Kondisi cuaca yang ekstrim, khususnya di luat menyebabkan dua kapal tenggelam. Kapal pertama yang tenggelam adalah kapal nelayan di perairan perbatasan antara Malaysia dan Tanjungbalai Karimun, Indonesia, Jumat (23/12) dini hari sekitar pukul 03.00 WIB. Kapal yang belum diketahui namanya itu tenggelam ini, berisi enam nelayan asal Kepri. Dari enam nelayan itu, empat orang sudah berhasil dievakuasi ke Malaysia, sedangkan dua nelayan lagi masih dalam pencarian.
Satu kapal lagi yakni, KM Putra Jaya GT 22 bermuatan granit dari Karimun tujuan Sungai Gantung, Inhil, tenggelam di perairan Teluk Nibung, Minggu (25/12) pagi sekitar pukul 07.00 WIB.
”Kami pertama kali mendapat laporan dari pemerintah Singapura pada hari kejadian kepada Basarnas di Tanjungpinang. Mereka menyatakan ada kapal Indonesia yang tenggelam dan empat orang sudah berhasil diselamatkan, sedangkan dua orang lagi hilang. Kemudian, laporan ini kita teruskan ke berbagai pihak. Di antaranya, TNI AL, SAR di Tanjungbalai Karimun dan Polair,’’ ujar Bambang, Kepala Kantor Basarnas Tanjungpinang, Sabtu (24/12).
Kabar terakhir, kata Bambang, empat orang nelayan yang belum diketahui identitasnya itu sudah berada di Johor. Untuk mencari dua ABK kapal nelayan yang masih hilang, ujar Bambang, pihaknya sudah menerjunkan tim. ”Kondisi cuaca lagi ekstrim, jadi saat mencari ABK yang hilang kita harus hati-hati. Ombak aja di sekitar lokasi mencapai empat meter,” ujarnya
Kata Bambang, pencarian ABK yang hilang akan dilakukan selama tujuh hari. ”Sudah dua hari kita melakukan pencarian, tapi hasilnya masih nol,” bebernya. Kita juga menghimbau agar nelayan yang melakukan penangkapan ikan agar berhati-hati. Hal ini mengingat kondisi cuaca dan keadaan ombak di laut di laut pada bulan ini sedang ekstrim,’’ paparnya.
Sementara itu, Danlanal Tanjungbalai Karimun Letkol Laut (P) Sawa melalui Perwira Staf Operasi (Pasops) Kapten laut (P) Agus Yunianto menyebutkan, tenggelamnya KM Putra Jaya GT 22 murni akibat cuaca buruk. ”Ombak besar dan juga disertai dengan angin kencang. Kapal yang dinakhodai oleh Nazar dan tujuh orang kru kapal berhasil diselamatkan setelah mendapatkan bantuan dari nelayan yang ada di sekitar tempat kejadian dan Pos TNI AL yang ada di Sungai Guntung,’’ paparnya.
Diduga, kata Agus, kondisi kapal yang berbahan dasar dari kayu tidak layak untuk mengangkut batu granit. Apalagi, batu granit jenisnya padat. Sehingga, dengan kondisi kapal dari kayu, sewaktu-waktu ada ombak besar bisa menimbulkan bahaya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar