Sebuah sekolah dasar kecil di Lembah Baliem menjadi tempat anak-anak suku Dani menimba ilmu. Walau dengan keterbatasan sarana dan minimnya kesadaran akan pentingnya pendidikan, mereka tetap bisa bersekolah dengan riang.
"Dari Sabang sampai Merauke berjajar pulau-pulau
sambung menyambung menjadi satu
itulah Indonesia.."
Suara riang anak kecil yang menyanyikan lagu "Dari Sabang Sampai Merauke" seketika terdengar saat saya memasuki salah satu kelas di SD Impres Jiwika. Sambil menyanyi mereka memandangi saya dengan senyum malu-malu dan mata yang penasaran. Rekan saya Ferdinand kemudian membagikan permen yang disambut mereka dengan senang. Nyanyian mereka semakin keras terdengar.
Hari ini menjadi istimewa tidak hanya bagi saya tapi juga mereka. Saat tim Dream Destination Papua berkesempatan mengunjungi sekolah mereka, SD Impres Jiwika, sebuah bangunan kecil yang berpagar bentangan bukit-bukit hijau lembah Baliem.
SD Impres Jiwika yang terletak di distrik Kurulu memiliki 175 orang siswa yang terdaftar, tapi hanya setengahnya yang aktif belajar. Kebanyakan orangtua belum menyadari pentingnya pendidikan.Â
“Anak-anak mereka lebih disarankan untuk bekerja membantu orang tua dibandingkan sekolah,†ujar Sakeus Dabi yang merupakan kepala sekolah di SD ini.
Saya menyusuri bangunan mungil yang berdinding kayu dan di cat biru muda ini. Dari kelas ke kelas riuh suara anak-anak dengan seragam merah putihnya menyanyikan lagu-lagu perjuangan dengan semangat. Saya dibuat merinding mendengar suara-suara polos generasi penerus bangsa dari ujung timur Indonesia ini.
Seragam dan sepatu adalah barang mahal di daerah ini, tak semua siswa beruntung memiliki seragam sekolah untuk dikenakan. Maka tak jarang siswa bersekolah dengan hanya mengenakan pakaian biasa dan tanpa alas kaki. Kampung mereka pun tidaklah dekat, tetapi demi menuntut ilmu jarak yang jauh mereka tempuh dengan berjalan kaki.
SD Impres Jiwika yang dididirikan tahun 1981 memiliki 9 orang guru dan satu guru bantu, seorang pastor yang mengajar pendidikan agama.
“Mengajar di sini lebih kepada panggilan dan pengabdian karena saya adalah lulusan pertama sekolah ini,†ujar sang pastor yang mengaku telah lima tahun menjadi guru bantu.
Tiap ruangan di SD Impres Jiwika hanya dibatasi sekat tripleks tipis yang berangka kayu, tiap pintu di ujung kelas menghubungkan kita ke ruangan yang lain. Tiap langkah saya memasuki sebuah ruangan kelas seketika akan disambut senyuman dari anak-anak di sini, manis sekali!
Mungkin sekolah ini jauh berbeda dengan sekolah-sekolah dasar di kota besar, tapi semangat para guru dan anak-anak di sini untuk menuntut ilmu tak berbatas keterbatasan.  Seandainya saja mereka memiliki peluang yang lebih besar dan fasilitas yang lebih memadai, niscaya janji jiwa-jiwa mungil ini dalam lagu yang mereka senandungkan akan dapat terbukti...
"Indonesia tanah airku
Aku berjanji padamu, menjunjung tanah airku
Tanah airku Indonesia"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar