Marine Surveyor & Inspection Services

0812-701-5790 (Telkomsel) Marine Surveyor PT.Binaga Ocean Surveyor (BOS)

0812-701-5790 (Telkomsel) Marine Surveyor PT.Binaga Ocean Surveyor (BOS)
Marine Surveyor

Aku tidak mau Wildan jadi pelaut sepeti ayahnya


“Nanti aku pasti kasih kabar ya sayang, aku sayang kamu…” itulah kata-kata terakhir yang diucapkannya saat hendak pergi meninggalkanku.Huft…selalu begini,kesal dan kesal dan juga pengen nangis rasanya tiap dia mau pergi meniggalkanku untuk bekerja,gak pernah ada ikhlas-ikhlasnya hati ini saat hendak melepas suamiku berangkat bekerja,padahal kata orang saat suami mau kerja istri harus mengantarnya dengan senyuman dan do’a,tapi sangat sulit buatku begitu.

Hampir 2 tahun kami berumah tangga belum pernah rasanya aku bisa tersenyum saat dia mau pergi,mungkin pernah tapi itupun senyum dengan penuh keterpaksaan dan ku buat-buat..Kalau saja suamiku ini bekerja dikantor seperti orang lain yang mempunyai kesempatan untuk bertemu dengan keluarganya setiap hari pasti akan sangat menyenangkan,tapi kenyataannya suamiku adalah seorang pelaut yang selalu pergi meninggalkanku selama seminggu dan menemaniku dirumah selama seminggu juga,dan selalu begitu yang terjadi hampir 2 tahun ini.

Sebelum menikah kami sudah berpacaran selama lebih kurang 2 tahun,dan jauh sebelum mengenalku suamiku sudah lebih dahulu menjadi pelaut.Sebelum menikah suamiku juga sudah menjelaskan padaku apa konsekuensinya jika aku menjadi istri seorang pelaut kelak.Aku harus siap dengan resiko untuk ditinggal-tinggal dalam waktu yang lumayan lama jika dia hendak berlayar,bahkan akan ada kesulitan dalam berkomunikasi saat dia tidak mendapat sinyal telpon,tapi karna sudah terlanjur sayang semua itu bukan masalah bagiku.

Saat itu aku mengira pasti bisa melaluinya,buktinya sekarang saat berpacaran saja aku bisa.Tapi ternyata setelah menikah semuanya tidak semudah yang ku bayangkan.Aku malah sangat sering mengeluhkan kondisi begini,aku juga sering meminta padanya agar berhenti jadi pelaut dan mencari pekerjaan yang lain.Tapi dia selalu bilang kalau dia tidak punya keterampilan lain selain sebagai pelaut,karena memang dasar dari pendidikannyapun adalah pelaut,dan menjadi pelaut memang adalah cita-citanya dari dulu,karena  kakek dan ayahnya juga dulu adalah pelaut.Aku hanya bisa diam saat mendengar jawabannya itu sambil pasang wajah sedih.

Sekarang kami sudah memiliki 1 orang putra yang sangat lucu dan gemuk,kami memberinya nama Wildan .Wildan adalah satu-satunya teman sekaligus hiburan buatku saat mas andy suamiku pergi melaut.Sama halnya seperti aku ibunya,wildan pun selalu saja rewel saat ayahnya hedak pergi berlayar,bahkan tidak jarang dia demam saat jauh dari ayahnya.Tapi tidak jarang pula saat anak kami sakit maka suamiku pun ikut sakit,kalau kata orang mungkin itulah ikatan bathin antara mereka berdua sebagai ayah dan anak,selalu kompak bahkan dalam hal sakit-sakitan.Berbicara soal wildan aku jadi ingat cerita saat aku mau melahirkannya dulu.Saat itu aku hanya sendiri dirumah,karena suamiku masih berada dikapalnya dan besok baru akan pulang.

