TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kementerian Perhubungan berencana mengembangkan angkutan laut khusus ternak. Transportasi yang khusus mengangkut sapi dan kerbau mulai dari penyediaan kapal khusus dan terminal khusus ternak sapi bertujuan efisiensi pengangkutan dan menjaga kualitas sapi.
EE Mangindaan, Menteri Perhubungan, mengatakan pengembangan angkutan laut ternak dapat dimulai dengan diawali pembangunan terminal khusus sapi pada semester II 2013. "Dalam beberapa rapat kabinet, selalu dibicarakan mengenai upaya untuk membenahi pengangkutan sapi dari berbagai pulau dalam upaya peningkatan Ketahanan pangan Indonesia. Kami pun langsung mempelajarinya dari Australia," ujar Menhub.
Menurut Mangindaan, pemerintah akan bangun terminal di Lampung dan Sumba. Dari dua pelabuhan itu tercatat pengangkutan sapi terbanyak. "Saya ingin dana infrastruktur dialokasikan pada APBN Perubahan 2013," ujar Menhub.
Menurut Mangindaan, sudah ada industri galangan kapal di Pulau Batam yang siap untuk membangun kapal khusus sapi. "Jadi kapal itu dibangun sendiri di dalam negeri, tidak diimpor," ujarnya.
Sementara itu, Plt Dirjen Perhubungan Laut, Leon Muhammad, kapal pengangkut sapi yang akan dibangun pemerintah diharapkan akan mengangkut 1.500 ekor sapi. "Ukuran kapalnya 3.000 GT (GT), dengan prediksi biaya Rp 100 miliar," ujar Leon. Sebagai pembanding, ukuran kapal feri di Merak-Bakauheni antara 3.000-5.000 GT.
Mangindaan menyontohkan metode pengangkutan sapi yang salah dengan menggantung sapi menggunakan jala, dari Nusa Tenggara Timur kerap membuat bobot sapi susut bahkan ada yang mati dalam perjalanan. Penyusutan berat sapi cukup signifikan, sekitar 20-25 kilogram untuk seekor sapi.
Selama ini angkutan laut ternak sapi dilakukan oleh kapal-kapal pelayaran rakyat. Dahulu PT Pelni pernah menyelenggarakan angkutan laut ternak sapi, namun karena alami kerugian maka angkutan Pelni tersebut menghilang dan pengangkutan menggunakan kapal- kapal kayu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar