Dari sisi wisata pun, provinsi ini kembali menawarkan banyak hal. Uniknya, sisa tsunami bahkan menjadi objek-objek wisata yang sangat menarik untuk dikunjungi. Kami baru saja tiba dari Aceh semalam, ingin ikut sedikit berkisah.
Sekitar tahun 2006, Aceh masih seperti zona perang dengan mobil-mobil organisasi kemanusian berseliweran. Kini, jalan-jalan raya dipenuhi dengan kedai-kedai kopi modern ber-wifi.
Beberapa lokasi yang sempat kami kunjungi adalah:
PLTD Apung, yaitu kapal sangat besar yang dahulu ditambatkan di pelabuhan Ulee Lheue. Kapal ini dahulu menyuplai listrik untuk Banda Aceh. Ketika tsunami,
Museum Tsunami belum lama ini diresmikan. Museum ini memamerkan berbagai benda dan demonstrasi yang berkaitan dengan tsunami.
Kapal di Atas Atap. Memang saat ini penampakan kapal yang nangkring di atas atap sudah tidak sedramatis dulu, karena sudah diberi pilar-pilar pengaman serta akses masuk untuk pengunjung. Walau demikian masih layak untuk dikunjungi.
Pantai Lhok Nga adalah salah satu yang paling parah terkena tsunami. Tak jauh dari pantai terdapat PT Semen Andalas Indonesia yang dulu juga rusak parah, namun dalam beberapa tahun belakangan sudah beroperasi normal. Lhok Nga adalah pantai paling populer di Aceh.
Masjid Raya Baiturrahmah berada di pusat kota Aceh. Tentu kunjungan ke masjid ini tidak boleh dilewatkan. Di sebelahnya terdapat Pasar Aceh.
Masjid Lampuuk adalah satu-satunya bangunan di wilayah ini yang masih berdiri setelah diterpa tsunami. Masjid sudah direhabilitasi walau ada bekas-bekas dinding yang jebol karena gempa dan tsunami tetap dibiarkan.
Pulau Weh adalah pulau terbarat di Indonesia. Khusus untuk Pulau Weh dan Sabang, akan ada tulisan tersendiri.
Ini hanyalah tulisan singkat mengenai lokasi-lokasi yang wajib dikunjungi di Aceh dan kondisinya 8 tahun setelah tsunami. Tulisan yang lebih detail akan segera menyusul. Selain itu akan ada pula tulisan khusus tentang kuliner Aceh.
Delapan tahun sudah tsunami menerjang. Aceh telah kembali bangkit dan menjadi salah satu wilayah Indonesia dengan kekayaan potensi wisata yang luar biasa. Bila Anda belum pernah ke sana, mungkin ini saatnya.
0 Response to "8 tahun setelah tsunami Kapal Apung PLTD Jadi Museum"
Posting Komentar