Saat itu pukul 10.oo WIB,aku merasakan ada rasa ngilu diperutku dan tanpa ku sadari ternyata rok yang ku pakai saat itu basah,aku sangat panik  karena tidak tau apa yang terjadi pada kandunganku,kemudian aku memutuskan mencari pertolongan kerumah tetanggaku.Untungnya tetanggaku sangat baik dan mengantarkan ku ke rumah sakit terdekat.

Sesampainya di RS aku langsung diperiksa oleh dokter disitu dan ternyata dokter bilang aku sudah mau melahirkan karena air ketubanku sudah pecah (ternyata air ketuban itu yang membuat rok ku basah)dan rasa ngilu yang kurasakan itu diakibatkan kontraksi yang terjadi dari dalam perutku.

Karena ini anak pertama jadi aku sama sekali tidak mengetahui kalau yang ku alami ini adalah tanda-tanda mau melahirkan.Aku sangat kaget karena tidak menyangka akan melahirkan secepat ini,karena saat terakhir kali periksa dokter bilang kalau kemungkinan besar  aku akan melahirkan 2 minggu lagi,tapi ternyata semua prediksi dokter itu salah.Sangat sedih perasaanku saat itu karena mengira kalau suamiku tidak bisa menyaksikan detik-detik kelahiran putra pertama kami.

Sudah hampir 2 jam aku berada diruangan bersalin ini menahan rasa sakit yang luar biasa,dokter bilang mungkin beberapa jam lagi anakku akan lahir,karena saat ini masih bukaan 3.Mau apa-apa jadi serba salah rasanya,karena rasa sakit itu mungkin.Ingin menangis  aku saat itu karena sakit,tapi terutama karena perasaan sedih yang teramat sangat karena tidak ada suami disisiku,bahkan 1 orang anggota  keluarga pun tidak ada  yang mendampingiku saat itu,karena keluargaku semuanya ada diluar kota dan disini aku hanya berdua dengan suamiku,tidak ada saudara sama sekali.

Dari arah luar aku mendengar ada suara langkah yang keras dan terburu-buru,lalu tiba-tiba pintu kamarku dibuka dan betapa senangnya aku melihat siapa yang datang,dia mas andy suamiku,dia datang karena ditelpon oleh tetangga yang tadi mengantarku dan memberitahunya bahwa aku akan segera melahirkan.Mendengar kabar itu suamiku pun panik dan langsung mengemas barang-barangnya dan tanpa pikir panjang segera turun dari kapalnya,untung saat itu kapalnya sudah bersandar dekat dengan daratan jadi tidak butuh waktu yang  lama baginya untuk sampai disini dan untungnya lagi saat itu kapalnya sedang tidak ada pelayanan sehingga semua crew tidak ada pekerjaan,yang jadi masalah suamiku yang seorang kapten kapal seharusnya tidak boleh meninggalkan kapal tanpa ada yang menggantikannya,hanya karena sudah panik dia jadi lupa akan aturan itu.

Tapi diperjalanan ke RS dia segera menghubungi rekan kerjanya dan menceritakan apa yang terjadi,dia juga meminta tolong agar rekannya itu mau untuk naik kapal lebih awal dari jadwalnya karena kondisi istrinya saat ini sudah mau melahirkan.Untung saja rekan kerja suamiku itu mau memahami kondisi kami dan bilang tidak usah khawatir soal kerjaan dan tidak lupa dia mendo’akan agar semua proses melahirkan bisa lancar dan aku serta bayiku bisa selamat dan sehat.

Suamiku memegang erat tanganku dan mencium keningku,dia meminta maaf karena tidak bisa menjadi suami siaga ,dan aku pun tidak mempermasalahkan semua itu,karena suami ku begitu juga bukan karena keinginannya,yang penting sekarang bagiku adalah dia ada disisiku dan mendampingiku serta bisa menyaksikan detik-detik kelahiran buah cinta kami yang pertama.

