WIWIN Nurhasanah (28) menceritakan pengalamannya saat kapal pesiar mewah Costa Concordia menabrak karang dan karam kepada para wartawan di rumahnya di Kampung Tutugan, Desa Cihanjuang Rahayu,...
M - Berita-kapal.blogspot.com - Masih dari berita tenggelamnya kapal pesiar Costa Concordia, Perempuan itu tampak tegar. Tubuhnya tinggi semampai. Rambutnya lurus dan agak pendek. Di jari lengan kirinya melingkar cincin perak. Senyuman selalu mengembang di bibirnya. Dialah Wiwin Nurhasanah (28), anak buah kapal Costa Concordia yang karam di perairan Mediterania dekat Pulau Giglio, Italia, Jumat (13/1/12) lalu. Dia salah satu awak kapal yang selamat dari tenggelamnya kapal pesiar yang dijuluki Titanic Italia itu.
Di kediaman orang tuanya, Kampung Tutugan, Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat, Selasa (24/1) sore, dia bercerita. Beberapa saat sebelum kapal itu tenggelam, dia mengaku panik dan pasrah, seperti ribuan penumpang lainnya. Namun, ada satu hal yang memotivasi dirinya untuk berjuang menyelamatkan diri. “Saya teringat anak saya yang baru berumur tujuh tahun. Jika saya pasrah, bagaimana anak saya nanti. Saya harus hidup dan selamat,” tuturnya.
Sungguh tidak pernah terbesit dalam pikirannya bahwa kapal berkapasitas 5.000 penumpang itu akan menabrak karang sebelum akhirnya kandas dan miring ke kanan. Saat itu, kapal ini membawa sekitar 3.400 penumpang dan 1.000 ABK dari Roma menuju Savona, Marseille, Barcelona, Palma de Mallorca, Cagliari, dan Palermo.
Saat kapal menabrak karang, Wiwin yang bekerja sebagai asisten pramusaji di kapal itu tengah membersihkan dapur di lantai tiga bersama sejumlah awak kapal lainnya.Tiba-tiba, kapal menjadi miring sehingga perlengkapan dapur hancur.
Para awak kapal langsung beranjak ke kabin bawah untuk memeriksa keadaan. Air ternyata sudah menggenangi kabin. Beberapa saat kemudian, lampu kapal mati dan terdengar dua kali bunyi peluit panjang, pertanda ada masalah. Suasana semakin panik.
Kapten kapal meminta agar penumpang tidak panik. Namun, keadaan membuat mereka keluar dari kabin dan memakai pelampung menuju sekoci di dek empat. Mereka berebut meraih sekoci dengan berenang sekuat tenaga.
Kapten kapal meminta agar penumpang tidak panik. Namun, keadaan membuat mereka keluar dari kabin dan memakai pelampung menuju sekoci di dek empat. Mereka berebut meraih sekoci dengan berenang sekuat tenaga.
“Masing-masing berusaha menyelamatkan diri, bahkan tak jarang yang sampai mencelakakan yang lainnya. Suasananya seperti tragedi Titanic,” kata Wiwin.
Meski harus kehilangan barang-barangnya senilai Rp 30 juta, Wiwin bersyukur karena masih selamat dari tragedi tersebut. Wanita single parent itu pun masih bisa menemui anak semata wayangnya, Surya Nugraha di kampung halamannya.
Update informasi terkini dari dunia perkapalan dan pelayaran hanya di blog Berita Kapal
0 Response to "Kesaksian Warga Parongpong, Anak Buah Kapal Costa Concordia"
Posting Komentar