut masyarakat setempat dengan ikan kalabia. Tentu saja ini adalah satusatunya kapal pendidikan lingkungan untuk anak-anak di Raja Ampat yang disponsori oleh Conservation International dan The Nature Conservancy (TNC).Dengan wajah berbunga-bunga, Bupati Raja Ampat, Markus Wanma, Msi, berujar: “Hari ini, Kabupaten Raja Ampat melangkah lebih maju. Kehadiran kapal pendidikan kelautan menunjukan bahwa betapa pentingnya laut dan keanekaragaman hayati perairan itu dijaga. Karena masyarakatlah yang akan menikmati seluruh kekayaan alam laut yang ada di Raja Ampat ini,” katanya disambut tepuk tangan masyarakat yang hadir di Kampung Saonek, Waigeo Selatan, ketika meresmikan kapal ini Februari 2008.
“Berlayar sambil belajar,” itulah motto pendidikan yang tertulis di lambung kapal Kalabia. Kalabia menurut bahasa etnis Ma’ya yang merupakan penduduk asli pulau-pulau Raja Ampat berarti ikan hiu berbentuk kadal yang berjalan dengan siripnya ketika mencari makan di atas karang-karang. Lain lagi suku Biak-Raja Ampat, mereka mengenalnya dengan nama “Mandemor”. Para pakar ’negeri sebrang’ menyebutnya dengan istilah “walking shark”, karena ikan ini berjalan di tanah dengan siripnya. Ikan inilah yang juga menjadi vaforit sejumlah ilmuwan, karena mereka merupakan jenis baru dari genus Hemiscylliidae.”
Kalabia adalah ikan endemik yang hidup diperairan laut Teluk Cenderawasih, Kepulauan Raja Ampat dan Teluk Triton, Kaimana. Kalabia sekaligus melambangkan kebanggaan penduduk Papua di Propinsi Papua Barat yang memiliki tingkat keaneragaman hayati laut yang terkaya di dunia.
Menurut Albert, Program pendidikan Lingkungan di Kapal Kalabia diarahkan untuk membentuk perubahan perilaku yang pro kepada konservasi. Karena itu, anak-anak merupakan target jangka panjang apabila kita hendak membicarakan isu perubahan perilaku konservasi bagi ketersediaan sumber-sumber alam secara berkelanjutan. “Diharapkan generasi Papua masa datang akan sungguh-sungguh berkomitmen pada pembangunan yang berwawasan ekologi, sehingga pemanfaat sumber-sumber daya alam itu akan berpihak pada dukungan ekologi yang berkelanjutan,“ tambah Alberth Nebore, merinci penjelasannya.
Selamat Berlayar, jangan lupa belajar!.//
Setelah menempuh perjalanan selama tujuh hari dari Benoa-Bali, akhirnya Kapal Pendidikan Lingkungan Kelautan yang diberi nama “Kalabia” itu tiba di perairan kabupaten —dengan jumlah ratusan pulau— Raja Ampat. Kapal dengan dengan warna warni berani: merah marun, kuning dan coklat ini sangat cantik, berlukisan ’ikon’ ikan hiu bambu yang disebut masyarakat setempat dengan ikan kalabia. Tentu saja ini adalah satusatunya kapal pendidikan lingkungan untuk anak-anak di Raja Ampat yang disponsori oleh Conservation International dan The Nature Conservancy (TNC).Dengan wajah berbunga-bunga, Bupati Raja Ampat, Markus Wanma, Msi, berujar: “Hari ini, Kabupaten Raja Ampat melangkah lebih maju. Kehadiran kapal pendidikan kelautan menunjukan bahwa betapa pentingnya laut dan keanekaragaman hayati perairan itu dijaga. Karena masyarakatlah yang akan menikmati seluruh kekayaan alam laut yang ada di Raja Ampat ini,” katanya disambut tepuk tangan masyarakat yang hadir di Kampung Saonek, Waigeo Selatan, ketika meresmikan kapal ini Februari 2008.
“Berlayar sambil belajar,” itulah motto pendidikan yang tertulis di lambung kapal Kalabia. Kalabia menurut bahasa etnis Ma’ya yang merupakan penduduk asli pulau-pulau Raja Ampat berarti ikan hiu berbentuk kadal yang berjalan dengan siripnya ketika mencari makan di atas karang-karang. Lain lagi suku Biak-Raja Ampat, mereka mengenalnya dengan nama “Mandemor”. Para pakar ’negeri sebrang’ menyebutnya dengan istilah “walking shark”, karena ikan ini berjalan di tanah dengan siripnya. Ikan inilah yang juga menjadi vaforit sejumlah ilmuwan, karena mereka merupakan jenis baru dari genus Hemiscylliidae.”
Kalabia adalah ikan endemik yang hidup diperairan laut Teluk Cenderawasih, Kepulauan Raja Ampat dan Teluk Triton, Kaimana. Kalabia sekaligus melambangkan kebanggaan penduduk Papua di Propinsi Papua Barat yang memiliki tingkat keaneragaman hayati laut yang terkaya di dunia.
Menurut Albert, Program pendidikan Lingkungan di Kapal Kalabia diarahkan untuk membentuk perubahan perilaku yang pro kepada konservasi. Karena itu, anak-anak merupakan target jangka panjang apabila kita hendak membicarakan isu perubahan perilaku konservasi bagi ketersediaan sumber-sumber alam secara berkelanjutan. “Diharapkan generasi Papua masa datang akan sungguh-sungguh berkomitmen pada pembangunan yang berwawasan ekologi, sehingga pemanfaat sumber-sumber daya alam itu akan berpihak pada dukungan ekologi yang berkelanjutan,“ tambah Alberth Nebore, merinci penjelasannya.
Selamat Berlayar, jangan lupa belajar!.//
0 Response to "Kapal Pendidikan Kalabia"
Posting Komentar