Lima belas menit setelah kedatangan suamiku kontraksiku pun semakin menjadi-jadi sampai-sampai aku sudah tidak kuat menahan rasa sakitnya dan dokterpun datang dan memeriksa kondisiku.Setelah diperiksa ternyata kepala anakku sudah terlihat dan siap untuk dilahirkan kedunia ini

.Dokterpun menyuruhku untuk menarik nafas panjang dan mendorong sekuat tenaga, agar anak kami bisa keluar.Saat aku menarik nafas ada hal lucu yang terjadi, ternyata tanpa disadari suamikupun melakukan hal yang sama yang disuruh dokter padaku,dia ikut menarik nafas dan mendorong dari arah perutnya sambil terus menggenggam tanganku dan  menyemangatiku..”kamu pasti kuat sayang,yang sabar ya semua akan baik-baik saja,kamu pasti kuat demi anak kita…”katanya.Mendengar kata-katanya itu aku menjadi lebih tegar dan kuat,dan tidak lama kemudian terdengar suara tangisan dan ternyata itu suara tangisan bayi kami,seorang bayi laki-laki yang sehat dan lucu.

Senang sekali rasanya mengetahui buah hati kami sehat dan lahir dengan tubuh yang sempurna,semua rasa sakit yang tadi ku rasakan hilang seketika diganti dengan rasa bahagia menjadi seorang ibu.Setelah bayi kami dibersihkan,perawatpun datang dan menyuruh suamiku untuk menggendongnya.Suamiku bergetar saat itu,karena itu juga baru pertama kali baginya untuk menggendong seorang bayi dan bayi itupun merupakan anaknya sendiri,benar-benar pengalaman pertama yang mendebarkan sekaligus membahagiakan katanya.

Segera setelah dia menggendong anak kami dia langsung mengumandangkan adzan ditelinga anak kami.Tujuannya agar hal pertama yang didengar anak kami adalah kebesaran dan keagungan Allah SWT,sehingga setelah besar nanti dia bisa menjadi anak yang beriman dan sholeh.Setelah itu suamiku langsung berkata padaku “Anak kita baru mau lahir kalau ayahnya sudah datang”,lalu kami berduapun tertawa mengingat hal itu,tapi kalau dipikir-pikir apa yang dikatakan suamiku itu ada benarnya juga,wildan baru mau keluar segera setelah ayahnya datang.Mungkin itu juga yang bikin dia dan ayahnya sangat dekat dan kompak.

Sekarang Wildan sudah berumur 1 tahun dan sudah bisa berjalan dan berbicara sedikit-sedikit.Wajah dan sifatnya sangat mirip dengan ayahnya.Lengkap sudah duniaku dengan adanya 2 jagoan yang memperkaya hidupku,yaitu suami dan anakku.Yang masih sering jadi masalah bagiku hanyalah pekerjaan suamiku yang mengharuskannya meninggalkan kami berdua.Tapi perlahan-lahan aku mulai berusaha untuk bisa lebih mengerti semua itu.

Suamiku sering bilang kalau sudah besar dia mau wildan jadi pemain bola,anak band atau kalau bisa malah ikutan jadi pelaut seperti kakek,ayanhnya dan dia suamiku.Tapi aku selalu bilang wildan boleh menjadi apapun yang dia mau selama itu untuk kebaikkannya dan masa depan yang cerah untuknya,hanya 1 hal yang aku tidak inginkan yaitu “Aku tidak mau Wildan  jadi pelaut sepeti ayahnya”.

0 Response to "Aku tidak mau Wildan jadi pelaut sepeti ayahnya"

Posting Komentar

Program Perhitungan Minyak Petroleum Create your own banner at mybannermaker.com!
bisnis tiket pesawat online Peluang Bisnis Tiket Pesawat
Draft Survey Software untuk Pelaut

cek tiket pesawat murah