Kamis, 29 November 2012

Filipina usir kapal Cina dari kawasan sengketa di Laut Cina Selatan



- Scarborough
Cina masih menempatkan kapal di perairan sengketa meski ada kesepakatan untuk menariknya.

Filipina tetap meminta Cina untuk menarik tiga kapalnya dari kawasan perairan dangkal yang disengketakan di Laut Cina Selatan.

Permintaan ini diajukan karena hingga saat ini kapal milik Cina tersebut masih berada di kawasan sengketa meski telah berjanji untuk keluar sejak enam bulan lalu, demikian pernyataan Kementerian Luar Negeri Filipina, Kamis (29/11).

Menlu Filipina Albert del Rosario mengatakan, sementara Filipina telah menarik kapal mereka dari perairan dangkal Scarborough Shoal pada 4 Juni, sesuai dengan kesepakatan keduabelah pihak, tetapi kapal-kapal pemerintah Cina tetap ada di dalam kawasan.

"Mereka masih menempatkan tiga kapal di dalam kawasan yang disengketakan saat ini. Mereka tidak pernah pergi. Kami terus meminta mereka untuk menghormati kedaulatan kami dan.. kami meminta mereka untuk menarik kapal mereka sebagaimana yang telah disepakati, katanya.

Kapal milik Filipina dan Cina mulai saling berhadapan di perairan dangkal Scarborough yang terletak di kawasan sengketa Laut Cina Selatan April silam sebagai bagian dari tekanan dari kedua belah pihak terkait klaim kepemilikan kepulauan kecil tersebut.

Internasionalisasi isu

Del Rosario kepada televisi ABS-CBN mengatakan, bahwa untuk mengurangi ketegangan, kedua negara mencapai kesepakatan pada 4 Juni lalu untuk menarik kapal-kapal mereka. Tetapi di saat Filipina menjaga komitmennya, Cina tidak, tegasnya.

Dia menambahkan: Pada bulan Juni, seorang pejabat kedutaan Cina mengatakan cuaca terlalu buruk bagi kapal mereka untuk keluar tetapi tidak menyatakan kapan mereka akan pergi.

Sejauh ini juru bicara kedutaan Cina belum bisa dihubungi untuk memberikan komentar.

Cina dan Filipina, bersama Brunei, Malaysia, Taiwan dan Vietnam saat ini tengah bersengketa memperebutkan klaim kepemilikan wilayah di Laut Cina Selatan, yang merupakan jalur perkapalan utama dan diyakini memiliki kandungan minyak dan mineral yang berlimpah.

Filipina saat ini menjadi semakin vokal terhadap klaim Cina, dengan mendorong pertemuan internasional meski Cina berupaya untuk mendinginkan suasana.

Del Rosario mengatakan Cina tidak ingin membawa isu ini ke ranah internasional sebagaimana yang diajukan Filipina dan negara lainnya atau bahkan oleh media.

"Jelas itu bukan posisi kami. Perangkat diplomatik kami sangat terbatas dan internasionalisasi isu ini harus tetap menjadi alat yang layak bagi kami, katanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar